Jumat, 3 Oktober 2025

Kasus Hambalang

Yulianis: Jangan Lihat Cadar Kami, Lihatlah Kesaksian Kami

Yulianis kembali membuat heboh. Mantan Wakil Direktur Keuangan Permai Group tersebut menulis suatu fakta

Penulis: Domu D. Ambarita
zoom-inlihat foto Yulianis: Jangan Lihat Cadar Kami, Lihatlah Kesaksian Kami
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Terdakwa kasus Wisma Atlet SEA Games, Muhammad Nazaruddin (kanan), mendengarkan kesaksian mantan bawahannya, Yulianis (kiri), dalam sidang yang digelar di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (25/1/2012). Dalam sidang tersebut Yulianis diminta untuk memperlihatkan wajahnya tanpa memakai cadar kepada terdakwa dan kuasa hukumnya. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

Saat itu saya sangat ketakutan, saya merasa Pak Nazar mengancam saya. Saya tahu ia memang sangat kejam. Terlalu banyak contoh yang sudah saya lihat dengan mata kepala saya sendiri.

Akhirnya setelah saya berbicara dan diskusi dengan kakak saya (saya tidak berani membicarakan ancaman ini ke suami saya), saya kembali bekerja dengan Pak Nazaruddin. Hari demi hari saya jalani dengan mati rasa. Setiap hari saya berpikiran takut ditangkap oleh penegak hukum, satu kaki dikuburan satu kaki di neraka. Semakin hari saya semakin pendiam, semakin keras, dan semakin jaga jarak dengan orang lain, seperti menjalani dua kehidupan.

Saat kasus ini menimpa tanggal 21 April 2011, ada ketakutan, kecemasan dan rasa syukur, bersyukur karena akhirnya saya bisa bebas dari Pak Nazaruddin, ketakutan akan dijadikan kambing hitam oleh Pak Nazaruddin, kecemasan apakah pihak penegak hukum akan percaya kepada saya, karena Pak Nazaruddin adalah seorang anggota DPR di Komisi 3, dan saya bukan siapa-siapa.

Dua bulan pelarian adalah hari yang sangat panjang dalam hidup saya, selama saya hidup 40 tahun. Berpindah-pindah dari hotel satu ke hotel yang lain, dari apartemen satu ke apatement yang lain. Sehingga pada akhirnya KPK dapat menemukan saya di rumah kontrakan saya, 13 Juni 2011. Mulailah semua itu berubah, sampai sekarang.

Selama pelarian saya banyak pengalaman yang dapat saya peroleh, yang baik dan yang buruk, semua itu saya anggap sebagai dinamika kehidupan. Saya hanya dapat bersyukur sampai dengan saat ini walaupun kehidupan kami berubah 180 derajat, kami sekeluarga semakin erat, dan semakin harmonis. Walaupun saat ini kami hidup pas-pasan, tapi kami sangat bersyukur, kami sangat menikmati kehidupan kami yang sangat terbatas ini.

Saya dan Oktarina Furi sudah meninggalkan kehidupan kami yang lama, memulai segala sesuatu dari nol, sampai saat ini Oktarina Furi belum bekerja kembali karena masih takut, sedangkan Saya hanya membantu pekerjaan suami dan sebagai ibu rumah tangga, tapi kami tidak patah semangat, kontribusi kami yang kecil ini kami persembahkan untuk Indonesia, janganlah lihat cadar kami, lihatlah kesaksian kami. Semoga kesaksian kami dapat memberi sedikit angin segar untuk pemberantasan korupsi di Indonesia yang kita cintai ini.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved