Usulan Integrasi Koridor Logistik Kian Menguat, Tarif Tol JTCC Bisa Lebih Terjangkau
Tarif Tol Cibitung-Cilincing yang tinggi membuat perusahaan jasa logistik enggan menggunakannya dan lebih memilih jalur macet yang tidak berbayar
Penulis:
Choirul Arifin
Editor:
Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Desakan untuk integrasi sejumlah ruas jalan tol di Jabodetabek sebagai koridor logistik kian menguat, seiring dengan kebutuhan akses yang lebih efisien dan terjangkau bagi pelaku logistik.
Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) turut menjadi sorotan sebagai jalur strategis yang menghubungkan secara langsung kawasan industri di timur Jakarta dengan Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga diharapkan dapat memperlancar arus distribusi logistik.
Usulan tersebut makin menguat jika melihat kemacetan di beberapa ruas jalan tol Jakarta seperti di ruas TB Simatupang - Tanjung Priok dan jalur arteri lainnya.
Baca juga: ALFI Keluhkan Tarif Tol Cibitung-Cilincing: Perjalanan Truk Barang Cepat Sampai Tapi Kemahalan
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo menjelaskan, pertumbuhan kendaraan bermotor menjadi salah satu faktor utama penyebab peningkatan volume lalu lintas Jakarta.
“Berdasarkan data jumlah kendaraan di Jakarta tahun 2024, setiap hari terdapat penambahan sekitar 2.500 sampai dengan 3.000 unit kendaraan,” ujarnya dikutip Jumat, 5 September 2025.
Disparitas tarif tol yang cukup besar antara ruas tol JORR 1 dan ruas tol JORR 2 juga turut mempengaruhi kemacetan di Jakarta.
Banyak pengendara memilih untuk tidak menggunakan JORR 2 yang lebih mahal, sehingga arus kendaraan menumpuk di JORR 1 dan jalur pendukung yang terhubung. "Dampaknya, kemacetan pun dirasakan langsung oleh masyarakat maupun pelaku logistik di lokasi tersebut," sebutnya.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto menilai, jalan tol JTCC perlu dimanfaatkan sebagai bagian dari JORR 2 oleh pelaku logistik.
“Jalan tol ini berpotensi mengurangi kemacetan dan mempercepat waktu tempuh menuju Pelabuhan Tanjung Priok karena memang dikhususkan untuk jalur kendaraan logistik, tidak seperti jalan tol lain yang dilalui berbagai jenis kendaraan dengan ritme kecepatan berbeda," ujarnya.
Namun, efektivitas dari keberadaan tol tersebut saat ini dirasa belum signifikan karena aspek tarif dan regulasi penggunaan.
Tarif Tol Cibitung-Cilincing yang tinggi membuat perusahaan jasa logistik enggan menggunakannya dan lebih memilih jalur macet yang tidak berbayar atau pun tol yang lebih murah meski secara jarak lebih jauh.
Baca juga: Tarif Tol Cibitung-Cilincing Dinilai Terlalu Mahal, Pelaku Logistik Mengeluh
Hal ini menjadi salah satu penyebab utama masih terpusatnya akses menuju Pelabuhan Tanjung Priok melalui Tol Jakarta-Cikampek (Japek) dan jalur arteri lainnya, alih-alih menggunakan Tol Cibitung Cilincing.
Ia juga menilai optimalisasi JTCC bisa berkontribusi terhadap efisiensi operasional logistik nasional.
“Kemacetan di jalur logistik menyebabkan pemborosan bahan bakar dan kenaikan biaya logistik yang dibebankan pada masyarakat."
"Jika lalu lintas lancar, secara langsung menyumbang pada penurunan kepadatan lalu lintas dan efisiensi logistik nasional. Pada akhirnya, pemerintah dan masyarakat juga akan memperoleh manfaat dari efisiensi tersebut.”
Ketua RW 06 Kebon Bawang Ungkap asal Penjarah Rumah Ahmad Sahroni: Ada yang Dari Tangerang |
![]() |
---|
Ibunda Ungkap Tak Ada Orang yang Datang Beli Jam Richard Mille Ahmad Sahroni yang Dibawa Anaknya |
![]() |
---|
Ibunda Mengaku Kaget Saat Tahu Putranya Bawa Pulang Jam Tangan Rp 11 Miliar Milik Sahroni ke Rumah |
![]() |
---|
Ibunda Ungkap Sang Anak Izin Hendak Main Bola Sebelum Viral Bawa Pulang Jam Tangan Mewah Sahroni |
![]() |
---|
Cerita Andriyani, Anak Pulang Main Bola Bawa Jam Rp11,7 M Ahmad Sahroni, Langsung Temui Ketua RT |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.