Senin, 29 September 2025

Yustinus Prastowo: Perubahan Perilaku Adalah Investasi Jangka Panjang untuk Jakarta

Menyongsong 500 tahun Jakarta sebagai kota global dan berbudaya harus diiringi kebiasaan memilah sampah dari rumah

HO/IST
BAHAS SAMPAH - Suasana Fokus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Koalisi Warga untuk Jakarta Bersih dan Berbudaya. di Kantor Agenda 45, Jalan Tebet Timur, nomor 17, Jakarta Selatan, Selasa (12/8/2025). Hadir sebagai pembicara perwakilan Staf Khusus Gubernur Jakarta, Yustinus Prastowo, Dirut PD Pasar Jaya, Agus Himawan, staf Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, Monang Sinaga, anggota dewan pakar Agenda 45 Prof Ibnu Maryanto dan sejumlah pegiat sampah dari berbagai wilayah Jakarta. 

Hasiolan EP/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sampah bukan sekadar persoalan teknis, tetapi juga mencerminkan budaya, kesadaran, dan perilaku masyarakat.

Upaya di sektor hilir—seperti teknologi pengolahan—memang penting, namun akan jauh lebih efektif jika dibarengi perubahan di sektor hulu, mulai dari rumah tangga, komunitas, hingga pola konsumsi.

Baca juga: Cara Mendapatkan Tarif Transportasi Publik Rp80 di Jakarta pada 17 Agustus 2025

Pernyataan tersebut disampaikan Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Yustinus Prastowo, melalui pesan tertulis yang dibacakan oleh tenaga ahlinya, Hendra Kusuma, dalam Forum Group Discussion (FGD) bertema “Mengubah Paradigma Pengelolaan Sampah: Ikhtiar Kolektif Menuju Jakarta Kota Global, Berkelanjutan, dan Berbudaya”.

Acara diselenggarakan Koalisi Warga untuk Jakarta Bersih dan Berbudaya di Kantor Agenda 45, Jalan Tebet Timur No.17, Jakarta Selatan, Selasa (12/8/2025).

“Jakarta yang kita cita-citakan sebagai kota global, berkelanjutan, dan berbudaya tidak bisa dibangun hanya dengan kebijakan dan infrastruktur. Kita memerlukan gerakan kolektif, kolaborasi lintas sektor, dan konsistensi dalam mengedukasi serta menggerakkan masyarakat. Perubahan perilaku adalah investasi jangka panjang yang manfaatnya akan kita rasakan lintas generasi,” ujar Yustinus.

Jakarta merupakan kota metropolitan terbesar di Indonesia. Meskipun status ibu kota negara telah dipindahkan secara bertahap ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, Jakarta tetap menjadi pusat pemerintahan, ekonomi, budaya, dan sejarah yang sangat penting.

FGD ini juga dihadiri Dirut PD Pasar Jaya Agus Himawan, Staf Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Monang Sinaga, anggota Dewan Pakar Agenda 45 Prof. Ibnu Maryanto, serta sejumlah pegiat lingkungan dari berbagai wilayah Jakarta.

Penanggung jawab FGD, Kelik Ismunanto, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk mengurangi tumpukan sampah melalui perubahan mindset dan perilaku masyarakat.

Menurutnya, menyongsong 500 tahun Jakarta sebagai kota global dan berbudaya harus diiringi kebiasaan memilah sampah dari rumah yang menjadi bagian budaya baru.

“Perubahan perilaku membutuhkan dukungan serius dari Pemprov DKI. Ini harus menjadi gerakan dan political will menuju Jakarta 500 tahun,” tegas Kelik.

Ia menambahkan, FGD ini juga mengungkap berbagai persoalan di lapangan yang membuat pendekatan dan kebijakan pemerintah belum sepenuhnya maksimal.

Berbagai ide perbaikan serta praktik baik yang sudah ada di masyarakat perlu dipertimbangkan sebagai bahan rencana tindak lanjut forum ini.

Baca juga: Lowongan 1.000 Petugas Damkar DKI Jakarta 2025, Terbuka untuk Lulusan Minimal SLTA Sederajat

Gerakan Kolektif

Koalisi Warga untuk Jakarta Bersih dan Berbudaya merupakan gerakan atau inisiatif kolektif merujuk pada semangat kolaboratif antara warga, pemerintah, dan DPRD DKI Jakarta untuk membangun Jakarta sebagai kota yang bersih secara lingkungan, berbudaya, dan berdaya saing.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan