Jumat, 3 Oktober 2025

Hotman Paris Bela Irmawati: Bayinya Meninggal, RSUD Linggarjati akan Digugat

Irmawati didampingi Hotman Paris menggugat RSUD Linggarjati atas kematian bayinya karena dugaan malapraktik medis.

Tribunnews/Mario Christian Sumampow
Irmawati dan suami mendatangi Tim Hotman Paris untuk meminta pertolongan atas kasus dugaan malapartaktik RSUD Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat yang sebabkan anaknya meninggal, Sabtu (16/7/2025). Tribunnews/Mario Christian Sumampow 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Irmawati, seorang ibu yang harus kehilangan bayi akibat dugaan keterlambatan penanganan medis RSUD Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat menemui pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea. 

Ia berharap, pertemuan ini dapat membawanya mendapatkan keadilan bagi sang buah hati yang bahkan bola matanya tak sempat ia tatap. 

"Harapannya (ketemu Hotman) mendapatkan keadilan untuk anak saya," kata Irmawati kepada wartawan, Sabtu (12/7/2025). 

Didampingi sang suami, Andi, mereka bertemu Hotman bersama tim di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Kelapa Gading. 

Sambil duduk di kursi roda, Irmawati mengungkapkan segala isi hatinya kepada Hotman ihwal bagaimana proses yang ia alami selama di rumah sakit.

"Saya di sini cuma berharap meminta keadilan buat anak saya. Karena selama saya di rumah sakit saya merasa ditelantarkan," ujarnya.

"Setelah pecah ketuban tidak ada segera tindakan buat operasi caesar, sehingga mengakibatkan bayi saya meninggal," sambung Irmawati.

Baca juga: Mengaku Korban Malapraktik hingga Lumpuh, IRT di Bekasi Ternyata Menderita TBC Tulang

Hotman mendorong agar dugaan malapraktik ini segera ditangani oleh seluruh pihak terkait.

Selain itu ia juga mengatakan kasus ini bakal dibawa ke ranah pidana.

"Dan di samping laporan pidana, juga akan mengajukan gugaran perdata kepada semua pihak terkait. Termasuk kepada susunan direksi Rumah Sakit Linggarjati Kuningan agar semua dicopot," tegas Hotman.

Kronologi Bayi Meninggal Dunia karena Terlambat Penanganan Medis

Seorang bayi dilaporkan meninggal dunia saat proses persalinan di RSUD Linggarjati Kuningan, Jawa Barat.

Dugaan sementara, hal itu terjadi akibat keterlambatan penanganan medis. 

Peristiwa menyedihkan ini menimpa pasangan suami istri asal Desa Gandasoli, Kecamatan Kramatmulya, dan terjadi pada pertengahan Juni 2025.

Kisah pilu tersebut menjadi viral di media sosial setelah ayah bayi, Andi, membeberkan kronologi kejadian.

Ia mengungkapkan bahwa sang istri, Irmawati, mengalami kontraksi hebat pada 14 Juni 2025 dan telah mengalami pecah ketuban. Irmawati kemudian diperiksa oleh bidan desa yang menyarankan agar segera dibawa ke rumah sakit.

"Sekitar jam 11 malam saya antar ke RSUD Linggarjati karena ketuban sudah pecah. Kata bidan harus cepat ditangani," tutur Andi pada Minggu, 6 Juli 2025.

Setiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD), Irmawati mengalami keluarnya air ketuban dalam jumlah besar. Namun menurut Andi, tidak ada tindakan cepat yang diambil oleh petugas medis.

“Bahkan air ketuban sempat dibersihkan oleh petugas kebersihan, bukan tenaga medis,” ungkapnya.

Irmawati lalu dipindahkan ke ruangan lain tanpa penanganan lanjutan. Rasa sakit semakin menjadi, namun keluarga mengaku hanya mendapat respons seadanya dari perawat. Bahkan saat cairan lendir keluar sekitar pukul 03.00 dini hari, Irmawati justru mendapat teguran.

“Waktu itu saya lapor ke perawat, tapi istri saya malah dimarahi,” kenang Andi.

Setelah dua hari dirawat tanpa tindakan operasi, barulah proses persalinan dilakukan. Sayangnya, bayi mereka dinyatakan meninggal tak lama setelah dilahirkan.

Dokter menyebut bayi sempat menunjukkan tanda-tanda kehidupan, namun tidak bertahan lama. Keluarga menduga keterlambatan tindakan medis menjadi penyebab utama.

"Dokter bilang anak saya sempat hidup. Tapi tidak lama, dan akhirnya meninggal. Saya yakin ini karena lambatnya penanganan," ucap Andi.

Menanggapi hal ini, Direktur RSUD Linggarjati Kuningan, Eddy Syarief, membenarkan adanya kasus tersebut. Ia telah menemui keluarga korban dan menyampaikan permintaan maaf serta belasungkawa secara langsung.

“Kami turut berduka dan memohon maaf atas kejadian ini,” kata Eddy.

Eddy juga menegaskan bahwa rumah sakit telah mengikuti prosedur standar operasional (SOP) dalam penanganan pasien.

Namun demikian, pihak rumah sakit akan segera melakukan audit internal untuk mengevaluasi sejauh mana SOP dijalankan oleh tim medis saat itu.

"Kami akan lakukan audit menyeluruh untuk mengetahui bagaimana penerapan SOP saat kasus ini terjadi," tegasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved