Senin, 6 Oktober 2025

Child Worker

Putus Sekolah, Jadi Tukang Semir Sepatu Demi Belanja Ibu

Putus sekolah dari bangku SD, jadi tukang semir sepatu demi bisa setor uang belanja untuk ibunda. Itulah Ukat, bocah tukang semir sepatu.

Putus Sekolah, Jadi Tukang Semir Sepatu Demi Belanja Ibu - semir_11.jpg
TRIBUNNEWS.COM/ AGUNG BUDI SANTOSO
Ukatma, bocah tukang semir sepatu di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat. Ia putus sekolah demi membantu mencari uang belanja untuk ibunya.
Putus Sekolah, Jadi Tukang Semir Sepatu Demi Belanja Ibu - semir_21.jpg
TRIBUNNEWS.COM/ AGUNG BUDI SANTOSO
Jumlah anak putus sekolah dan memutuskan jadi penyemir sepatu di sejumlah stasiun antara Serpong dan Tanah Abang kian banyak.
Putus Sekolah, Jadi Tukang Semir Sepatu Demi Belanja Ibu - semir_31.jpg
TRIBUNNEWS.COM/ AGUNG BUDI SANTOSO
Di masa usia sekolah, bocah remaja ini jualan sate di kawasan Jombang, Tangerang Selatan.
Putus Sekolah, Jadi Tukang Semir Sepatu Demi Belanja Ibu - IMG009571.jpg
TRIBUNNEWS.COM/ AGUNG BUDI SANTOSO
Sebagian anak putus sekolah memilih jadi ojek payung di Stasiun Kebayoran, Tanah Abang, Tanah Abang maupun Serpong.

- Data versi Komnas Perlindungan Anak = dari 6,5 juta pekerja anak berusia 6-18 tahun, sebanyak 26 persen di antaranya bekerja di lingkungan yang berbahaya bagi anak.

- Akhir Maret 2012, ILO memperkirakan 688 ribu anak Indonesia bekerja sebagai pembantu rumahtangga.

- 5 Juli 2012, Menakertrans Muhaimin Iskandar mengancam akan mempidanakan orangtua atau perusahaan yang mempekerjakan anak usia sekolah. Para pelanggar bisa dijerat Undang-undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003) dan UU tentang Ratifikasi Konvensi ILO pada Pekerjaan terburuk untuk anak (UU No.20 Tahun 1999 dan UU No 1. Tahun 2000) atau UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga. (abs)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved