Senin, 29 September 2025

Bacaan Doa

Doa Memohon Ketetapan Iman agar Tak Goyah dari Hal Duniawi

Setiap muslim perlu membaca doa memohon ketetapan iman agar Allah senantiasa menjaga hati dari hal-hal buruk yang dapat merusak iman.

|
Editor: Nuryanti
Canva/Tribunnews
DOA KETETAPAN IMAN - Gambar dibuat di Canva, Selasa (23/9/2025). Setiap muslim perlu membaca doa ketetapan iman agar Allah senantiasa menjaga hati dari hal-hal duniawi yang dapat merusak iman. 

TRIBUNNEWS.COM - Iman merupakan cahaya yang menerangi hati setiap muslim dalam menapaki jalan kehidupan. 

Kata "iman" diambil dari bahasa Arab, amana yu’minu-imanan, yang artinya percaya atau yakin.

Dalam Islam, iman dimaknai sebagai keyakinan atau percaya kepada Allah dan Rasul-Nya.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hujurat (49): 15)

Namun, menjaga ketetapan iman bukanlah hal yang selalu mudah di tengah berbagai godaan dan ujian dunia. 

Rasulullah mengajarkan doa-doa khusus agar hati tetap teguh dan istiqamah di jalan Allah. 

Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menyebutkan doa memohon ketetapan iman yang diambil dari Al-Qur'an.

"Ya Tuhan, sungguh kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka." (QS. Âli 'Imrân: 16). 

Selain tercantum di dalam Al-Qur'an, doa ketetapan iman juga terdapat dalam hadis, seperti ditulis dalam buku Kumpulan Doa Sehari-hari terbitan Kemenag tahun 2013.

Doa Memohon Ketetapan Iman

اللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

Allāhumma yā muqallibal-qulūbi thabbit qalbī ‘alā dīnik.

Artinya: “Ya Allah, wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi No. 2140, dinyatakan hasan shahih)

Baca juga: Mengapa Jari Telunjuk Diangkat Saat Tahiyat? Apakah Jari Digerakkan atau Lurus?

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Rabbana lā tuzigh qulūbanā ba‘da idh hadaytanā wa hab lanā min ladunka raḥmah, innaka antal-wahhāb.

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS. Āli ‘Imrān: 8)

رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ

Rabbana āmannā bimā anzalta wa-ittaba‘nā ar-rasūla faktubnā ma‘a ash-shāhidīn

Artinya: “Ya Tuhan kami, kami beriman kepada apa yang Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul-Mu, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi.” (QS. Āli ‘Imrān: 16)

Unsur Iman dalam Islam

Islam mengajarkan rukun iman, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada takdir.

Dalam skripsi berjudul Konsep Iman Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah oleh Ufita Al Ariza, mahasiswi jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang tahun 2022, dijelaskan enam rukun iman.

1. Iman kepada Allah

Iman kepada Allah artinya yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah 285:

Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa) "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al- Baqarah: 285)

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa’: 136)

2. Iman kepada malaikat

Iman kepada malaikat-malaikat Allah artinya meyakini adanya malaikat yaitu hamba Allah yang selalu tunduk dan beribadah kepada-Nya.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim (66):6)

“Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas karena kebesaran Tuhan, dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan mereka dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Pengampun lagi Penyayang.” (QS. Al-A’raf (7): 206)

3. Iman kepada kitab Allah

Mengimani kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah artinya meyakini dengan benar bahwa kitab-kitab itu dari Allah.

Kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya yaitu kitab Zabur kepada Nabi Daud, Taurat kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, dan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad.

Namun, bagi umat Islam hanya wajib menjalankan syariat dari kitab Al-Qur'an.

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qu’ran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9)

"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisa': 136)

4. Iman kepada Rasul

Iman kepada Rasul artinya mempercayai dan yakin bahwa Allah Swt mengutus para Rasul kepada umatnya untuk memberikan petunjuk.

Selain Rasul yang diberikan kitab oleh Allah, umat Islam juga wajib meyakini dua puluh lima Nabi.

5. Iman kepada hari kiamat

Umat Islam wajib meyakini akan adanya hari kiamat atau hari akhir dan tidak ada satu pun makhluk Allah yang mengetahui kapan terjadinya.

Pada hari itu, Allah akan membangkitkan seluruh manusia dari kubur, mengumpulkan mereka di padang mahsyar untuk diminta pertanggungjawaban atas perbuatan mereka di dunia.

6. Iman kepada takdir (Qadha dan Qadhar)

Iman kepada takdir artinya meyakini dan percaya bahwa setiap yang terjadi pada manusia adalah ada kehendak dan kekuasaan Allah.

Qadha artinya ketetapan atau keputusan Allah yang sudah pasti, di antaranya ajal seseorang, jenis kelamin seseorang, orang tua dan takdir kehidupan yang dijalani oleh seseorang termasuk bagaimana ia meninggal dunia.

Qadhar artinya ketentuan Allah tentang bagaimana keputusan itu terjadi dan dapat diubah oleh manusia melalui usaha serta doa.

31 Sebab Lemahnya Iman

Dalam buku 31 Sebab Lemahnya Iman karya Husain Muhammad Syamir, yang diterbitkan oleh Darul Haq, disebutkan hal-hal yang dapat melemahkan iman seorang muslim.

1. Kurang Ikhlas

Kurangnya keikhlasan berarti seseorang melakukan ibadah atau amal hanya karena ingin dilihat orang lain atau memperoleh keuntungan duniawi. Hatinya tidak sepenuhnya tertuju kepada Allah, sehingga setiap perbuatan baiknya menjadi kurang sempurna dan tidak mendapatkan keberkahan yang maksimal. Ikhlas adalah pondasi utama bagi setiap amal, karena tanpa keikhlasan, amal bisa menjadi sia-sia.

2. Minimnya Pendidikan Mental

Pendidikan mental yang kurang membuat seseorang lemah dalam menghadapi cobaan dan godaan dunia. Tanpa pelatihan diri untuk taat kepada Allah, seseorang lebih mudah menyerah pada dorongan nafsu dan emosi. Pendidikan mental bukan hanya tentang ilmu formal, tetapi juga tentang pembiasaan disiplin, kesabaran, dan kesadaran spiritual.

3. Mudah Tergoda dengan Dunia

Seseorang yang terlalu fokus pada kesenangan duniawi cenderung melupakan kehidupan akhirat. Harta, kedudukan, dan kesenangan sementara bisa mengalihkan perhatian dari ibadah dan amal shalih. Orang semacam ini sering merasa puas dengan dunia, sehingga imannya menjadi lemah karena kurang menempatkan Allah sebagai prioritas utama.

4. Menyukai Puji dan Sanjungan

Ada orang yang beribadah atau berbuat kebaikan semata-mata agar dipuji oleh orang lain. Mereka lebih peduli dengan opini manusia daripada ridha Allah. Keadaan ini membuat hati mudah terpengaruh oleh pujian atau celaan, sehingga amal yang seharusnya murni menjadi ternoda oleh niat duniawi.

5. Malas Beribadah

Malas dalam beribadah berarti kurangnya semangat atau kemauan untuk menunaikan kewajiban dan sunnah. Orang yang malas cenderung menunda shalat, puasa, dan amal kebaikan lainnya. Ketidakaktifan ini lama-kelamaan melemahkan iman karena ibadah adalah sarana utama menjaga hubungan dengan Allah.

6. Lalai dalam Menjaga Waktu

Waktu adalah salah satu karunia terbesar dari Allah. Seseorang yang tidak pandai memanfaatkan waktu untuk beribadah atau beramal shalih akan mengalami kemunduran dalam keimanan. Menghabiskan waktu untuk hal-hal yang sia-sia membuat hati jauh dari kesadaran spiritual.

7. Kurangnya Ilmu Agama

Kurangnya pemahaman tentang ajaran Islam membuat seseorang lebih mudah tersesat dan mengikuti nafsu atau kebiasaan buruk. Tanpa ilmu, seseorang tidak tahu mana yang diperbolehkan dan yang dilarang, sehingga cenderung mengambil jalan yang merugikan imannya.

8. Tidak Mengamalkan Ilmu

Mengetahui ajaran agama tapi tidak menerapkannya membuat ilmu itu menjadi tidak bermanfaat. Ilmu yang tidak diamalkan tidak akan memperkuat iman atau memperbaiki akhlak. Orang yang hanya tahu tapi tidak bertindak sama seperti seseorang yang buta akan jalan kebenaran.

9. Menyukai Perdebatan yang Tidak Produktif

Perdebatan yang hanya untuk menang sendiri atau membuktikan kepintaran bisa melemahkan iman. Hal ini sering memunculkan emosi, kesombongan, dan rasa tidak sabar, yang pada akhirnya mengurangi ketenangan hati dan fokus pada kebaikan.

10. Mudah Terpengaruh Lingkungan Negatif

Seseorang yang terlalu dipengaruhi teman atau lingkungan yang tidak mendukung ibadah akan mudah ikut kebiasaan buruk. Lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk karakter, dan pengaruh negatif bisa membuat seseorang lupa akan tanggung jawab spiritualnya.

11. Menyukai Hiburan yang Menghalangi Ibadah

Terlalu banyak menghabiskan waktu untuk hiburan yang tidak bermanfaat dapat mengalihkan perhatian dari ibadah dan amal shalih. Ketika hati terlalu fokus pada kesenangan dunia, energi dan semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah menjadi berkurang.

12. Tidak Menjaga Pandangan

Melihat hal-hal yang dilarang atau tidak pantas dapat merusak hati dan memicu keinginan yang tidak baik. Mata yang tidak dijaga akan membuka jalan bagi nafsu dan kejahatan, yang kemudian melemahkan iman seseorang secara bertahap.

13. Mudah Marah

Emosi yang tidak terkendali membuat seseorang rentan melakukan dosa dan berkata atau bertindak sembarangan. Marah yang berlebihan dapat menimbulkan permusuhan, kebencian, dan merusak hubungan dengan Allah maupun sesama manusia.

14. Suka Menggunjing

Membicarakan keburukan orang lain tanpa alasan yang benar dapat menimbulkan fitnah, iri, dan kebencian. Menggunjing melemahkan hati dan membuat seseorang fokus pada aib orang lain, bukan memperbaiki diri sendiri.

15. Kikir dalam Berinfak

Enggan bersedekah atau menolong orang lain membuat hati keras dan egois. Berinfak merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan menahan diri dari beramal membuat iman tidak berkembang.

16. Tidak Menjaga Shalat Berjamaah

Shalat berjamaah memiliki pahala lebih besar dan memperkuat rasa persaudaraan. Mengabaikannya tanpa alasan syar’i membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk menumbuhkan disiplin spiritual dan rasa tanggung jawab terhadap komunitas.

17. Tidak Menjaga Shalat Sunnah

Shalat sunnah membantu menjaga hati tetap dekat dengan Allah dan menyeimbangkan kehidupan spiritual. Mengabaikannya membuat seseorang kehilangan kesempatan memperkuat hubungan dengan Tuhan.

18. Tidak Membaca Al-Qur’an

Membaca dan memahami Al-Qur’an membantu menenangkan hati dan menuntun kehidupan. Jika seseorang tidak meluangkan waktu untuk Al-Qur’an, ia akan lebih mudah tersesat dan kurang mendapat kekuatan iman.

19. Tidak Berdzikir

Dzikir adalah pengingat hati terhadap Allah. Orang yang jarang berdzikir mudah lupa akan kehadiran Tuhan dalam kehidupannya, sehingga hati menjadi kosong dan rentan terhadap godaan.

20. Tidak Berdoa

Doa adalah cara meminta pertolongan dan bimbingan Allah. Mengabaikannya membuat seseorang merasa lemah dan kehilangan ketenangan batin. Tanpa doa, hubungan spiritual menjadi renggang.

21. Menyukai Kemaksiatan

Terjerumus dalam dosa secara terus-menerus tanpa merasa bersalah melemahkan hati. Kebiasaan maksiat membuat hati keras dan iman berkurang karena terbiasa melanggar perintah Allah.

22. Menyukai Kebohongan

Berbohong merusak kepercayaan dan moral. Seseorang yang sering berdusta akan kehilangan integritas dan kesadaran akan kebenaran, sehingga imannya tergerus perlahan.

23. Mengabaikan Tanggung Jawab

Tidak menunaikan kewajiban sebagai Muslim, seperti menunaikan hak orang lain atau kewajiban agama, melemahkan kesadaran spiritual dan rasa tanggung jawab terhadap Allah dan sesama.

24. Tidak Bersyukur

Orang yang tidak menghargai nikmat Allah cenderung merasa puas dengan hal yang sedikit dan mudah kecewa. Kurangnya rasa syukur membuat hati menjadi keras dan iman tidak berkembang.

25. Tidak Sabar

Kesulitan hidup yang dihadapi tanpa kesabaran akan membuat hati gelisah dan mudah putus asa. Sabar adalah pondasi untuk menghadapi ujian, dan tanpa kesabaran, iman menjadi rapuh.

26. Tidak Tawakal

Tidak menyerahkan urusan kepada Allah setelah berusaha membuat seseorang selalu gelisah dan khawatir. Tawakal membantu menenangkan hati dan memperkuat iman, sementara tidak melakukannya melemahkan kepercayaan pada kekuasaan Allah.

27. Tidak Ikhlas dalam Beramal

Beramal hanya untuk dipuji manusia, bukan Allah, membuat amal menjadi kurang bernilai. Iman seseorang menjadi rapuh karena hatinya terikat pada penilaian manusia.

28. Tidak Menjaga Lisan

Mengucapkan kata-kata yang menyakiti orang lain atau tidak bermanfaat menimbulkan dosa dan menurunkan kualitas spiritual. Hal ini karena lisan yang tidak dijaga akan merusak hati dan iman.

29. Tidak Menjaga Hati

Hati yang dipenuhi iri, dengki, atau hasad menjadi gelap dan sulit menerima kebenaran. Kondisi ini membuat seseorang mudah tersesat dan kehilangan semangat beramal shalih.

30. Tidak Menjaga Aurat

Mengabaikan aturan menutup aurat membuat seseorang mudah tergoda dan kehilangan kesadaran spiritual. Tubuh yang tidak dijaga akan memengaruhi perilaku dan pola pikir, sehingga iman melemah.

31. Tidak Menjaga Hubungan dengan Allah

Mengabaikan ibadah, doa, dan ketaatan membuat seseorang jauh dari Allah. Hubungan yang renggang ini membuat hati lemah, mudah putus asa, dan rentan terhadap godaan dunia.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan