Senin, 29 September 2025

Demi Terhindar dari Investasi Bodong & Gaya Hidup Negatif, Publik Diminta Bangun Budaya Sadar Risiko

Masyarakat diminta untuk mulai menerapkan budaya sadar risiko dalam setiap keputusan yang diambil.

HO/Dok Pribadi
BUDAYA SADAR RISIKO - Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) Dimas Syailendra. (HO/Dimas Syailendra) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat diminta untuk mulai menerapkan budaya sadar risiko dalam setiap keputusan yang diambil.

Pernyataan ini disampaikan Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) Dimas Syailendra R, kepada wartawan, Selasa (22/7/2025).

Masindo atau Masyarakat Sadar Risiko Indonesia berdiri pada tahun 2021, merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan membangun budaya sadar risiko di masyarakat Indonesia, agar lebih bijak dalam mengambil keputusan dan siap menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.

Organisasi ini aktif menyuarakan pentingnya berpikir jangka panjang dan mitigasi risiko dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Dimas, dalam pengambilan keputusan, banyak masyarakat cenderung lebih mengutamakan aspek emosional ketimbang mempertimbangkan risiko dan konsekuensi yang mungkin timbul.

“Budaya sadar risiko adalah cara berpikir yang memandang jauh ke depan,” kata Dimas kepada wartawan, Selasa (22/7/2025).

Ia menjelaskan kesadaran terhadap risiko tidak hanya terbatas pada aspek keselamatan berkendara, tapi juga mencakup isu-isu penting lainnya seperti kesehatan, lingkungan, ekonomi, hingga investasi digital. 

Ia kemudian mencontohkan bahaya dari konsumsi makanan tidak sehat secara terus-menerus, serta risiko jebakan investasi bodong yang menawarkan imbal hasil besar dalam waktu singkat.

Dimas mengatakan pihaknya aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif dengan tujuan untuk menanamkan budaya sadar risiko dalam kehidupan sehari-hari. 

Kegiatan tersebut melibatkan beragam pemangku kepentingan dari sektor pemerintah, swasta, akademisi, media, hingga komunitas masyarakat.

“Kami ingin membentuk kebiasaan untuk berpikir sadar risiko sebelum bertindak. Bersama pemerintah, kami juga mendorong agar pendekatan ini dapat diintegrasikan ke dalam regulasi dan perundang-undangan,” jelasnya.

Ia menyebut kesadaran risiko adalah hal fundamental yang perlu dimiliki oleh setiap individu. Menurutnya, bangsa yang sadar risiko akan lebih siap dan tangguh dalam menghadapi tantangan kompleks di masa depan. Saat ini, kata dia, terdapat dua tipe masyarakat dalam menyikapi risiko.

Pertama, mereka yang tidak sadar risiko dan cenderung mengambil keputusan berdasarkan emosi atau dorongan sesaat. 

Kedua, kelompok yang sebenarnya menyadari adanya risiko, namun memilih untuk mengabaikannya dengan asumsi bahwa risiko tersebut tidak akan berdampak langsung pada dirinya atau orang terdekat.

“Contohnya, saat seseorang berkendara motor tanpa helm—itu jelas berisiko. Tapi jika memakai helm, kita mengurangi potensi cedera bila terjadi kecelakaan. Sama halnya dengan penggunaan sabuk pengaman di mobil. Itulah prinsip pengurangan risiko atau harm reduction,” terang Dimas.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan