Senin, 29 September 2025

Widianti Widjaja Pertahankan Teknik Pembuatan Batik Legendaris, Jaga Warisan Leluhur 100 Tahun

Widianti Widjaja tak pernah terpikir menangani rumah batik Oey Soe Tjoen (OST) warisan leluhurnya, yang kini genap berusia 100 tahun

Penulis: Willem Jonata
Editor: Erik S
Istimewa
WARISAN LELUHUR - Widianti Widjaja atau Oey Kiem Lian, adalah generasi ketiga pengelola rumah batik Oey Soe Tjoen (OST), ditemui di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (16/7/2025). Ia mewarisi rumah batik yang berdiri sejak 1925 di Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah. 

TRIBUNNEWS.COM - Warisan bukan sekadar benda, tapi juga dapat berupa kisah perjuangan, pengabdian, cinta, dan kehormatan yang dapat menginspirasi generasi berikutnya.

Widianti Widjaja yang memiliki nama Tionghoa Oey Kiem Lian tak pernah terpikir menangani rumah batik Oey Soe Tjoen (OST) warisan leluhurnya, yang kini genap berusia 100 tahun, sekaligus menjadikannya salah satu rumah batik tertua di Indonesia.

Sebab, sebelum diminta menangani rumah batik tersebut oleh kedua orang tuanya, yakni Oey Kam Long (Muljadi Widjaja) dan Lie Tjien Nio (Istijanti Setiono), Widianti sudah punya rencana sendiri.

Baca juga: Lewat Pertamina Pertapreneur Aggregator, Batik Muria Kudus Latih Kemandirian Disabilitas

Namun, tahun 2022 menjadi titik balik yang membuat hidupnya berubah.

"Sempat merasa hidup saya berhenti, saat papa (ayah) mengarahkan saya untuk menerima warisan ini," kata Widianti, ditemui di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

Maklum, Widianti kala itu tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni soal batik tulis. Perasaan gentar menyelimutinya.

Tapi, ia tak punya pilihan selain menerima dan berusaha belajar tentang batik dari para pembatik senior, hingga akhirnya berhasil meneruskan eksistensi OST.

Dengan ketekunan, ia mampu memperkaya motif klasik tanpa meninggalkan pakem yang digariskan sang pendiri.

Widianti menerangkan setiap helai batik dikerjakan sepenuhnya dengan tangan melalui proses pewarnaan celup berlapis.

Bahkan, menurut dia, pengerjaan satu kain bisa memakan waktu minimal tiga tahun.

"Membuat satu kain bisa memakan waktu tiga tahun, itu pun kalau tidak ada halangan," ucap dia.

Baca juga: Ikut World Expo 2025 di Osaka, Pertamina Bawa Batik Difabel Boyolali ke Pentas Dunia

Keri atau proses membersihkan atau mengerik sisa-sisa malam (lilin) dari kain batik setelah proses pewarnaan dan pengeringan, bergantung pada musim. 

"Saat kemarau, kami butuh matahari untuk proses pengeringan," lanjut Widianti.

Keunikan batik OST yang masih dipegang teguh Widianti terletak pada teknik pembuatan yang ditulis di dua sisi kain, corak yang kaya nilai budaya dan sejarah, dan komposisi gradasi warna rumit. 

Tak heran kualitas tinggi menjadikan batik tersebut populer sebagai mas kawin oleh kalangan atas pada masa sebelum pendudukan Jepang.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan