Menjawab Tren Mindful Consumerism, Upaya Mengurangi Masalah Lingkungan dari Sektor Fashion & Tekstil
Limbah merupakan salah satu dampak terbesar industri terhadap lingkungan, terutama dari sektor fashion dan tekstil.
Penulis:
Willem Jonata
Editor:
Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Limbah merupakan salah satu dampak terbesar industri terhadap lingkungan, terutama dari sektor fashion dan tekstil.
Pewarna tekstil yang mencemari air, bahan polyester yang terurai menjadi mikroplastik, hingga sisa produksi yang tidak terpakai menjadi ancaman nyata bagi ekosistem.
Menurut laporan Bappenas, limbah tekstil di Indonesia menjadi masalah lingkungan yang signifikan, dengan jumlah yang terus meningkat setiap tahunnya.
Diperkirakan Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menghasilkan 3,9 juta ton limbah pada 2030, dengan catatan jika tidak ada perubahan signifikan dalam sistem produksinya.
Dalam tekanan untuk memenuhi permintaan pasar, pendekatan reduce bagi pelaku industri memang menantang.
Namun, prinsip reuse dan recycle bisa menjadi alternatif yang efektif. Langkah pertama adalah mengevaluasi bahan yang digunakan dan dari mana asalnya.
Gunakan sumber lokal, sisa produksi pabrik (deadstock), atau bahan daur ulang yang berdampak minim terhadap lingkungan.
"Dengan mengenal lebih dalam asal-usul bahan baku, brand bisa mengambil kontrol atas dampak produksinya. Deadstock punya potensi untuk bisa diolah kembali," ujar Abdurrahman Robbani (Rahman), Head of Emerging Brand Hypefast.
Selain lebih berkelanjutan, Rahman, sapaan akrabnya, sumber lokal juga memperpendek rantai pasok dan mendorong ekonomi kreatif di daerah.
Nona Rara, misalnya, menjalankan program reuse dengan mengubah limbah kain dan payet menjadi boneka dan bros.
Inisiatif ini berhasil mengurangi 75 persen limbah dari lini produksinya.
Inisiatif ini membuka peluang pasar baru dan menarik segmen konsumen yang lebih muda serta peduli lingkungan, sekaligus memperkuat citra brand heritage yang inovatif.
Di sisi lain, Luxcrime, brand kecantikan lokal, menggandeng Seven Clean Seas dalam inisiatif daur ulang kemasan produk sebagai bentuk komitmen terhadap circular economy.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa solusi kreatif bisa ditempuh, bahkan di tengah keterbatasan produksi.
Ditambah lagi, beberapa tahun terakhir kesadaran konsumen terhadap dampak dari keputusan belanja mereka terus meningkat.
Bisa Tampil di Ruang Terbuka, Moskow Fashion Week Musim Panas akan Dipertahankan |
![]() |
---|
Ketahanan Digital RI di Era AI Jadi Bahasan Mendalam di Digital Resilience Summit 2025 |
![]() |
---|
Warga Binaan Lapas Nusakambangan dapat Pelatihan Mengolah Limbah Pembakaran Batu Bara Jadi Batako |
![]() |
---|
Mangrove Bangkit: 15 Ribu Hektare Pesisir Siap Direstorasi |
![]() |
---|
Kolaborasi dari Indonesia di Panggung BRICS+ Fashion Summit 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.