Tren Pasangan Muda Merayakan Pernikahan yang Ramah Lingkungan: Tanpa Meninggalkan Jejak Karbon
undangan pernikahan rata-rata menggunakan sekitar 5 pon atau hampir 2,5 kg kertas, yang berarti sekitar 100 pohon.
Tren Pasangan Muda Merayakan Pernikahan yang Ramah Lingkungan, Tanpa Meninggalkan Jejak Karbon
Willem Jonata/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM - Undangan pernikahan yang dicetak secara fisik ternyata berkontribusi terhadap emisi karbon.
Environmental Paper Network dan Carbon Trust, salah lembaga lingkungan internasional, dalam kajiannya menyebut satu undangan fisik rata-rata menghasilkan 140 gram emisi karbon dioksida ekuivalen (CO₂e).
Jumlah tersebut berasal dari proses produksi kertas, pencetakan, dan distribusi.
Jenis proses pembuatan pulp dan sumber energi yang digunakan berdampak signifikan terhadap emisi.
Produksi kertas daur ulang yang melibatkan penghilangan tinta dapat memiliki emisi yang lebih tinggi daripada proses tanpa penghilangan tinta.
Transportasi untuk bahan baku dan produk jadi juga berkontribusi terhadap emisi secara keseluruhan.
Yang mencengangkan, dalam artikel Smart E Invites, disebut bahwa undangan pernikahan rata-rata menggunakan sekitar 5 pon atau hampir 2,5 kg kertas, yang berarti sekitar 100 pohon.
Bisa dibayangkan dampak Lingkungan dari undangan kertas.
Itulah yang menjadi keresahan Alki Adi Joyo Diharjo. Melalui Viding, ia berupaya mengurangi dampak lingkungan yang mungkin terjadi dengan mengalihkan undangan fisik ke format digital.
Melalui upaya tersebut, secara kolektif membantu menghindari lebih dari 312 ton CO₂e emisi karbon.
Sebagai estimasi, ini setara menanam lebih dari 14.800 pohon baru, dengan asumsi satu pohon dewasa rata-rata menyerap sekitar 21 kg CO₂e per tahun.
"Undangan digital adalah bukti nyata bahwa momen sakral bisa dirayakan tanpa meninggalkan jejak karbon," ujar Yoy, sapaan akrabnya.
Menurut Joy, preferensi terhadap solusi digital semakin meningkat, terutama di kalangan pasangan muda yang akrab dengan teknologi dan memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi.
Pihaknya hingga kini terus memperkaya fitur digitalnya, mulai dari buku tamu digital, live streaming, yang dilengkapi dengan Viding Studio dan didukung dengan AI generative.
Fitur-fitur tersebut dikembangkan untuk membangun ekosistem pernikahan yang efisien, praktis, dan minim pemborosan.
Salah satu fitur menarik, yakni "Carbon Saved Tracker". Fitur ini memungkinkan pasangan melihat secara realtime jumlah emisi karbon yang berhasil mereka hemat melalui penggunaan undangan digital.
"Kami ingin menjadikan jejak karbon yang dihindari ini sebagai kebanggaan bersama. Ini bukan sekadar angka, ini adalah bagian dari cerita cinta yang berkelanjutan,” terangnya.
Joy juga menekankan bahwa keberlanjutan bukan sekadar nilai tambah, tapi sudah menjadi DNA dari platformnya.
“Kami ingin setiap pasangan bukan hanya merasa dimudahkan secara teknis, tapi juga merasakan kepuasan emosional karena turut berkontribusi terhadap bumi,” jelasnya.
Ia percaya upaya tersebut, dapat menjadi katalis perubahan dalam cara masyarakat merayakan momen penting tanpa meninggalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
RI Tempati Peringkat 43 Digital Competitiveness Dunia, Menperin Agus Gumiwang: Saya Tidak Puas |
![]() |
---|
Autokritik Menperin: Tranformasi Digital Sektor Industri Berjalan Lambat |
![]() |
---|
Wamenkomdigi Angga Raka Prabowo Akui Diminta Presiden Memperkuat Bidang Komunikasi |
![]() |
---|
6 Tips Liburan ke Jepang, Dari Transportasi Hingga Belanja Pakai DANA |
![]() |
---|
TelkomMetra Dukung Kerja Sama AdMedika–CMS untuk Perkuat Ekosistem Digital Kesehatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.