Autokritik Menperin: Tranformasi Digital Sektor Industri Berjalan Lambat
Menurut Menperin, pihaknya terus mendukung terciptanya ekosistem inovasi di Indonesia agar semakin kokoh
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor manufaktur di Indonesia masih belum optimal dalam menerapkan teknologi industri 4.0 dalam proses produksinya sehingga kontribusinya terhadap perekonomian nasional juga belum maksimal.
Oleh karena itu, diperlukan upaya strategis untuk mempercepat terbentuknya ekosistem transformasi digital sehingga sektor industri manufaktur di tanah air bisa semakin inovatif dan berdaya saing global.
“Indonesia sebagai negara besar dan negara yang kaya sumber daya alam belum dapat mengadopsi, menerapkan inovasi, untuk pertumbuhan ekonomi,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara Indonesia 4.0 Conference & Expo 2025 di Jakarta, Rabu (17/9/2025).
Baca juga: Menkeu Geser Rp200 Triliun Kas Negara ke Perbankan, Menperin: Angin Segar untuk Industri Nasional
Menperin mengemukakan, kondisi tersebut berdasarkan laporan Global Innovation Index (GII) 2024 yang dirilis World Intellectual Property Organization (WIPO), Indonesia menempati peringkat ke-54 dari 133 negara, serta berada di peringkat ke-8 di antara kelompok negara upper-middle income.
“Dalam laporan tersebut, tercatat bahwa enam indikator Indonesia mengalami perbaikan dalam jangka pendek. Perbaikan itu meliputi publikasi ilmiah, investasi penelitian dan pengembangan (R&D), jumlah paten internasional, konektivitas digital, penggunaan robot, serta produktivitas tenaga kerja,” ujarnya.
Namun demikian, lanjut Menperin, yang perlu menjadi catatan dari data tersebut antara lain adalah perbandingan dengan data tahun sebelumnya, negara-negara yang menempati peringkat di atas Indonesia, dan posisi negara-negara di Asean.
“Karena dari catatan ini, kami bisa pelajari negara-negara yang di atas peringkat kita, sehingga kita bisa menyusun kebijakan untuk mengejar peringkat yang lebih baik lagi. Untuk memperbaiki ranking tersebut, tentu masih banyak homework yang harus diselesaikan, dan banyak hal-hal yang harus dibenahi untuk mempercepat transformasi digital di sektor industri,” imbuhnya.
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang: 5 Tahun Terakhir Kinerja Industri Padat Karya Cukup Fluktuatif
Selain itu, Agus juga menyampaikan data Indonesia dalam World Digital Competitiveness Ranking 2024 yang dirilis oleh International Institute for Management Development (IMD). Indonesia berhasil naik dua peringkat dari tahun sebelumnya sehingga kini menempati posisi ke-43 dari 67 negara.
“Walaupun Indonesia dari tahun sebelumnya bisa naik dua peringkat, namun untuk tingkat digital competitiveness kita ini masih jauh dari memuaskan. Kalau ranking 43 dari 120 negara, itu masih oke,” tuturnya. Dari tiga faktor utama yang diukur, salah satu yang paling menonjol adalah future readiness atau tingkat kesiapan suatu negara dalam memanfaatkan peluang digital. Aspek ini mencakup sikap adaptif, kelincahan bisnis, serta integrasi teknologi informasi yang semakin berkembang di tanah air.
Menperin berharap, keunggulan Indonesia bisa tercemin dari data Manufacturing Value Added (MVA) pada tahun 2024 yang tercatat sebesar USD265,07 milyar (berdasarkan data World Bank), menjadikan Indonesia berada di peringkat-13 top manufacturing countries by value added di dunia. Nilai MVA Indonesia berada jauh di atas negera-negara Asia Tenggara, bahkan jika dibandingkan dengan Thailand yang berada di urutan kedua untuk kawasan Asia Tenggara. MVA Thailand hanya setengah dari nilai MVA Indonesia.
Ciptakan ekositem inovasi
Menurut Menperin, pihaknya terus mendukung terciptanya ekosistem inovasi di Indonesia agar semakin kokoh sekaligus membuktikan komitmen nyata dalam mempercapat upaya adopsi tenkologi digital sebagai fondasi penguatan sektor industri manufaktur.
Oleh karena itu, Indonesia harus unggul dalam mengembangkan riset ilmiah yang sejalan dengan inisiatif terkini dari para pelaku industri sehingga semakin banyak inovasi yang muncul untuk diusulkan ke Kemenperin dalam rangka penghargaan rintisan teknologo (Rintek).
“Tahun ini, hanya bertambah 15 judul inovasi baru dari 15 perusahaan industri. Kami berharap, peningkatan rintek ini sangat diperlukan agar Indonesia dapat membuktikan bahwa kreativitas di kalangan industri dapat tumbuh subur,” ujarnya.
Hal ini juga menjadi tanda bahwa ekosistem inovasi nasional semakin matang dan siap bersaing di tingkat global khususnya untuk produk manufaktur nasional.
Tanggapi Desakan Aliansi Ekonom, Kemenperin Klaim Sudah Reformasi Kebijakan TKDN |
![]() |
---|
Transformasi Digital dan Diversifikasi Kredit Dorong Kinerja Positif BNI Semester Pertama 2025 |
![]() |
---|
Menperin AGK akan Langsung Terbitkan Sertifikat TKDN iPhone 17 Setelah Diajukan Apple |
![]() |
---|
Menperin Agus Gumiwang Ingin RI Jadi Pusat Lahirnya Talenta Digital Kelas Dunia |
![]() |
---|
Kebijakan Industri Nasional 2026 Fokus ke Peningkatan Daya Saing dan Keberlanjutan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.