Kapan Anak Boleh Punya Medsos? Ini Saran Dokter Agar Tak Muncul Efek Negatif
Di era digital seperti sekarang, banyak orang tua yang bertanya-tanya, kapan waktu yang tepat bagi anak untuk memiliki media sosial (medsos)?
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di era digital seperti sekarang, banyak orang tua yang bertanya-tanya, kapan waktu yang tepat bagi anak untuk memiliki media sosial (medsos)?
Pertanyaan ini muncul seiring dengan makin mudahnya akses anak terhadap berbagai platform digital sejak usia dini.
Baca juga: Australia Akan Larang Anak Main Medsos, Perlukah Indonesia Terapkan Aturan Sama?
Menanggapi hal ini,Dokter spesialis anak dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang dan Pediatrik Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Farid Agung Rahmadi, Msi., Med., Sp.A SubsTKPS(K) beri penjelasan.
Menurutnya, penggunaan media sosial memang perlu disikapi dengan hati-hati.
Memberikan akses medsos terlalu dini kepada anak bisa berdampak negatif pada tumbuh kembang mereka.
"Terlalu cepat juga tidak baik. Karena tadi, begitu kita membuatkan medsos pada anak, anak langsung terekspos ke dunia yang entah-berentah," ungkapnya pada webinar, Senin (9/6/2025).
Baca juga: Ricky Harun Melarang Sang Anak Main Gadget, Ini Alasannya
Menurutnya, masa remaja adalah waktu yang relatif lebih aman untuk memperkenalkan anak pada media sosial.
Namun, tetap harus disertai pendampingan dari orang tua.
"Remaja, pada saat remaja, penggunaan medsos boleh diperkenalkan, tapi harus pendampingan juga," tegasnya.
Satu hal penting yang ditekankan adalah keterlibatan aktif orang tua dalam penggunaan media oleh anak.
"Apapun media atau apapun aplikasi yang dipakai oleh anaknya, orang tua harus tahu dan terlibat dalam penggunaannya," jelasnya lebih lanjut.
Selain itu, muncul pula pertanyaan dari media mengenai tanda-tanda gangguan perhatian atau konsentrasi akibat penggunaan digital yang berlebihan.
Dokter menegaskan bahwa perlu melihat fase perkembangan usia anak terlebih dahulu sebelum menyimpulkan adanya gangguan.
"Yang pertama dari segi umur dulu, perilaku anak yang aktif itu bisa saja merupakan fase-fase eksploratif usianya. Jadi di bawah 3 tahunan lah ya, di bawah 4 tahun ya, itu memang masih fase-fase eksplorasi seorang anak," ujarnya.
Namun, jika perilaku hiperaktif tersebut terus menetap dan mulai mengganggu, orang tua patut waspada.
"Nah, ketika sifat hiperaktif nya atau perilaku hiperaktif nya ini menetap dan bersifat mengganggu, ya ini kita harus hati-hati apakah memang ini bukan lagi merupakan fase-fase eksploratif seorang anak, tapi sudah merupakan gangguan perilaku," jelasnya.
Ia menyebutkan bahwa pada usia 3 hingga 4 tahun, orang tua sudah bisa mulai mengenali tanda-tanda gangguan tersebut.
Apalagi jika anak memiliki riwayat screen time yang tinggi sejak usia dini.
"Kalau anak ini, katakanlah umurnya 3 tahun, kemudian sangat aktif, lalu kita mendapati anak memiliki riwayat screen time yang tidak baik, makanya kita sudah bisa memutuskan harus dilubah perilaku screen timenya tanpa menunggu anak ini untuk," tegasnya.
Perbaikan harus segera dilakukan pada pola penggunaan media digital anak.
"Karena kita sudah melihat anak ini memiliki riwayat screen time yang tidak baik, jadi screen timenya yang harus dibetulin terlebih dahulu," imbuhnya.
Dengan memperbaiki pola screen time sejak dini, diharapkan perilaku hiperaktif anak akan mereda seiring dengan perkembangan usia.
Di tengah perkembangan zaman, beberapa sekolah memang sudah mulai menggunakan media digital seperti komputer, laptop, dan tablet sebagai bagian dari proses belajar.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dalam menyeimbangkan pemanfaatan teknologi untuk pendidikan, tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan psikologis anak.
Karenanya, penting bagi orang tua untuk terus mengikuti perkembangan digital dan menjadi pendamping aktif dalam penggunaan teknologi oleh anak.
Keterlibatan orang tua bukan hanya pada aspek teknis, tetapi juga dalam membentuk nilai, etika, dan kebiasaan sehat anak saat berinteraksi di dunia maya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.