Ketahui 3 Gaya Belajar Anak yang harus Diketahui Orangtua
Gaya belajar didefinisikan sebagai cara seseorang memproses dan menilai sebuah informasi.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Orangtua dituntut untuk mengetahui gaya belajar anak karena setiap orang punya kecenderungan yang beda-beda.
Tidak tidak ada yang salah dengan kecenderungan tadi karena tiap orang pasti style-nya beda.
Gaya belajar didefinisikan sebagai cara seseorang memproses dan menilai sebuah informasi.
Psikolog Irma Gustiana A, S.Psi., M.Psi. Psikologi.,CPC mengatakan, gaya belajar bisa diketahui saat anak berusia 3 tahun karena umur 0 sampai 2 kan masih masa-masa belajar dan mengamati nih kebiasaannya dan baru kenal lingkungan dan segala macamnya.
"Kalau tiga tahun kan biasanya anak-anak sudah mulai pra sekolah kalau di Indonesia ya dan sudah mulai mengenal lingkungan dan fisiknya juga udah mulai cukup kuat," kata Irma di sela-sela acara puncak Dunia Si Kecil yang diadakan LOTTE Choco Pie untuk merayakan Hari Anak Nasional di Play ‘N’ Learn di Jakarta, Minggu (23/7/2023).
Baca juga: Kemenko PMK-Defghi Kerjasama Aplikasi Digital Parenting untuk Cegah Siswa dari Risiko Negatif Gadget
Irma mengatakan, ada 3 jenis gaya belajar anak yakni gaya belajar visual, auditori, dan kinestetis.
Untuk tipe gaya belajar visual, anak-anak yang gaya belajar visual itu cenderung jadi lebih senang belajar dengan penglihatannya untuk bisa mengingat sebuah pesan atau informasi.
"Nah, biasanya mereka senang segala sesuatu yang colorful, ada ilustrasi gambar, ada infografis, dan itu membuat mereka menikmati cara belajarnya," kata Irma di sela-sela .
Lalu kemudian yang berikutnya adalah anak yang cara belajarnya dengan auditori.
Auditori itu berhubungan sama pendengaran, jadi cara belajarnya itu lebih dominan dengan cara mendengarkan orang lain atau sebuah objek atau sesuatu hal.
"Jadi kalau misalnya dia di kelas kecenderungannya tampak seperti anak yang tidak memperhatikan guru tapi sebenarnya dia mendengarkan apa yang diajarkan oleh gurunya. Menyimak. Tidak melihat ke depan, nggak ngeliat gurunya lagi ngobrol tapi dia mendengarkan.
Kadang dia melihat sana, melihat ke mari. Kalau kita punya temang yang auditori juga dia kayak enggak nyimak kita, tapi dia tau apa yang dibicarakan," katanya.
Biasanya kalau untuk anak-anak auditori ini, ia menganjurkan orangtua mengajak mereka belajarnya itu read aloud atau membaca dengan lantang.
"Kalau anak visual kan sambil silent aja dia bisa belajar, sambil dia coret, sambil dia lihat yang lain. Tapi kalau anak auditori, dia baca tapi dia bersuara sehingga suaranya tadi dia dengar. Pesan-pesan itu yang nanti dia ingat dan belajarnya juga biasanya kita ajarkan untuk direkam dulu nanti didengerin lagi," katanya.
EQ, Faktor Penting yang Tak Terlihat di Rapor tapi Menentukan Masa Depan |
![]() |
---|
Kenapa Orang Sekarang Gampang Baper? Ada Luka Lama yang Belum Sembuh |
![]() |
---|
Cara Mengasah Potensi Anak dengan Down Syndrome: Hindari Stigma, Beri Ruang Ekspresi |
![]() |
---|
Apa Itu Inner Child? Psikolog Sebut Bisa Saja Kemungkinan Pengaruhi Arya Daru sebelum Tewas |
![]() |
---|
Psikolog Heran Arya Daru Burnout Sebelum Bunuh Diri: Kerja di Kemlu Indonesia Nggak Berat-berat Amat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.