Senin, 29 September 2025

Pemerintah Harus Memastikan Setiap Anak Lahir Sehat dan Bebas Stunting

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, MPd, melakukan kunjungan kerja pertama ke Kampung KB Pasar Keong.

Editor: Content Writer
Istimewa
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, MPd, melakukan kunjungan kerja pertama ke Kampung KB Pasar Keong, Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten, Rabu (30/10/2024) 

"Alhamdulillah, terima kasih Pak Bupati (Pj. Bupati Lebak, Gunawan Rusminto) yang telah memberikan bantuan bedah rumah, di mana kita pastikan airnya, dapurnya, MCK nya, WC nya sebagai salah satu  penyebab stunting," ujar Menteri.

Salah satu penerima bantuan, Uni Sapitri (29), mengungkapkan harapannya. “Bantuan ini sangat berarti bagi kami. Saya terharu dan merasa bersyukur atas perhatian pemerintah kabupaten. Semoga perbaikan rumah dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga kami, dan anak-anak kami bisa tumbuh dengan baik,” tuturnya.

Berdasarkan Pendataan Keluarga, KRS di Lebak mencapai 48.430. Keluarga berisiko stunting didefinisikan sebagai keluarga yang memiliki satu atau lebih faktor risiko stunting. Mereka yang memiliki  risiko stunting dalam  keluarga adalah  anak remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil. Termasuk juga anak usia 0 hingga 23 bulan yang berasal dari keluarga miskin. 

Adapun faktor risiko stunting pada keluarga antara lain disebabkan  pendidikan orang tua rendah, sanitasi lingkungan  buruk, dan ketersediaan air minum yang tidak layak dalam keluarga

Kegiatan ini sekaligus bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan tempat tinggal, seperti perbaikan sanitasi, kesehatan, dan kelayakan tempat tinggal. Kesemuanya itu  berperan penting dalam mengurangi risiko stunting pada anak. 

Baca juga: BKKBN Harap Program PASTI untuk Turunkan Angka Stunting Diperluas ke Provinsi Lain

Selama kunjungan, Menteri juga mengunjungi keluarga risiko stunting, terutama ibu yang memiliki baduta, untuk memberikan edukasi tentang pentingnya asupan gizi serta pengasuhan yang baik.

Berbagai kegiatan  seperti Bina Keluarga Balita (BKB), posyandu, dan layanan Keluarga Berencana (KB) ditinjau secara langsung oleh Menteri untuk menilai efektivitasnya. 

Dalam kegiatan ini, disediakan layanan kontrasepsi jangka panjang seperti implan dan IUD untuk 50 akseptor, serta penyuluhan kesehatan reproduksi bagi remaja dan calon pengantin. 

Selain itu,  program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) juga didorong untuk ditingkatkan, dengan mengedukasi keluarga tentang pentingnya gizi yang seimbang melalui edukasi Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat). 

Program ini bertujuan  memberikan pemahaman mendalam kepada ibu hamil dan keluarga baduta agar mereka mampu menerapkan pola makan yang sehat demi pencegahan stunting.

Menteri juga memberikan apresiasi kepada beberapa mitra. Penghargaan ini mencakup mitra kerja dari kalangan perusahaan yang turut mendukung program-program penurunan stunting. Ada PT. Charoen Pokphand Foundation Indonesia (CPFI) atas partisipasi aktif dalam PPS di Kabupaten Lebak. 

Pemberian apresiasi diberikan juga kepada RS. Ibunda Serang sebagai fasyankes yang berkomitmen dalam percepatan penurunan stunting melalui pelayanan KB Mantap dan KB Pasca Persalinan terintegrasi tingkat Provinsi Banten. 

Menteri  juga memberikan apresiasi kepada ID Food, mitra kerja yang berkontribusi dalam percepatan penurunan stunting. Apresiasi juga diberikan kepada PT Adis Dimention Footwear melalui intensifikasi Pelayanan KB Perusahaan.

Kunjungan kerja Menteri juga diwarnai dengan pemberian bantuan sembako kepada 100 keluarga berisiko stunting (KRS).

Menteri juga melantik para Bapak dan Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS), yang akan menjadi penggerak dalam usaha penurunan stunting di masyarakat.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan