Senin, 29 September 2025

Angka Stunting Nasional Turun Jadi 19,8 Persen, BKKBN Ngotot Turun 14 Persen

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting nasional turun dari 21,5 persen pada 2023 menjadi 19,8 persen pada 2024.

Tribunnews.com/Rina Ayu
PERAN AYAH - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ Kepala BKKBN Wihaji dalam kegiatan ‘Bincang Keluarga: Membangun Keluarga Harmonis dan Tangguh’ yang dilaksanakan di Ballroom kantor Kemendukbangga)/ BKKBN pada Senin (14/4/2025). Ia mengungkapkan kekhawatiran tumbuh kembang anak yang kehilangan sosok ayah dalam pengasuhannya atau fatherless.. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, menyampaikan prevalensi stunting di Indonesia menunjukkan tren penurunan. 

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting nasional turun dari 21,5 persen pada 2023 menjadi 19,8 persen pada 2024.

"Walaupun sudah menurun, tetapi secara proporsi masih tinggi. Kalau dihitung, 21,5 persen di tahun 2023 berarti dari 10 balita, dua di antaranya stunting. Dan saat 19,8 persen di tahun 2024, kondisinya masih serupa," kata Menteri Wihaji di Kantor BKKBN, Jakarta Timur, Kamis (17/7/2025).

Baca juga: Menteri Wihaji: Tokoh Agama Perlu Dilibatkan Tekan Angka Pernikahan Dini

Ia menegaskan penurunan angka stunting tetap perlu dikejar hingga menyentuh target nasional sebesar 14 persen sesuai arahan Presiden Joko Widodo. 

Untuk itu, diperlukan kerja sama multipihak atau pendekatan pentahelix yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, akademisi, masyarakat, dan media.

"Sekarang sudah ada program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk mendukung nutrisi anak-anak. Sementara itu, Program Genting hadir untuk mengisi kekosongan pemenuhan gizi yang belum bisa dijangkau oleh pemerintah," ungkap Menteri Wihaji.

Lebih lanjut, ia menekankan penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara seragam di seluruh wilayah. 

Penyebab stunting seperti air bersih, sanitasi, hingga praktik pernikahan dini berbeda-beda di tiap daerah. 

Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

BKKBN selama ini fokus pada intervensi sensitif atau pendekatan tidak langsung, terutama melalui edukasi dan perubahan perilaku masyarakat. 

Upaya ini diperkuat dengan keberadaan lebih dari 600 ribu Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sebagai informasi, stunting merupakan masalah pertumbuhan pada anak. Tinggi badan yang tak sesuai usia jadi salah satu indikasi.

Bukan sekadar pendek, stunting juga menunjukkan anak mengalami kurang gizi dalam jangka panjang, yakni 1.000 hari pertama kehidupan sejak dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan