Senin, 6 Oktober 2025

Kisah Fia Bunova Penyintas Kanker Payudara, Perasaan Ikhlas Buat Kemoterapi Tak Semenakutkan itu

Sebelum sembuh, Fia menjalani pengobatan kanker sesuai dengan saran dokter yaitu kombinasi kemoterapi dan operasi.

Tribunnews.com/ Rina
SURVIVOR BREAST CANCER - Penyintas kanker payudara Fia Bunova tetap semangat menjalani hidupnya sampai saat ini dan ‘sembuh’. Saat ditemui di MRCCC Siloam, Karet Semanggi, Jakarta Pusat pada Selasa (30/9/2025), ia membagikan pesan kepada seluruh perempuan agar tidak takut deteksi dini kanker payudara. Semakin cepat ditemukan, semakin tinggi angka kesintasannya. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Terdiagnosa kanker payudara di usia muda, membuat penyintas kanker payudara Fia Bunova sempat terpuruk.

Namun, berkat dukungan keluarga terutama ibu, Master of Ceremony asal Bali ini tetap semangat menjalani hidupnya sampai saat ini dan ‘sembuh’.

Sejak SMA dirinya merasa sudah memiliki benjolan di payudara kiri. Namun, benjolan itu timbul dan hilang.

Baca juga: Kanker Payudara Bisa Disembuhkan Tapi Banyak Pasien yang Terlambat Ditangani karena Biaya

Saat memeriksakan diri ke dokter, dokter menyebut itu karena masalah hormonal.

Namun di tahun 2019, benjolan itu muncul dan tidak pernah hilang.

“September 2019, terdiagnosa kanker payudara. Setelah melakukan deretan check-up seperti biopsi, pet scan hingga mammografi."

"Kata dokter saya mengalami kanker payudara HER2 positif, stadium 2 grade 3,” tutur dia saat ditemui dalam peluncuran Mammomat B.brilliant di MRCCC Siloam, Karet Semanggi, Jakarta, Selasa (30/9/2025).

Setelah satu bulan terdiagnosa, Fia menjalani pengobatan kanker sesuai dengan saran dokter yaitu kombinasi kemoterapi dan operasi.

Saat menjalani kemoterapi, ia sudah pasrah dan ikhlas. Ia juga tetap memilih bekerja sambil menjalani pengobatan sebagai salah satu pelarian.

“Saya tidak mau denial, saya terima, saya ikhlas jalani apapun. Saya jalan kemoterapi, pas pertama kali, rambut rontok."

"Efeknya satu dua hari saja, setelah itu normal lagi. Jadi kemoterapi ini tidak semenakutkan itu. Pelariannya saat itu tetap aktivitas biasa bekerja,” ungkap Fia.

Salah satu hal yang dia syukuri adalah bergegas melakukan skrining kanker payudara, saat benjolan itu tidak hilang-hilang.

Ia berpesan kepada perempuan untuk tidak takut memeriksakan diri saat memiliki benjolan di payudara, karena deteksi ini menentukan kesembuhan.

Selain dukungan keluarga, hal penting baginya, yakni saat menjalani pengobatan kanker dengan bersiap untuk skenario terburuk.

“Saya sudah mempersiapkan diri untuk skenario terburuk, lega menerima diagnosis, karena bisa menyiapkan langkah pengobatan selanjutnya."

"Jangan takut, kalau begini-begini. Nggak semenakutkan itu. Kalau sudah tahu, pasien tidak overthinking,” tuturnya.

Kanker Payudara Banyak Dialami Perempuan Indonesia

Indonesia terus menghadapi tantangan besar melawan kanker payudara. Berdasarkan Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) pada tahun 2022, terdapat 66.271 kasus baru kanker payudara, menyumbang 16,2 persen dari seluruh kasus kanker di Indonesia, serta menduduki peringkat pertama dalam jumlah kasus baru.

Sekitar 22.598 kematian terjadi akibat penyakit ini dalam periode yang sama, sementara prevalensi selama 5 tahun mencapai 209.748 kasus.

Kanker payudara juga menjadi kanker paling umum di kalangan wanita di Indonesia, mencakup sekitar 19 persen dari seluruh kasus kanker, dengan lebih dari 70.000 diagnosis baru setiap tahun.

Namun, tingkat kesembuhan dapat meningkat drastis jika penyakit ini terdeteksi dini sehingga skrining yang tepat waktu dan akurat menjadi krusial.

Di tingkat global, kanker payudara juga menjadi kanker paling umum pada perempuan, dengan 2,3 juta kasus baru pada 2022. Angka-angka ini menunjukkan urgensi deteksi dini secara luas karena semakin cepat terlacak, semakin besar peluang untuk disembuhkan.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved