Pengetahuan Remaja di Indonesia soal Kesehatan Reproduksi Masih Rendah
tidak sedikit remaja perempuan yang aktivitas di sekolahnya terganggu disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang perawatan diri
Penulis:
Anita K Wardhani
Editor:
Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Kesehatan reproduksi di kalangan remaja Indonesia masih kurang familiar.
Pengetahuan remaja bagaimana menyikapi masa pubertas seperti cara menjaga kebersihan saat menstruasi saja masih minim meskipun ini adalah hal yang alami.
Baca juga: Menstruasi Bukan Halangan, Ini Tips untuk Remaja Tetap Aktif Saat Tamu Bulanan Datang
Ini karena pembahasan topik ini seringkali masih dianggap hal yang tabu khususnya ketika melibatkan remaja.
Padahal, mengutip data BPS (2025) lebih dari 15 persen penduduk Indonesia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dengan jumlah populasi lebih dari 44 juta jiwa diharapkan tumbuh menjadi generasi usia produktif yang sehat.
Baca juga: Khawatir Menstruasi Saat Lakukan Ibadah Haji? Dokter Beri Tips Ini
Akibatnya, remaja tidak mendapat edukasi yang cukup terkait pubertas, termasuk reproduksi.
Data BKKBN (2018) menunjukkan indeks pengetahuan remaja di Indonesia mengenai kesehatan reproduksi masih rendah yaitu 57 persen.
Disamping itu, tidak sedikit remaja perempuan yang aktivitas di sekolahnya terganggu disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang perawatan diri ketika sedang menstruasi.
Melihat fenomena tersebut, ratusan pelajar di Bekasi dan Depok Jawa Barat mengikuti edukasi kesehatan reproduksi dan manajemen kebersihan menstruasi.
Para pelajar yang memasuki masa pubertas sengaja dibekali ilmu seputar kesehatan reproduksi karena seiring perkembangan usianya biasanya mereka akan mengalami perubahan fisik, kondisi emosional, dan menstruasi pada perempuan.
Seiring perubahan itu, tak jarang produktivitas mereka (terutama remaja putri) kerapkali terganggu.
Pada program yang digagas Unicharm bekerjasama dengan Yayasan Lentera Anak, sebuah organisasi non pemerintah yang bergerak di bidang edukasi, advokasi dan pemberdayaan anak mengadakan program, Pada pelajar SD, materi diberikan oleh perwakilan guru dari masing-masing sekolahyang terpilih menjadi pendidik.
Sedangkan pada pelajar SMP, materi diberikan dengan pendekatan Meaningful Youth Participation (MYP) dimana perwakilan pelajar dari masing-masing sekolah dipilih dan dibina untuk menjadi pendidik bagi teman sebaya.
Hal ini bertujuan agar siswa-siswi terpilih berperan tidak hanya sebagai pendidik, tetapi
juga memfasilitasi teman sebaya untuk berbagi informasi serta pengalaman, juga menjadi contoh bagi teman sebayanya dan menginspirasi untuk menjalankan perilaku hidup sehat.
Modul pembelajaran terdiri dari beberapa topik meliputi pengenalan pubertas, sistem reproduksi, kesehatan & kebersihan menstruasi, serta hak & dukungan kepada anak perempuan saat menstruasi.
Kegiatan edukasi baru dilakukan di 2 SD dan 2 SMP di Bekasi dan Depok sebagai projek percontohan, namun tidak menutup kemungkinan akan dilakukan juga di berbagai sekolah di wilayah-wilayah lain.
Praktisi kesehatan Remaja, Yayu Mukaromah, MKM yang juga terlibat dalam penyusunan modul menekan kan jika pendidikan seperti ini merupakan inisiatif yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas hidup remaja, baik dari segi kesehatan fisik,mental, maupun sosial.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
10 Larangan bagi Wanita Haid yang Perlu Diketahui |
![]() |
---|
Pengakuan Damkar saat Evakuasi Anak Masuk Mesin Cuci: Posisi Tertekuk, Korban Histeris |
![]() |
---|
Dukung Gaya Hidup Sehat, Tempat Fitnes di Depok Ini Tawarkan Konsep 24 Jam |
![]() |
---|
Depok Dorong Warga Ubah Kebiasaan, Mulai Pilah Sampah dari Rumah |
![]() |
---|
Kasus Pria Mengaku Orang Ring 1 Istana, Keluarga Harap Polisi Bebaskan Tersangka: Kami Sudah Damai |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.