Tren Olahraga Populer Picu Kasus Cedera Lutut
Perkembangan teknologi medis memberikan harapan baru bagi pasien yang membutuhkan operasi penggantian sendi lutut.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gangguan lutut merupakan salah satu masalah muskuloskeletal yang paling sering ditemui.
Wajar, karena lutut adalah sendi terbesar sekaligus kompleks yang setiap hari bekerja menopang beban tubuh.
Saat mengalami kerusakan, lutut bisa menimbulkan nyeri berkepanjangan, keterbatasan gerak, hingga penurunan kualitas hidup.
Secara global, osteoartritis lutut adalah gangguan yang paling umum. WHO mencatat bahwa sekitar 7 persen populasi dunia menderita osteoartritis, dan lutut adalah lokasi tersering.
Pada kelompok usia di atas 60 tahun, prevalensinya bisa mencapai 30–40 persen, terutama pada wanita.
Baca juga: Mengapa Lutut Lansia Sering Terasa Nyeri? Begini Penjelasan Dokter dan Cara Atasinya
Selain osteoartritis, cedera lutut seperti robekan meniskus, cedera ligamen anterior (ACL), hingga sindrom nyeri patellofemoral juga cukup banyak terjadi, khususnya pada atlet maupun pekerja dengan aktivitas fisik berat.
Di Indonesia, data Riskesdas 2018 menyebut prevalensi penyakit sendi—termasuk lutut—mencapai 7,3 persen.
Angka ini cenderung meningkat pada usia lanjut. Osteoartritis lutut diperkirakan menjadi penyebab utama nyeri sendi pada masyarakat berusia di atas 50 tahun.
Sementara itu, kasus cedera lutut pada usia muda makin sering ditemui, seiring tren olahraga populer seperti futsal, sepak bola, badminton, dan lari maraton.
Faktor Risiko Gangguan Lutut
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko gangguan lutut antara lain yakni sia lanjut, terutama di atas 50 tahun, jenis kelamin, dengan wanita pascamenopause lebih rentan.
Kemudian berat badan berlebih (obesitas) yang memberi tekanan ekstra pada sendi lutut, aktivitas fisik berat atau olahraga dengan kontak fisik tinggi, riwayat cedera lutut sebelumnya.
Kini perkembangan teknologi medis memberikan harapan baru bagi pasien yang membutuhkan operasi penggantian sendi lutut.
Salah satu inovasi terkini adalah robotic Total Knee Replacement (TKR), yaitu prosedur penggantian lutut yang dilakukan dengan bantuan sistem robotik berpresisi tinggi.
Robot ini bekerja sebagai asisten pintar bagi dokter bedah.
Dengan teknologi navigasi real-time, sistem mampu memetakan anatomi lutut pasien secara detail, sehingga pemotongan tulang dan penempatan implan dapat dilakukan lebih presisi sesuai kondisi individu.
Prof. Dr. dr. Ismail Hadi Soebroto Dilogo, Sp.OT. Subsp.P.L (K), dokter Subspesialis Panggul dan Lutut di Siloam Hospitals Mampang mengatakan, penggunaan robot dalam TKR dapat mempercepat pemulihan, mengurangi rasa nyeri pasca operasi, serta meningkatkan ketahanan implan.
Era Baru Ortopedi, Teknologi Robotik Bantu Tangani Gangguan Lutut |
![]() |
---|
Nyeri Lutut Jangan Dianggap Remeh, Ketahui Gejala yang Perlu Diwaspadai |
![]() |
---|
Kesemutan di Tangan saat Bangun Tidur, Awas! Bisa Jadi Gangguan Kesehatan Serius Seperti Tumor |
![]() |
---|
Leher Nyeri hingga Tangan Kesemutan? Ketahui Cara Bedakan Kelelahan Biasa atau Tanda Penyakit Serius |
![]() |
---|
Ketika Robot Gantikan Terapi Manual: Masa Depan Rehabilitasi Sudah Tiba? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.