Penyebab Henti Jantung Mendadak serta Gejalanya, Ini Penjelasan Dokter
Henti jantung mendadak bisa disebabkan oleh beberapa hal, yang paling sering adalah serangan jantung, simak penjelasannya berikut.
TRIBUNNEWS.COM - Henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest (SCA) merupakan kondisi medis darurat yang terjadi ketika jantung secara tiba-tiba berhenti berdetak.
Kondisi ini bisa menyebabkan kematian dalam hitungan menit jika tidak segera ditangani.
Dilansir Siloam Hospital, Jantung yang seharusnya berdetak teratur untuk memompa darah, justru mengalami gangguan irama (aritmia) yang membuat detaknya menjadi sangat cepat, kacau, atau bahkan berhenti sama sekali.
Saat ini terjadi, penderita biasanya langsung kehilangan kesadaran dan tidak bernapas.
Kondisi ini berbeda dengan serangan jantung, yang terjadi akibat sumbatan pada pembuluh darah jantung (arteri koroner).
Serangan jantung bisa menjadi salah satu penyebab henti jantung mendadak, terutama bila menimbulkan aritmia berat.
Meskipun sering terjadi tanpa gejala awal yang jelas, sebenarnya terdapat beberapa faktor penyebab dan tanda-tanda yang dapat diwaspadai.
Artikel ini akan membahas secara lengkap penyebab henti jantung mendadak serta gejalanya.
Penyebab Henti Jantung Mendadak
Saat dikonfirmasi Tribunnews sebelumnya, dr Victor Herlambang, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di RS Dr. Oen Kandang Sapi Solo, menjelaskan henti jantung mendadak bisa disebabkan oleh beberapa hal.
Yang paling sering adalah serangan jantung.
"Serangan jantung ini akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner (pembuluh darah yg memberi makan otot jantung),"
Baca juga: Apa Bedanya Henti Jantung dengan Serangan Jantung?
"Akibat serangan jantung, oksigen yang menuju otot jantung akan berkurang dan fungsi jantung akan menurun atau bahkan berhenti berdenyut (henti jantung)," terang dr Victor, Jumat (25/7/2025).
Biasanya orang yang mengalami serangan jantung sudah ada riwayat penyumbatan jantung sebelumnya.
Kemungkinan lainnya adalah adanya gangguan irama jantung.
Gangguan irama jantung yang berat bisa menyebabkan Henti Jantung Mendadak (HJM).
Hal tersebut juga bisa karena adanya penyakit bawaan, bisa juga penyakit yang didapat setelah dewasa.
Kemungkinan juga muncul gejala sebelumnya seperti sering pingsan dan berdebar-debar, namun pasien tidak menyadarinya.
Gangguan irama jantung juga bisa terjadi karena adanya keturunan.
"Jadi ada riwayat HJM di dalam keluarganya," lanjutnya.
Gejala Henti Jantung Mendadak
Gejala henti jantung mendadak berupa:
- Nyeri dada
- Berdebar-debar
- Sesak napas
- Lemas
- Keringat dingin
Pasien yang menderita HJM biasanya akan pingsan mendadak dan tidak teraba nadinya.
"Kalau ada gejala biasanya berupa nyeri dada (khususnya pada pasien serangan jantung), berdebar-debar (bisa pada kasus serangan jantung atau gangguan irama jantung), sesak napas, lemas, keringat dingin."
"Begitu aliran darah ke otak berkurang, maka kesadaran akan menurun," ungkapnya.
HJM tersebut juga bisa tanpa gejala sebelumnya.
"Langsung meninggal begitu saja," lanjut dr Victor.
Semua yang meninggal mendadak selalu dikaitkan dengan masalah jantung.
Perlu ditelusuri lagi adanya riwayat pengobatan jantung sebelumnya, seperti adakah riwayat penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung, hingga riwayat keluarga dengan meninggal mendadak.
Baca juga: Langkah Maju dalam Pertolongan Pertama Henti Jantung
Pertolongan Pertama saat Henti Jantung Terjadi
Henti jantung mendadak adalah kondisi gawat darurat.
Bila Anda melihat seseorang tiba-tiba terjatuh, tidak sadarkan diri, tidak ada nadi yang teraba, dan tidak bernapas, lakukan langkah-langkah berikut:
1. Segera hubungi layanan darurat.
2. Lakukan CPR (resusitasi jantung paru).
- Kompresi dada: Letakkan salah satu telapak tangan pada bagian tengah dada pasien, tepatnya pada ⅓ tulang sternum. Sedangkan, telapak tangan lainnya diletakkan di atas tangan tersebut. Tekan dada dengan cepat dan kuat sebanyak 100–120 kali per menit.
- Membuka jalan napas: Posisikan kepala pasien seperti mendongak. Letakkan satu tangan pada dahi pasien dan angkat dagu pasien secara perlahan sampai saluran napas pasien terbuka menggunakan tangan yang lainnya.
- Memberikan napas buatan: Dalam CPR, teknik breathing dilakukan bersama dengan compression, yaitu 30 kali kompresi dada diikuti dengan 2 kali bantuan napas.
3. Gunakan AED (automated external defibrillator) jika tersedia, untuk membantu mengembalikan detak jantung ke irama normal.
(Tribunnews.com/Latifah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.