Akuratkah Konsultasi Kesehatan Gratis Pakai Chat GPT? Ini Kata Kemenkes dan Dokter
Konsultasi gratis kesehatan via Chat GPT kini jadi tren di masyarakat. Seakurat apa hasil konsultasi ini?
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pemanfaatan teknologi juga merambah bidang kesehatan.
Konsultasi gratis kesehatan via Chat GPT kini jadi tren di masyarakat.
Baca juga: Badan Mata-mata Israel Kembangkan Alat AI Mirip Chat GPT untuk Targetkan Warga Palestina
ChatGPT adalah sebuah chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh perusahaan bernama OpenAI. Tujuannya adalah untuk berinteraksi secara alami dengan manusia melalui teks. Ia bisa menjawab pertanyaan, membantu menulis, menerjemahkan, menyusun ide, membuat lelucon, atau hanya sekadar mengobrol santai.
Masyarakat mengandalkan Chat GPT untuk menanyakan beragam keluhan kesehatan maupun gejala penyakit.
Sayangnya, masyarakat menjadi sering mendiagnosis penyakit mandiri dan enggan melanjutkan konsultasi ke dokter.
Baca juga: RSUD Tamansari Terima 12 Orang Timses Caleg Konsultasi Kesehatan Jiwa usai Pencoblosan
Bagaimana Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) merespons kebiasaan warga masa kini itu.
Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan & Ketua Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (TTDK) Kemenkes Setiaji mengatakan, kehadiran konsul gratis itu tidak bisa menggantikan peran dokter.
Konsultasi via Chat GPT memang memberikan informasi dan panduan awal terkait kesehatan.
“Keselamatan pasien tetap harus yang terpenting. Kami tidak bisa melarang masyarakat menggunakan bantuan teknologi itu. Namun yang harus diedukasi adalah konsultasikan hasil tersebut ke dokter atau tenaga medis,” tutur dia dalam acara Philips di Kuningan, Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Dokter tidak hanya memeriksa gejala yang terlihat namun juga mempertimbangkan faktor lain ketika mendiagnosa dan menentukan pengobatan seseorang.
Ditambahkan Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita (Pusat Jantung Nasional Harapan Kita) Dr dr Iwan Dakota, SpJP(K), MARS, teknologi AI harus dimanfaatkan dengan bijak.
Lantas, seberapa akurat hasil konsultasi yang direkomendasikan Chat GPT.
Sebagai seorang dokter, hasil Chat GPT tidak bisa dipercaya 100 persen.
“Jawaban yang diberikan banyak diadopsi dari data luar negeri. Kondisi itu dikhawatirkan tidak cocok dengan orang Indonesia. Saya takut nanti salah kesimpulan. Ada namanya bias algoritma, itu tergantung dari set data yang diinput,” ungkap dr Iwan.
Dokter Iwan menganggap ChatGPT ataupun AI hanya merupakan tools tetapi keputusan terkait pasien tetap ada dokter.
“Karena dokter akan menganalisa bukan hanya itu saja ada banyak hal lain-lain yang perlu dielaborasi untuk menyampaikan suatu kesimpulan. Jadi saya tidak akan menganjurkan 100 persen harus percaya dengan Chat DPT,” pesan dr Iwan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.