Mengenal Moyamoya, Penyakit Langka Pemicu Stroke di Masa Muda, Usia 3 Tahun Bisa Terserang
Di balik tubuh yang tampak sehat, ternyata ada penyakit langka pada pembuluh darah otak yang bisa memicu stroke pada usia muda. Namanya moyamoya.
Penulis:
M Alivio Mubarak Junior
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di balik tubuh yang tampak sehat, ternyata ada penyakit langka pada pembuluh darah otak yang bisa memicu stroke pada usia muda tanpa adanya faktor risiko klasik. Kondisi medis ini dikenal sebagai moyamoya.
Baca juga: 15 Tahun Berlalu, Wanita Inggris Bangun dari Stroke dengan Aksen Mandarin, Begini Kabarnya Sekarang
Berbeda dengan stroke yang biasanya dipicu oleh tekanan darah tinggi, diabetes, atau kolesterol, moyamoya merupakan kelainan bawaan yang menyebabkan penyempitan progresif pada arteri karotis internal di otak.
Menurut dr. Muhammad Kusdiansah, SpBS, ahli bedah saraf vaskular dari RS Pusat Otak Nasional (RS PON), penyempitan ini dapat meningkatkan risiko stroke berulang, baik pada anak-anak maupun orang dewasa muda.
"Pasien moyamoya sering kali datang dalam kondisi terlambat karena gejalanya mirip dengan stroke biasa," kata dr. Kusdiansah di RS PON, Jakarta Timur, Sabtu (24/5/2025).
Baca juga: Kronologi Meninggalnya Suami Najwa Shihab, Ibrahim Sjarief Alami Stroke hingga Pendarahan Otak
Penyakit ini hanya bisa dideteksi melalui pencitraan otak seperti MRI atau CT-Angio.
Dalam pemeriksaan radiologi, pembuluh darah kecil pada penderita moyamoya tampak seperti kepulan asap, sehingga disebut moyamoya, yang dalam bahasa Jepang berarti asap samar.
"Pembuluh darah otak kita sebenarnya sangat adaptif. Ketika ada penyempitan, otak akan mencoba membuat pembuluh darah baru sebagai jalur kompensasi. Namun karena prosesnya cepat, pembuluh darah baru itu lebih rapuh dan mudah pecah, sehingga berisiko menyebabkan stroke," paparnya.
Deteksi dini dapat dilakukan melalui pemeriksaan brain check-up, yang mencakup MRI atau CT angio untuk melihat kelainan pembuluh darah di otak.
Jika ditemukan adanya kelainan, tindakan intervensi seperti operasi bypass otak perlu segera dilakukan guna mencegah serangan stroke lebih lanjut.
Direktur Utama RS PON, dr Adin Nulkhasanah Sp.N Mars, mengungkapkan selama ini moyamoya dianggap sangat langka.
Namun setelah pusat layanan khusus moyamoya dibuka di RS PON, jumlah penderita yang teridentifikasi justru cukup banyak.
"Sejak pusat ini dibuka tahun lalu, sudah ada 70 pasien moyamoya yang kami tangani. Sebagian besar merupakan pasien usia 30–40 tahun, bahkan ada yang baru berusia tiga tahun," ungkap dr. Adin.
Saat ini, RS PON telah membentuk pusat layanan untuk penyakit moyamoya dan serebrovaskular kompleks dengan dukungan tim dokter multidisiplin dan sistem pelayanan khusus yang bekerja sama dengan Far East Neurosurgical Institute Jepang yang dipimpin oleh Prof. Rokuya Tanikawa.
Tindakan operasi bypass otak pada pasien moyamoya memerlukan keahlian tinggi karena ukuran pembuluh darah yang sangat kecil.
Prof. Rokuya Tanikawa, ahli bedah saraf internasional dan pionir bedah bypass otak, menyebut tidak banyak dokter di dunia yang memiliki keterampilan untuk melakukan prosedur ini.
"Apalagi pada pasien anak-anak, diameter pembuluh darahnya hanya sekitar 0,5 mm. Maka dari itu, selain alat, keterampilan berpikir dan kestabilan mental dokter juga sangat menentukan," ujar Prof. Tanikawa.
Mengenal Digital Subtraction Angiography, Teknologi untuk Melihat Jalur Macet di Pembuluh Darah Otak |
![]() |
---|
Sering Sakit Kepala Hebat, Disarankan Pakai Teknologi DSA untuk Deteksi Dini Stroke |
![]() |
---|
Dokter Muda Sambut Positif Rencana Pemerintah Bangun 30 Fakultas Kedokteran di Indonesia |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Bangga RS PON Mampu Lakukan Operasi Tumor Otak |
![]() |
---|
Prabowo: Indonesia Masih Kekurangan Dokter dan Spesialis, Perlu Kerja Keras |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.