Penelitian dr Yopi Simargi : CT Scan Toraks Kuantitatif Bantu Turunkan Risiko Demensia Pasien PPOK
PPOK merupakan kondisi peradangan paru kronis yang menyebabkan terhambatnya aliran udara dari paru-paru
HK bisa langsung ditemukan pada PPOK yang parah, sedangkan pada tahap awal PPOK, HK lebih sering tidak terdiagnosis, menyebabkan hilangnya kesempatan pemberian terapi dini jika terjadi HK.
Temuan ini diharapkan mampu membantu manajemen PPOK. Teori patomekanisme yang diusulkan ini sudah diterima dalam publikasi sebuah jurnal internasional yang khusus membahas PPOK dengan indeks scopus tertinggi Q1, yaitu International Journal of COPD,” jelas Dr. Yopi.
Faktanya hingga saat ini, tambahnya, diagnosa PPOK berdasarkan pedoman saat ini masih ditegakkan menggunakan spirometri, dimana pasien harus meniup ke sebuah alat untuk melihat apakah ada hambatan atau obstruksi sehingga didapatkan penilaian pada fungsi paru.
Penggunaan CTK untuk PPOK masih sangat terbatas, yaitu untuk kelompok pasien risiko tinggi seperti pasien kanker paru atau ketika ingin melakukan skrining sebelum operasi besar.
“Sehingga, dengan adanya temuan bermakna parameter CTK dengan HK, dan bagaimana inflamasi sistemik perlu dipelajari pada pasien PPOK, maka CTK dapat diusulkan untuk digunakan lebih awal sehingga dapat menjadi alarm adanya HK pada pasien PPOK dan pasien bisa langsung mendapatkan tatalaksana yang tepat untuk HK secara paralel,” tutur Dr. Yopi.
Terkait data parameter CTK yang dimaksud, yaitu area paru dengan kepadatan rendah (%LAA) yang digunakan untuk mendeteksi kerusakan parenkim paru dan kemudian berpengaruh terhadap fungsi paru dan HK.
Semakin luas area paru dengan kepadatan rendah akan menyebabkan fungsi paru menurun sehingga risiko terjadinya HK meningkat.
Hal ini membuat parameter CTK tersebut berpotensi sebagai penapisan awal untuk deteksi dini terhadap penurunan fungsi paru dan kejadian HK.
Intinya, penelitian ini menunjukkan PPOK memiliki pengaruh terhadap kejadian HK. Sehingga, diperlukan CTK untuk menemukan potensi itu lebih awal.
Namun di samping itu, yang perlu diperhatikan adalah dampak pada penurunan kemandirian dan kualitas hidup, serta peningkatan hospitalisasi.
Hal ini menunjukkan bahwa peran support system sangatlah penting bagi pasien PPOK dengan HK.
Pasien PPOK dengan HK tentu mengalami penurunan fungsi kognitif, apalagi yang sudah sampai tingkat Demensia. Tantangan terbesarnya adalah mereka kurang patuh pengobatan akibat sering lupa.
Maka, awareness dari support system seperti keluarga dan rekan-rekan terdekat sangat dibutuhkan sehingga bisa hadir untuk mengingatkan pasien dalam pengobatannya.
Selain itu, perlu juga kerjasama multidisiplin antara dokter spesialis paru, penyakit dalam, radiologi, neurologi, dan psikiater dalam menangani kasus PPOK ini.
"Edukasi untuk meningkatkan kesadaran dokter, penyedia layananan kesehatan, pengambil kebijakan, dan keluarga pasien perlu dilakukan sehingga tantangan dalam tatalaksana dapat diatasi dengan tepat,” tandasnya.
Merokok Tidak Hanya Rusak Paru-paru tapi Juga Otak |
![]() |
---|
Paru-Paru Sapi Bertuliskan Nama Warga, Awal Mula Geger Kurban di Masjid Pondok Aren |
![]() |
---|
Ratusan Polantas Sakit Paru-Paru, DPR Desak Polri Lakukan Rotasi Tugas di Lapangan |
![]() |
---|
Punya Kebiasaan Cium Kaus Kaki Kotor, Pria di China Terkena Infeksi Jamur Paru-Paru |
![]() |
---|
Ini Kelompok yang Berisiko Terkena Pneumonia Akibat Virus Influenza |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.