Rasa Umami Bukan Hanya Buat Makanan Jadi Lezat, Tapi Bergizi Seimbang dan Bikin Tubuh Fit
Ada 4 rasa dasar yang sudah lebih familiar yang diketahui yakni manis, asin, pahit, asam. Umami yang gurih memberi warna baru dalam rasa makanan.
Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama ini ada 4 rasa dasar yang sudah lebih familiar yang diketahui yakni manis, asin, pahit, asam.
Nah yang terakhir ditemukan adalah rasa gurih atau umami yang sebenarnya dikenal sejak 2.000 tahun lalu.
Namun Doktor Kikunae Ikeda dari Universitas Tokyo, pada 1908, yang menjadi sosok di balik kisah umami modern.
Dilansir dari Kompas.com, Kikunae Ikeda awalnya hanya merebus tofu dengan dua lembar rumput laut tanpa bumbu apa pun.
Baca juga: Penggunaan Umami pada Makanan Picu Obesitas? Ini Kata Dokter
Pada masakan itu, Kikunae Ikeda menemukan sensasi rasa yang unik yakni sensasi rasa sama juga terdapat pada asparagus, tomat, keju, dan daging.
Sensasi rasa itulah yang disebut umami atau gurih.
Kikunae Ikeda juga yang tercatat dalam penemuan Mono Sodium Glutamat (MSG) yang kini sohor sebagai bumbu masak bernama vetsin atau micin.
Bersama karibnya Saburosuke Susuke, Kukunae Ikeda adalah dua tokoh di balik perusahaan bumbu masak Ajinomoto.
Rasa bumbu umami dapat mendukung dalam strategi menyusun makanan sehat, lezat, dan bergizi seimbang untuk tetap fit.
"Rasa umami dapat ditemukan dari berbagai bahan makanan seperti jamur, tomat, terasi, dan lain-lain, karena mengandung asam amino glutamat," kata Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman MS CHt, Guru Besar Bidang Keamanan Pangan & Gizi di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB dalam keterangan tertulis.
Selain menjadi penguat rasa, seperti monosodium glutamat (MSG) juga merupakan sumber rasa umami.
"Penggunaan MSG dalam makanan bergizi seimbang dapat menjadi salah satu strategi untuk menciptakan makanan sehat, lezat, dan bergizi untuk kita dan keluarga nikmati supaya tetap fit,” ujar Ahmad.
Penggunaan MSG bisa menjadi strategi diet rendah garam sebab kandungan natrium dalam MSG hanya sepertiga dari kandungan natrium pada garam dapur biasa.
Menurut dia, sudah banyak penelitian terdahulu membuktikan bahwa penggunaan MSG bermanfaat untuk membantu penurunan asupan garam.
Meski begitu, tetap menjaga palatabilitas (derajat kesukaan pada makanan tertentu) makanannya.
"Ini terbukti dengan sertifikasi halal MUI dan izin BPOM bahwa penggunaan MSG sangat aman, sepanjang sesuai dengan anjuran penggunaan," ujarnya.
Katarina Larasati - Product and Nutrition Manager, PR Department PT Ajinomoto mengatakan, Natrium dari garam yang sebenarnya sangat dibutuhkan tubuh sebagai zat gizi esensial untuk berbagai mekanisme fisioligis seperti memastikan keseimbangan cairan tubuh dan juga berperan dalam mengatur fungsi otot dan syaraf.
Mengacu anjuran WHO, konsumsi aman harian garam adalah kurang dari 5 gram.
"Namun, jika dikonsumsi berlebihan dapat memunculkan berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, stroke, gagal jantung, diabetes, dan lain lain," katanya saat event Cooking Class dengan Tema: A Taste of Umami di Jakarta belum lama ini.
Sebagai solusi pengurangan garam, MSG hingga saat ini dinyatakan aman oleh Badan Kesehatan Nasional (BPOM) dan dunia, untuk dikonsumsi dengan batas asupan harian.
"Isu-isu negatif yang selama dikaitkan dengan MSG adalah mitos yang secara ilmiah belum ditemukan bukti keterkaitannya," katanya.
Ia mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam mengolah makanan, namun tetap bisa memperoleh cita rasa yang tinggi, dengan cara menambahkan sedikit MSG.