Kamis, 2 Oktober 2025

Guru PAUD Bisa Berperan sebagai Penyambung Edukasi Gizi untuk Orangtua

Pencegahan stunting harus dimulai dari lingkungan keluarga namun sayangnya kesadaran orangtua akan kebutuhan gizi anak pada umumnya masih rendah.

Tribun Batam/argianto Dihan Aji Nugroho
Sejumlah anak bermain saat mengikuti pencanangan kelurahan bebas stunting di Kota Batam, Rabu (3/11). Sebanyak 28 Kelurahan dicanangkan menjadi kelurahan bebas stunting di Kota Batam oleh BKKBN Republik Indonesia guna menuju generasi emas pada tahun 2045. (Tribun Batam/Argianto Dihan Aji Nugroho) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pencegahan stunting harus dimulai dari lingkungan keluarga namun sayangnya kesadaran orangtua akan kebutuhan gizi anak pada umumnya masih rendah.

Hal itu diperkuat oleh tingkat literasi gizi masyarakat yang juga rendah seperti yang terungkap dalam survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 menempatkan Indonesia pada posisi 62 dari 70 negara atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Prof Dr Maysitoh Chusnan MAg, Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah mengatakan, bahwa guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) penting untuk memahami literasi gizi.

Sebab, PAUD adalah lingkungan yang dapat memantau gizi dan pertumbuhan anak selain keluarga.

Selain itu, guru PAUD diharapkan juga dapat menjadi penyambung edukasi gizi untuk orang tua.

Baca juga: Potensi Melimpah Daun Kelor untuk Cegah Stunting Anak

“Guru yang cerdas literasi gizi itu dapat melihat kualitas makanan, baik yang dibawa oleh anak muridnya, maupun yang disediakan oleh sekolah sehingga terciptalah keseimbangan gizi berawal dari lingkungan terdekatnya yakni madrasah formal (PAUD).

Perlu digaris bawahi, kualitas makanan yang baik itu tidak melulu mahal, namun gizi seimbang," kata Maysitoh Chusnun saat webinar edukasi gizi yang diselenggarakan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama Majelis Pendidikan Dasar dan Menangah (Dikdasmen) PP Aisyiyah, Senin (18/4/2022).

Hadir sebagai pembicara Ketua Majelis Dikdasmen PP Aisyiyah Dra. Fitniwilis M.Pd, Ketua Harian YAICI Arif Hidayat, SE., MM, Ketua Pimpinan PP Aisyiyah Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M. Ag, serta anggota IDAI Dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K), dan Ketua HIMPAUDI Prof.Dr. Ir Netti Herawati, M.Si.

Dra Fitniwilis MPd, Ketua Majelis Dikdasmen PPA mengatakan pihaknya akan terus mendukung edukasi gizi untuk keluarga mengingat saat ini masih banyak masyarakat yang tidak paham mengenai asupan gizi yang tepat untuk anak.

Baca juga: Atasi Masalah Stunting secara Konsisten untuk Persiapkan Generasi Penerus Bangsa Tangguh

Ini terlihat masih maraknya penggunaan susu kental manis sebagai minuman susu untuk anak.

“Banyak orang tua masih belum bisa membedakan mana susu dan kental manis. Karena itu, adalah tepat memulai edukasi gizi dari PAUD,” ujar Fitniwilis.

Dr. Cut Nurul Hafifah, Sp. A(K), anggota IDAI mengakui pandemi Covid 19 yang terjadi dalam dua tahun ini telah berpotensi meningkatkan angka stunting.

Sebab, selama pandemi hanya 19,2% Posyandu yang aktif melakukan pemantauan gizi dan tumbuh kembang anak, sementara deteksi dini terhadap gizi anak adalah kunci untuk penurunan angka stunting.

“Stunting tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahap yang dapat dilihat dan dideteksi secara dini.

Pasti ada growth falteringnya atau indikasi gagal tumbuh terlebih dahulu, dan usia paling sering terjadi ada pada usia 3 sampai 18 atau 24 bulan” ujar dokter spesialis anak ini.

Cut Nurul berharap banyak terhadap PAUD dapat menjadi agen pendeteksi dini kondisi anak, terutama gizi anak.

“PAUD harus memperhatikan komposisi menu makan siang untuk muridnya, wajib mengandung beberapa unsur yakni karbohidrat, lemak, protein dan sayur dalam jumlah secukupnya.

Protein terbaik untuk tumbuh kembang anak adalah susu, tapi ingat bukan susu kental manis. Susu adalah alternatif sumber protein hewani yang bisa diberikan untuk anak, untuk mengantisipasi keterpenuhan protein anak. Ada anak yang susah makan telur, makan daging atau protein lainnya, maka untuk mencukupi kebutuhan proteinnya sebaikyna diberikan susu fortifikasi,” jelas Cut Nurul.

Prof Dr Ir Netti Herawati, M.Si, Ahli Gizi dan Praktisi Pendidikan mengatakan, aksi kolaborasi seluruh pihak dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi anak ini dilakukan melihat PAUD adalah elemen penting yang dapat menjembatani antara orangtua dan anak.

"Selain itu, PAUD juga berperan sebagai lingkungan terdekat kedua bagi anak selain rumah atau keluarga, sehingga dari sinilah PAUD menjadi tempat tepat tanamkan pemahaman tentang makanan dan minuman yang bergizi untuk anak," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved