Muncul Varian Omicron, Hambat Target Indonesia Bebas AIDS 2030
Dalam studi yang dilakukan pihaknya pada Agustus 2020, dampak pandemi Covid-19 bagi penderita HIV/AIDS cukup signifikan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indonesia menargetkan bebas AIDS pada tahun 2030. Di tengah bayang-bayang 1,5 tahun pandemi Covid-19 ini kian memperlambat target tersebut.
Bahkan menurut Ketua Sekretariat Nasional Jaringan Indonesia Positif Meirinda Sebayang, munculnya varian baru Omicron juga menambah daftar tantangan Indonesia bebas AIDS 2030.
"Untuk memastikan kita bisa mengakhiri AIDS tahun 2030 apalagi saat ini kami mendengar bahwa omicron sudah mulai masuk dan ini akan menjadi bayang-bayang lain yang akan berpotensi menghambat jalan kita dalam mengakhiri AIDD 2030 dan ini akan juga menyebabkan pandemi Covid-19 berlangsung kian lama," ujar Meirinda dalam kegiatan virtual, Selasa (30/11/2021).
Meirinda memaparkan, dalam studi yang dilakukan pihaknya pada Agustus 2020, dampak pandemi Covid-19 bagi penderita HIV/AIDS cukup signifikan.
Baca juga: Studi: China Hadapi Wabah Kolosal Jika Tiru AS dan Inggris yang Mencabut Pembatasan Covid-19
Penyebaran berkelanjutan dari virus HIV dan juga virus Covid-19 bermuara pada ketidaksetaraan sosial, keterbatasan akses kesehatan termasuk permasalahan ekonomi serta pelanggaran hukum dan HAM yang dihadapi oleh komunitas orang dengan HIV termasuk di dalamnya ada kelompok rentan dan populasi seperti teman-teman pekerja seks, transgender teman-teman dari kelompok gay dan kelompok seks lain.
Serta membawa konsekuensi yang tidak terhitung bagi perempuan dan anak yang hidup dengan HIV.
"Sebenarnya bukan karena kurangnya informasi, bukan kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, bukannya kurang komoditas pencegahan maupun pengobatan ARV, tapi karena ketidaksetaraan untuk mengakses layanan pencegahan dan pengobatan HIV," jelasnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengakui, tidak berjalannya upaya-upaya pencegahan dan pengendalian HIV menyebabkan tentunya akan ada peningkatan kasus infeksi baru.
Meski demikian hal ini bukan saja terjadi di Indonesia melainkan juga ditingkat global.
Saat pandemi, jumlah orang yang melakukan tes dan juga deteksi HIV terjadi penurunan, dikarenakan kegiatan mobile secara aktif itu tidak bisa dilakukan.
Kemudian, orang yang mungkin merasa dirinya beresiko HIV juga takut ke pelayanan kesehatan dikarenakan situasi pandemi.
"Infeksi baru bertambah 27.580 pada tahun 2020. Wrtinya orang yang baru terinfeksi kita deteksi di tahun 2020 bertambah 27.500 setiap tahunnya. Sebenarnya angkanya sudah turun jauh kalau kita bandingkan di tahun 2010 pada waktu itu sempat Indonesia itu fakta penambahan infeksi baru setiap tahunnya mencapai 48 ribu saat itu," kata Nadia.