Penanganan Covid
Ketimbang Laki-laki, Perempuan Lebih Merasakan Efek Samping Vaksin Covid-19, Ketahui Sebabnya
Hampir semua reaksi anafilaksis langka terhadap vaksin Covid-19 juga terjadi pada perempuan.
Ini dikhususkan untuk influenza, MMR, demam kuning, rabies, dan hepatitis A dan B, yang penelitiannya telah dipublikasikan.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan apakah hal sama berpotensi terhadi pada perempuan penerima vaksin Covid-19.
Ini terutama terjadi pada kelompok dewasa muda. Menurut Gee, kemungkinan ini berkaitan dengan hormon reproduksi.
Hormon seks termasuk estrogen, progesteron, dan testosteron dapat mengikat permukaan sel kekebalan dan memengaruhi cara kerjanya.
Misalnya, paparan estrogen menyebabkan sel kekebalan memproduksi lebih banyak antibodi sebagai respons terhadap vaksin flu.
Sementara testosteron adalah jenis imunosupresif atau menekan sistem kekebalan tubuh.
Vaksin flu cenderung kurang melindungi pada laki-laki dengan banyak testosteron, dibandingkan pada laki-laki dengan testosteron lebih sedikit.
Salah satu alasannya karena testosteron menekan produksi bahan kimia kekebalan tubuh yang dikenal sebagai sitokin.
3. Perbedaan genetik
Selain dua faktor di atas, perbedaan genetik antara laki-laki dan perempuan juga dapat mempengaruhi kekebalan tubuh.
Banyak gen yang berhubungan dengan kekebalan tubuh berada pada kromosom X, di mana perempuan memiliki dua salinan dan laki-laki hanya memiliki satu.
Secara historis, ahli imunologi percaya bahwa hanya satu kromosom X pada wanita yang dihidupkan, dan yang lainnya tidak aktif.
Terlepas dari itu, penelitian saat ini menunjukkan bahwa 15 persen gen lolos dari inaktivasi ini dan lebih banyak diekspresikan pada perempuan.
Respons imun yang kuat ini membantu menjelaskan mengapa 80 persen penyakit autoimun menimpa perempuan.
“Perempuan memiliki kekebalan yang lebih besar, entah itu untuk diri sendiri, untuk antigen vaksin, apakah itu untuk virus,” kata Klein.