Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

Trik Meningkatkan Imunitas Tubuh Saat Pandemi Covid-19

Saat pandemi covid-19, meningkatkan imunitas tubuh penting demi menjaga kesehatan. Bagaimana agAR imunitas tubuh tetap terjaga? Yuk simak ulasannya.

Penulis: Sanusi
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Pesepeda melintas di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta, Sabtu (27/6/2020). Bersepeda tengah menjadi tren gaya hidup sehat masyarakat di tengah pandemi Covid-19, selain sebagai sarana transportasi dan rekreasi, juga dapat menyehatkan menambah imunitas tubuh. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Gejala lain yang muncul akibat peningkatan adrenalin yakni kaku otot di area leher, bahu, dan rahang. Keringat tiba-tiba bercucuran, timbul sakit kepala, dan gangguan saluran cerna seperti mual, nyeri ulu hati, diare, konstipasi, perubahan selera makan (baik meningkat maupun menurun), munculnya jerawat dan rasa gatal di tubuh, rasa lelah yang tak biasa, terdapat gangguan tidur, gangguan haid, hingga gairah seksual yang menurun.

Selain adrenalin, tubuh juga mengeluarkan hormon kortisol sebagai respons terhadap stres. Hormon ini memicu peningkatan kadar gula darah.

Di otak, kortisol terikat dengan sel-sel saraf serta memengaruhi proses berpikir, termasuk bagaimana situasi-situasi yang membuat stres direkam dalam ingatan. Keberadaan hormon ini dapat menjelaskan mengapa seseorang mampu mengingat situasi yang amat traumatis atau emosional dengan sangat jelas.

“Penderita Covid-19 biasanya panik. Rasa panik akan memicu hormon stressor yang menimbulkan kepanikan. Akibatnya, akan memicu berbagai macam penyakit. Kepanikan biasanya

termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti saling curiga. Begitu pula seperti saat sebelum Covid-19. Pada awal pandemi, orang bingung karena tidak tahu petunjuk, tidak tahu jalan keluar. Sebenarnya yang harus dimaksimalkan adalah komunikasi. Tapi, komunikasi tidak maksimal akhirnya muncul kepanikan. Dalam keadaan stres, orang akan mudah mengalami gangguan imunitas dan menimbulkan penyakit lain,” jelas dr Taufiq.

Pengalaman Berharga
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Didi Ruswandi menjelaskan, sebuah pengalaman berharga saat dirinya kali pertama terpapar Covid-19.

“Pada awal pandemi Covid-19, kami memang dilema. Saat itu, puncak musim hujan, DPU sedang sibuk menangani bencana hidrometereologi sehingga tidak mungkin work from home (WFH).

Bahkan pada puncak musim hujan, DPU aktif menghijaukan lahan kritis di kawasan hulu sungai. Kami memang tak menghentikan aktivitas lapangan hanya membatasi jumlah personel saja,” ujar Didi.

Didi mengaku, dirinya hanya menjalankan tugas pekerjaan lapangan. “Terus terang, saya jarang mendatangi tempat keramaian,” jelas Didi.

Namun, pada 1 September 2020, menurut Didi, ada kebijakan bagi 50 orang setiap organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menjalani swab test.

“Dari 50 orang yang dites, delapan orang positif. Tapi pemberitahuannya sangat terlambat. Hasil laboratorium baru kelar satu pekan kemudian. Delapan orang tersebut OTG. Kami langsung isolasi mandiri,” ujar Didi.

Setelah mengetahui kabar itu, Didi segera mengosongkan garasi untuk aktivitas selama isolasi mandiri.

“Saya ingin meminimalisir kontak dengan keluarga. Saya tidur di garasi. Peralatan makan minum dipisahkan. Bahkan, mencuci gelas piring di tempat berbeda. Saya mencuci sendiri. Kami melakukan isolasi ketat,” kata dia.

Setelah tiga hari menjalani isolasi mandiri, Didi mengatakan, pihak keluarga melakukan swab test.

“Namun, hasil laboratorium baru diterima sembilan hari kemudian. Dari empat orang, tiga penghuni rumah selain saya juga terpapar,” jelas Didi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved