Jumat, 3 Oktober 2025

Cegah Obesitas, Jangan Larang Anak untuk Bergerak

Bergerak merupakan salah satu solusi menghindari obesitas yang sebaiknya ditanamkan sedini mungkin

IST
Diskusi Forum Ngobras dengan Tema "Cegah Obesitas Anak dengan Main di Luar” 

Makanan adalah sumber energi utama. Makanan tinggi kalori seperti gula dan lemak, tanpa disertai aktivitas fisik menjadi penyebab utama kegemukan anak.

Hal ini diperparah oleh kebiasaan anak bergaya hidup diam (sendentary life) di mana anak banyak menghabiskan waktu di depan televisi, komputer, atau bermain gadget.

Pola makan sehat dimulai dari inisiatif orangtua dengan membiasakan makan tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat jenis. Selain itu, orangtua harus menciptakan suasana makan yang menyenangkan.

Tetapi menurut Naomi, harus diingat bahwa saat makan jangan jadi sarana penghakiman untuk anak.

Terkadang, orangtua mengkritik anak justru saat makan, bahkan cara anak makan kadang menjadi sasaran kritik.
Pada akhirnya, anak menjadi lebih memilih makan sendirian.

Jadikan suasana makan bersama di meja makan menjadi ajang komunikasi yang menyenangkan.

"Setelah pola makan dibentuk, kenalkan anak dengan aktivitas fisik yang cukup," ujar Naomi dalam pernyataannya, Jumat(26/8/2016).

Dr Indarti Soekotjo yang biasa disapa dr. Titi menjelaskan, obesitas terjadi karena kalori yang masuk dan keluar tidak seimbang.

Kalori yang masuk ke tubuh lebih banyak daripada kalori yang dikeluarkan.

Menurut dr. Titi, panduan dalam membiasakan anak bergerak dan beraktivitas fisik, disesuaikan dengan jumlah kalori yang masuk.

Semakin besar anak mengonsumsi makanan tinggi kalori, maka tentu aktivitas geraknya harus diperbanyak.

Kecenderungan kenapa anak menjadi kelebihan berat badan karena anak dibiarkann diam tidak aktif bertahun-tahun.
“Anak yang kurang gerak atau melakukan sendentary life lebih dari 3 jam sehari, disertai snacking tinggi gula otomatis akan menaikkan berat badan. Semakin gemuk semakin malas anak bergerak dan pada akhirnya sampai pada tingkat kegemukan yang menurunkan psikologisnya dan mengisolir dia dari pergaulan dengan teman-temannya. Dan dampak jangka panjang akan berujung pada berbagai penyakit kronis saat dewasa, mulai diabetes sampai penyakit jantung,” jelas Dr. Titi.

Bergerak aktif pada anak diharapkan minimal 60 menit sehari, dengan berbagai aktivitas sedang dan berat.
Aktivitas ringan misalnya bermain, berjalan santai, bersepeda, atau berkebun.

Sedangkan aktivitas tinggi bermain basket, sepakbola, dan lari meningkatkan kemampuan kardio (jantung), atau aktivitas untuk meningkatkan kekuatan otot dan aktivitas untuk kepadatan tulang seperti melompat atau lompat tali.

Aktivitas di luar di bawah sinar matahari pagi, sangat baik untuk memaksimalkan kebutuhan kalsium dan vitamin D.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved