Diprediksi Tahun 2050, Sebanyak 10 Juta Orang Meninggal Akibat Resistensi Antimikroba
Saat ini di Thailand angka kematian sekitar 38 ribu orang per tahun dan di Indonesia diperkirakan 135 ribu orang meninggal bakteri resisten ini.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Resistensi bakteri terhadap antibiotik yang dapat disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang kurang tepat sudah menjadi masalah di berbagai rumah sakit di Indonesia dan dunia.
Permasalahan resistensi antibiotik ini menjadi suatu permasalahan yang cukup pelik dan harus segera diatasi bersama.
Penggunaan antibiotik yang bijak dan rasional dapat mengurangi beban penyakit, khususnya penyakit infeksi sebaliknya penggunaan yang tidak sesuai indikasi, mengakibatkan meningkatnya resistensi antibiotika secara signifikan.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2013 terdapat 480 ribu kasus baru multidrug-resistent tuberculosis(MDR-TB) di dunia.
dr. Harry Parathon, Sp.OG(K), Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan RI mengatakan data ini menunjukan bahwa resistensi antimikroba memang telah menjadi masalah yang harus segera diselesaikan.
“Pada tahun 2050 diperkirakan 10 juta kematian akibat resistensi antimikroba akan terjadi pertahunnya. Sebanyak 4,6 juta kematian akan terjadi di Asia," katanya saat Pfizer Press Circle (PPC) dengan topik Pentingnya kesadaran mengenai resistensi dan kepatuhan penggunaan antibiotik yang tepat di Jakarta. Kamis (21/1/2016).
Saat ini di Thailand angka kematian sekitar 38.000 orang per tahun, dan di Indonesia diperkirakan 135.000 orang meninggal pertahunnya akibat bakteri resisten ini.
"Untuk itu, perlu adanya peningkatan kesadaran di masyarakat mengenai resistensi antibiotik, penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan tidak sesuai dengan dosis dapat menimbulkan resistensi,” katanya.