Kamis, 2 Oktober 2025

5 Populer Internasional: Penampakan Jet Tempur MiG-29 di Langit Iran - Gempa Dahsyat di Filipina

Rangkuman berita populer internasional, di antaranya penampakan jet tempur Rusia MiG-29 di langit Iran hingga gempa dahsyat di Filipina.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Tangkap layar X Open Source Intel | RNTV/Tangkap layar | YouTube Al Jazeera English | Makam Keuskupan Agung Santa Rosa de Lima
BERITA POPULER INTERNASIONAL - Kolase foto: Jet tempur MiG-29 Rusia terbang di langit Teheran, ibu kota Iran; Personel Brigade Al Qassam, Sayap Militer Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, dalam sebuah parade militer di Jalur Gaza; Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada Senin (7/7/2025); Makam Keuskupan Agung Santa Rosa de Lima di kota Daanbantayan di Cebu utara ambruk akibat gempa berkekuatan M 6,9 mengguncang Cebu, Filipina. Inilah rangkuman berita populer internasional hari ini. 

TRIBUNNEWS.COM - Berita populer internasional dimulai dari penampakan jet tempur MiG-29 dari Rusia yang terbang di langit Iran.

Di Filipina, gempa dahsyat dengan magnitudo 6,9 menewaskan puluhan orang.

Sementara itu, kesepakatan proposal gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih berlanjut.

Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.

1. Penampakan Jet Tempur MiG-29 Rusia Terbang di Langit Iran, Perang Lawan Israel Segera Lanjut?

Video yang menunjukkan jet tempur MiG-29 Rusia terbang di atas Teheran muncul beberapa hari setelah angkatan udara Iran menerima pengiriman pesawat buatan Rusia tersebut.

JET TEMPUR RUSIA - Foto yang dirilis oleh Garda Nasional Udara AS memperlihatkan MiG-29 Fulcrum lepas landas dari Pangkalan Udara Starokostiantyniv, Ukraina, 9 Oktober sebagai bagian dari latihan Clear Sky 2018. Inilah 10 jet tempur unggulan buatan Rusia, salah satunya MiG-29 yang baru saja diterima Iran.
JET TEMPUR RUSIA - Foto yang dirilis oleh Garda Nasional Udara AS memperlihatkan MiG-29 Fulcrum lepas landas dari Pangkalan Udara Starokostiantyniv, Ukraina, 9 Oktober sebagai bagian dari latihan Clear Sky 2018. (Garda Nasional Udara AS)

Penampakan jet tempur MiG-29 Rusia di langit ibu kota Iran ini menimbulkan spekulasi kalau Iran siap kembali berperang melawan Israel lewat peningkatan kekuatan militernya pasca-perang 12 hari pada Juni 2025 silam.

Laporan juga mencatat kalau sebuah pesawat kargo berat, An-124 Rusia berangkat dari Irkutsk di Siberia menuju Iran.

Irkutsk merupakan lokasi di teritorial Rusia yang dikenal memproduksi pesawat tempur Su-30SM2 dan jet latih Yak-130.

Data penerbangan pesawat kargo An-124 dari Irkutsk di Siberia menuju Iran dapat diduga merupakan pengiriman pesawat jet MiG-29 berikut suku cadangnya dari Rusia ke Iran.

"Perkembangan ini telah memicu kembali kekhawatiran tentang potensi konflik lain di kawasan tersebut (Timur Tengah, Iran Vs Israel, red)," tulis ulasan NW.

Mengapa Hal Ini Penting

Baca juga: Israel Cegat Armada Global Sumud Flotilla ke Gaza, Greta Thunberg dan Ratusan Aktivis Ditahan

Kemunculan pesawat canggih Rusia di langit Iran akan menandai eskalasi signifikan dalam upaya Teheran untuk membangun kembali kekuatan udaranya setelah konflik dengan Israel .

Sistem pertahanan udara dan kemampuan serangan Iran menjadi sasaran empuk dan dilemahkan selama bentrokan bulan Juni.

BACA SELENGKAPNYA >>>

2. Gelombang Pesawat Tanker Amerika Bergerak ke Timur Tengah, Serangan ke Iran Akan Dimulai Lagi?

Gelombang besar pesawat pengisi bahan bakar KC-135 Stratotanker Angkatan Udara AS telah bergerak ke Timur Tengah, menandai salah satu pengerahan terbesar pesawat jenis dalam beberapa bulan terakhir. 

Pelacakan penerbangan menunjukkan pesawat-pesawat berangkat dari pangkalan-pangkalan di Atlantik dan berkumpul di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, markas besar Komando Pusat AS.

Terakhir kali, Amerika mengerahkan pesawat-pesawat ini sebelum melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran pada bulan Juni, lalu.

Menurut sistem pelacakan penerbangan, pada 28 September, sekitar 12 pesawat tanker menuju pangkalan udara RAF Mildenhall milik Inggris, dan pada 30 September, puluhan pesawat tanker pengisian bahan bakar beserta jet tempur terbang ke Timur Tengah. 

Tiga sumber anonim di Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan kepada Daily Mail bahwa pengerahan semacam itu dapat memiliki konotasi "buruk". 

Dan Behnam Taleblu, direktur senior program Iran di Foundation for Defense of Democracies, mengingatkan publikasi tersebut bahwa terakhir kali langkah serupa berakhir dengan serangan di Timur Tengah. 

Ia menekankan bahwa selama Operasi Midnight Hammer, pemerintahan Donald Trump menggunakan disinformasi untuk menutupi pengerahan pesawat pengebom B-2 ke fasilitas Iran

Taleblu juga menunjukkan bahwa Trump tetap menjadi satu-satunya presiden AS dalam dua dekade terakhir yang menggunakan kekuatan militer terhadap fasilitas nuklir Iran.

BACA SELENGKAPNYA >>>

3. Ultimatum Tiga Hari Trump untuk Hamas atas Rencana Damai Gaza: Kami Butuh 1 Tanda Tangan

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan ultimatum kepada kelompok militan Palestina, Hamas, untuk menanggapi proposal perdamaian dan rekonstruksi Jalur Gaza dalam waktu "tiga hingga empat hari".

Ultimatum ini disampaikan di tengah berlanjutnya serangan Israel yang terus menimbulkan korban sipil di wilayah padat penduduk tersebut.

Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Washington, Trump memperingatkan bahwa Hamas akan "membayar di neraka" jika menolak kesepakatan yang bertujuan mengakhiri perang selama dua tahun yang berkecamuk.

Presiden AS tersebut menegaskan bahwa Israel akan mendapatkan "dukungan penuh"-nya jika Hamas menolak atau melanggar kesepakatan tersebut.

"Kami hanya membutuhkan satu tanda tangan, dan tanda tangan itu akan membayar di neraka jika mereka tidak menandatanganinya," kata Trump, dikutip dari The Guardian.

Baca juga: Mengapa Pemilihan Tony Blair jadi Dewan Perdamaian Gaza Memicu Kontroversi?

Rencana perdamaian 20 poin yang diajukan Trump ini disambut baik oleh media maupun politisi Israel karena memenuhi banyak tuntutan utama mereka.

Poin-poin kunci dalam proposal tersebut meliputi:

  • Pelucutan Senjata Hamas dan pelarangannya dari peran politik di Gaza di masa depan.
  • Pembebasan 48 sandera Israel yang masih ditahan dalam waktu 72 jam setelah gencatan senjata diberlakukan.
  • Penarikan bertahap pasukan militer Israel ke zona penyangga di sepanjang perbatasan.
  • Peningkatan besar-besaran bantuan kemanusiaan untuk 2,3 juta penduduk Gaza yang hancur.

Pemerintahan transisi teknokratis pascaperang di Gaza yang akan dipimpin langsung oleh Donald Trump.

Meskipun mendukung rencana tersebut, Netanyahu menegaskan bahwa militer Israel akan tetap berada di sebagian besar wilayah Gaza, dan ia tidak menyetujui pembentukan negara Palestina selama pembicaraannya dengan Presiden AS.

"Kami akan memulihkan semua sandera kami, hidup dan sehat, sementara (militer Israel) akan tetap berada di sebagian besar Jalur Gaza," ujar Netanyahu dalam pernyataan video.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. Netanyahu Terima Proposal Perdamaian Gaza, Sayap Kanan Israel Meradang! Desak Perang Dilanjutkan

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyatakan menerima usulan gencatan senjata Gaza yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Langkah ini langsung memicu perdebatan di dalam negeri, terutama dari kubu sayap kanan Israel yang menolak keras rencana tersebut.

Al Jazeera (30/9/2025) melaporkan, Netanyahu berdiri di samping Trump di Washington dan menyebut dirinya telah menyetujui proposal itu.

Namun, dalam pidato berbahasa Ibrani beberapa jam kemudian, ia menegaskan Israel tidak akan menerima negara Palestina dan militer tetap berada di sebagian besar wilayah Gaza.

Rencana 20 poin yang ditawarkan Trump mencakup pemulangan tawanan Israel, pembubaran Hamas sebagai kekuatan politik dan militer, serta pembentukan pemerintahan internasional sementara di Gaza.

Paket ini dinilai memenuhi sebagian besar tuntutan Israel sekaligus membuka jalan bagi Netanyahu untuk tampil sebagai “pemimpin perang yang menang” menjelang pemilu tahun depan.

Sarat Risiko

Meski demikian, analis menilai langkah Netanyahu sarat risiko.

Baca juga: Patahan Lepas Pantai yang Tidak Bergerak Selama 400 Tahun Jadi Penyebab Gempa Magnitudo 6,9 Filipina

Oposisi sayap kanan ekstrem, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, menolak keras usulan tersebut.

Smotrich bahkan menyebut rencana Trump sebagai “kegagalan diplomatik besar” dan memperingatkan bahwa kesepakatan itu akan berakhir dengan “air mata”.

BACA SELENGKAPNYA >>>

5. Dahsyatnya Gempa di Filipina Disertai Letusan Gunung Berapi, Puluhan Orang Tewas

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,9 mengguncang Filipina tengah pada Selasa (30/9/2025) malam.

Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat gempa dangkal tersebut terjadi pukul 21.50 waktu setempat.

Episentrum gempa berada di ujung utara Pulau Cebu, dekat Kota Bogo yang berpenduduk sekitar 90.000 jiwa.

Pusat Peringatan Tsunami Pasifik menyatakan tidak ada ancaman tsunami.

Media Filipina The Inquirer melaporkan pagi ini  sejumlah bangunan ambruk dan sejauh ini menewaskan 26 orang.

Jumlah korban diperkirakan masih terus bertambah.

Disertai Gunung Meletus

Tak lama setelah gempa terjadi, Gunung Berapi Taal juga ikut meletus.

Letusan dimulai sekitar pukul 01.00 dini hari.

Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) menjelaskan letusan berakhir pada pukul 02:15 dini hari.

Level Peringatan 1 tetap dinaikkan di Gunung Berapi Taal.

"Erupsi sedang berlangsung di Gunung Berapi Taal. Detail akan menyusul. Level Siaga 1 berlaku di Gunung Berapi Taal," tulis Phivolcs di akun media sosialnya dikutip dari The Inquirer.

Belum diketahui jumlah korban jiwa akibat letusan gunung ini.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved