Konflik Palestina Vs Israel
Israel vs Everybody: Trump Tekan Netanyahu, Ajak Bertemu Bahas Gaza di Gedung Putih
Israel semakin terpojokkan setelah banyak negara mengakui Negara Palestina di Sidang Umum PBB pada Senin (22/9/2025) lalu.
TRIBUNNEWS.COM - Israel vs everybody. Itulah ungkapan yang tepat dalam situasi Israel saat ini.
Bagaimana tidak, Israel semakin terpojokkan setelah 157 negara anggota PBB mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB pada Senin (22/9/2025).
Yang terbaru, Prancis, Belgia, Luksemburg, Malta, dan Andorra mendeklarasikan diri mereka untuk mengakui negara Palestina.
Sebelumnya ada Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal yang terlebih dahulu mengakui Negara Palestina.
Setelah pengakuan Negara Palestina tersebut, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan proposal perdamaian di Gaza yang berisikan 21 poin.
Proposal tersebut diungkap Donald Trump saat bertemu dengan para pemimpin negara Arab dan Muslim di sela-sela Sidang Umum PBB.
Dari salinan yang diterima The Times of Israel, memuat klausul-klausul yang telah menjadi pokok dalam berbagai proposal yang disusun oleh berbagai pemangku kepentingan dalam beberapa bulan terakhir — mulai dari pembebasan semua sandera hingga pencopotan Hamas dari kekuasaan.
Namun, keputusan untuk secara eksplisit mendorong warga Palestina agar tetap tinggal di Gaza merupakan puncak evolusi utama bagi Washington dalam isu ini.
Selain itu, gambaran proposal tentang jalur potensial menuju negara Palestina di masa depan, setelah pembangunan kembali Gaza dan reformasi Otoritas Palestina selesai, juga tampaknya merupakan penyimpangan besar dari kebijakan pemerintahan Trump selama ini, mengingat pemerintah tersebut menghindari pernyataan dukungan terhadap solusi dua negara.
Meskipun persyaratan tersebut merupakan nilai jual utama bagi Palestina, proposal ini, yang sebagian besar disusun oleh utusan khusus AS Steve Witkoff — dan siap disempurnakan dalam beberapa hari mendatang — juga mencakup klausul yang telah lama dituntut Israel.
Itu termasuk komitmen Hamas untuk melucuti senjata, demiliterisasi Gaza dan pembentukan proses untuk deradikalisasi penduduk.
Baca juga: Netanyahu: Israel Tahu di Mana Iran Sembunyikan Cadangan Uraniumnya
Trump Ajak Netanyahu Bertemu
Setelah Israel semakin terdesak, Trump mengajak Netanyahu untuk bertemu di Gedung Putih pada hari Senin (29/9/2025).
Pertemuan itu dimaksudkan untuk mendorong proposal perdamaian Gaza setelah sejumlah pemimpin Barat merangkul negara Palestina yang menentang pertentangan Amerika dan Israel.
Kunjungan Netanyahu ini menjadi yang keempat kalinya sejak Trump menjabat pada bulan Januari lalu.
Trump mengatakan kepada Reuters, bahwa dia berharap mendapatkan persetujuan Netanyahu mengenai kerangka kerja untuk mengakhiri perang di Gaza dan membebaskan sisa sandera yang ditahan oleh Hamas.
"Kami mendapat respons yang sangat baik karena Bibi (Netanyahu) juga ingin mencapai kesepakatan," kata Trump.
"Semua orang ingin mencapai kesepakatan," lanjutnya.
Ia memuji para pemimpin Arab Saudi, Qatar, UEA, Yordania, dan Mesir atas bantuan mereka dan mengatakan kesepakatan itu bertujuan untuk melampaui Gaza menuju perdamaian Timur Tengah yang lebih luas.
"Ini disebut perdamaian di Timur Tengah, bukan hanya Gaza. Gaza adalah bagian darinya. Tapi ini perdamaian di Timur Tengah," ucap Trump.
Ketika ditanya apakah kini telah tercapai kesepakatan perdamaian di Gaza, seorang pejabat senior Israel mengatakan "masih terlalu dini untuk mengatakannya".
Pejabat tersebut menambahkan bahwa Netanyahu akan memberikan tanggapan Israel terhadap proposal tersebut ketika ia bertemu Trump pada hari Senin.
Netanyahu juga berada di bawah tekanan yang meningkat dari keluarga para sandera dan, menurut jajak pendapat publik, publik Israel yang lelah perang.
Seruan tersebut menuntut pembebasan semua sandera, baik yang hidup maupun yang mati, penghentian serangan Israel lebih lanjut terhadap Qatar, dan dialog baru antara Israel dan Palestina untuk "hidup berdampingan secara damai," ujar seorang pejabat Gedung Putih yang tidak ingin disebutkan namanya.
Netanyahu Berhati-hati Tanggapi Proposal Trump
Baca juga: Bocoran Isi Rencana Perdamaian 21 Poin Trump: Israel Angkat Kaki dari Gaza, Hamas Lucuti Senjata
Setelah proposal yang berisikan 21 poin gencatan senjata di Gaza dirilis Trump, Netanyahu tampak hati-hati menanggapinya.
Berbicara dengan Fox News, Netanyahu mengatakan masih mengerjakan proposal yang diajukan oleh Trump tersebut.
"Prosesnya belum final, tapi kami sedang bekerja sama dengan tim Presiden Trump, saat ini," kata Netanyahu.
"Saya harap kita bisa mewujudkannya, karena kita ingin membebaskan para sandera kita, kita ingin menyingkirkan kekuasaan Hamas, melucuti senjata mereka, mendemiliterisasi Gaza, dan membangun masa depan baru bagi warga Gaza dan Israel, serta seluruh kawasan," lanjutnya.
Trump juga mengakui bahwa kesepakatan tersebut belum sepenuhnya tercapai.
Berbicara kepada Axios dan Channel 12 Israel, ia mengatakan bahwa pembicaraan tersebut "dalam tahap akhir".
Trump mengungkapkan harapan bahwa kesepakatan dapat diumumkan dalam dua hari ke depan, menyusul pertemuannya dengan Netanyahu di Gedung Putih pada hari Senin.
"Semua orang telah bersatu untuk mencapai kesepakatan, tetapi kita masih harus mewujudkannya," ujarnya, dikutip dari The Times of Israel.
"Negara-negara Arab sangat hebat dalam bekerja sama dalam hal ini, dan Hamas akan bergabung dengan mereka. (Hamas) sangat menghormati dunia Arab."
"Jika kita berhasil mencapai ini, ini akan menjadi hari yang luar biasa bagi Israel dan Timur Tengah," tegasnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.