Profil dan Sosok
Profil Tony Blair yang Ditunjuk Jadi Pemimpin Transisi Gaza, Kekayaannya Capai Rp 900 Miliar
Tony Blair, mantan PM Inggris, ditunjuk calon pemimpin transisi Gaza; hartanya fantastis, menembus Rp900 miliar dari politik dan investasi global.
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Wahyu Gilang Putranto
Namun, rekam jejaknya tidak lepas dari kontroversi. Keputusan Blair mendukung invasi Irak pada 2003 bersama Amerika Serikat memicu kecaman luas dan masih membayanginya hingga kini.
Hartanya Tembus Rp 900 Miliar
Selain kiprahnya di dunia politik, Blair juga membangun imperium bisnis yang membuatnya masuk jajaran elite global.
Kekayaan Blair semakin bertambah melalui jaringan bisnis global, termasuk keterlibatan dalam sektor energi, keuangan, dan teknologi, baik melalui dewan direksi maupun kemitraan strategis yang menghasilkan keuntungan berkelanjutan.
Melalui lembaga konsultan, investasi properti, dan jaringan bisnis internasional, hartanya diperkirakan menembus 60 juta dolar atau setara dengan Rp900 miliar.
Jumlah ini menempatkannya di lingkaran kecil figur dunia yang memiliki pengaruh besar, baik di bidang politik maupun ekonomi.
Penunjukan Blair sebagai kandidat pemimpin pemerintahan transisi Gaza yang tengah digagas Gedung Putih disebut masih sebatas wacana.
Namun, wacana ini sudah memicu perdebatan luas. Sebagian pihak menilai jejaring internasional Blair dapat memberi stabilitas di wilayah yang dilanda konflik berkepanjangan.
Lantaran dengan kekayaan dan jejaring yang sedemikian luas, Tony Blair bukan hanya dikenal sebagai politisi berpengalaman, tetapi juga sebagai tokoh yang memiliki pengaruh signifikan dalam berbagai arena internasional.
Sebaliknya, kritik keras datang dari mereka yang mengingat kembali perannya dalam perang Irak, yang dianggap merusak kredibilitasnya sebagai mediator.
Jika wacana itu terwujud, Blair akan menghadapi salah satu misi tersulit dalam kariernya, lantaran harus membangun kembali Gaza pasca perang, menjembatani kepentingan Israel dan Palestina, serta menavigasi geopolitik Timur Tengah yang semakin memanas.
Tantangan besar ini akan menentukan apakah Blair dapat menghapus jejak kontroversi masa lalunya, atau justru menambah catatan panjang perdebatan seputar peranannya di panggung dunia.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.