Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

AS dan Barat Kecele, Iran dan Rusia Sepakat Bangun Proyek Nuklir Baru yang Didukung China

Jika negara Barat menjegal, maka Rusia malah bersedia masuk dan berinvestasi di Iran dalam program nuklir.

|
Atta Kenare/AFP
FASILITAS NUKLIR - Foto file yang menunjukkan gambar yang diambil pada 10 November 2019 menunjukkan bendera Iran di PLTN Bushehr Iran, selama upacara resmi untuk memulai pekerjaan pada reaktor kedua di fasilitas tersebut. 

Apa yang dilakukan Rusia ini menjadi pukulan berikutnya dari upaya Barat menjegal program nuklir Iran setelah sebelumnya AS Cs juga mendapat tamparan dari manuver China.

Pada awal September ini, Presiden Iran Masoud Pezeshkian bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing.

Kunjungan ini menjadi bagian dari usaha Iran menggalang dukungan dari China untuk melawan potensi sanksi baru di tengah meningkatnya tekanan Barat terhadap program nuklirnya.

Saat itu Pezeshkian mengatakan kalau Tiongkok adalah "saingan terbesar" bagi kebijakan AS dan harus meletakkan dasar untuk menghadapi "unilateralisme" Amerika dan Barat, menurut Kantor Berita semi-resmi pemerintah Iran, Mehr.

Saat itu, China mengatakan pihaknya menghargai janji berulang Iran untuk tidak mengembangkan senjata nuklir dan menghormati hak Teheran atas energi atom damai, menurut media pemerintah CCTV.

Beberapa jam setelah Prancis, Jerman, dan Inggris memicu mekanisme untuk menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran, Rusia dan China mengusulkan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk memperpanjang jangka waktu kesepakatan nuklir Iran 2015, PBB melaporkan pada hari Minggu.

China, Rusia dan Iran telah mengirim surat bersama setelah bertemu di Tianjin pada hari Minggu, selama pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), di mana mereka menyatakan penentangan terhadap sanksi snapback dan menyerukan kelanjutan keterlibatan diplomatik.

Negara-negara E3 telah menawarkan perpanjangan mekanisme snapback untuk jangka waktu terbatas guna memberi kesempatan bagi negosiasi untuk membuka jalan bagi kesepakatan baru. 

Dewan Keamanan (DK) PBB, Jumat (19/9/2025) akhirnya gagal mengesahkan rancangan resolusi yang bertujuan mencegah pemberlakuan kembali atau snapback sanksi terhadap Iran yang sebelumnya dicabut berdasarkan Kesepakatan Nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Rancangan resolusi yang diajukan Korea Selatan selaku presiden DK PBB bulan ini tersebut berupaya mempertahankan pencabutan sanksi dengan menetapkan bahwa ketentuan dari resolusi sanksi sebelumnya tetap berakhir.

Namun, usulan itu tidak mendapatkan sembilan suara dukungan yang diperlukan. Rusia, China, Pakistan, dan Aljazair mendukung, sementara Guyana dan Korea Selatan abstain. Sembilan anggota lainnya --- Inggris, Prancis, Denmark, Slovenia, Sierra Leone, Panama, Amerika Serikat, Yunani, dan Somalia --- menolak.

Dengan hasil itu, resolusi gagal disahkan, membuka jalan bagi diberlakukannya kembali sanksi sesuai mekanisme snapback dalam JCPOA dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 yang mengesahkan kesepakatan nuklir pada 2015.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menegaskan setelah pemungutan suara bahwa dukungan Rusia tidak berarti perubahan posisi.

Meskipun Tiongkok dan Rusia tidak dapat menghentikan "mekanisme snapback" yang dipicu oleh Prancis, Inggris, dan Britania Raya (E3) , mereka dapat melemahkan dampaknya.

Menurut Ketua Parlemen Iran, Mohammad-Baqer Qalibaf, penjualan minyak dan perdagangan luar negeri Iran tidak dihentikan oleh sanksi AS, lapor media Iran.

Langkah Paksaan

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved