Sabtu, 4 Oktober 2025

Demonstrasi di Filipina

Demo Filipina Rusuh, Militer Dikabarkan Pecah, Puluhan Ribu Warga Turun ke Jalan

Unjuk rasa tidak hanya terjadi di ibukota Manila namun di sejumlah kota besar lainnya di Filipina.

|
Penulis: Hasanudin Aco
Inquirer
DEMO FILIPINA - Kerusuhan terjadi di Manila, Filipina, dalam unjuk rasa diikuti ribuan orang kemarin, Minggu (21/9/2025). 

 

TRIBUNNEWS.COM, MANILA –  Istana Kepresidenan Filipina, Malacañang, menepis spekulasi adanya  perpecahan di dalam Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) ketika puluhan ribu warga Filipina turun ke jalan, Minggu (21/9/2025) kemarin, memprotes soal korupsi di negara itu.

Unjuk rasa tidak hanya terjadi di ibukota Manila namun di sejumlah kota besar lainnya di Filipina.

Juru Bicara Pers Istana Malacanang Claire Castro mengatakan Presiden  Filipina Ferdinand R. Marcos Jr. tetap yakin dengan kesetiaan militer terhadap konstitusi.

"Kami tidak melihat hal seperti itu. Presiden percaya pada personel berseragam kami, pada pejabat militer kami," kata Castro dalam sebuah wawancara televisi seperti dikutip dari Inquirer, salah satu media  berpengaruh di Filipina.

"Dia (militer) tahu bahwa rakyat tidak anti-Marcos, tetapi anti-korupsi,” tambahnya.

DEMO FILIPINA - Para pengunjuk rasa memenuhi kedua lajur White Plains Drive di Quezon City dalam aksi unjuk rasa antikorupsi
DEMO FILIPINA - Para pengunjuk rasa memenuhi kedua lajur White Plains Drive di Quezon City dalam aksi unjuk rasa antikorupsi "Trillion Peso March" di Kuil Edsa People Power Manila pada Minggu, 21 September 2025. /Via Inquirer (Foto MMDA/Facebook)

Gelombang demonstrasi terjadi di Filipina  menyusul terungkapnya dugaan anomali dalam proyek pengendalian banjir bernilai miliaran peso.

Sekelompok pejabat militer yang telah pensiun juga berkumpul di luar markas besar AFP di Kota Quezon untuk memprotes “korupsi sistemik” dalam pemerintahan.

Demonstrasi yang lebih besar diadakan di EDSA People Power Shrine dan Rizal Park di Manila.

Marcos pertama kali mengemukakan masalah ini dalam Pidato Kenegaraan keempatnya pada bulan Juli, yang memerintahkan penyelidikan menyeluruh terhadap dugaan proyek hantu dan pencairan dana tidak teratur.

Sejak itu ia membentuk badan independen untuk mengejar akuntabilitas.

Buntut demo besar-besaran di Filipina ini. Presiden Marcos membatalkan perjalanannya   ke New York untuk menghadiri Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan ini.

Berakhir rusuh

Demo anti korupsi kemarin diikuti oleh puluhan ribu warga Manila, Filipina.

Pengunjuk rasa dan polisi bentrok saat hendak menuju  Istana Malacanang.

Demonstran  sebagian besar berpakaian hitam dan topeng  menyerbu Jembatan Mendiola lalu menerobos barisan polisi.

Beberapa dari mereka mengibarkan bendera Filipina dan bendera Jolly Roger dari anime dan manga One Piece.

Demo berakhir rusuh saat para demonstran melempari polisi dengan batu. 

72 Orang Ditangkap

Polisi menangkap 72 orang - termasuk 20 anak di bawah umur - dalam dua insiden terpisah.

Sedikitnya 39 petugas terluka dan sebuah trailer yang digunakan sebagai barikade dibakar  massa.

Juru Bicara Polisi Filipina Mayor Hazel Asilo mengatakan kepada AFP bahwa tidak jelas apakah mereka yang ditangkap adalah "pengunjuk rasa atau hanya orang-orang yang membuat masalah".

Kemarahan massa diakibatkan proyek infrastruktur yang diduga dikorupsi pejabat.

Presiden Ferdinand Marcos menjadikan isu itu dalam pidato kenegaraan bulan Juli lalu menyusul banjir mematikan selama berminggu-minggu di Filipina.

Departemen Keuangan memperkirakan ekonomi Filipina kehilangan hingga 118,5 miliar peso (US$2 miliar) dari tahun 2023 hingga 2025 karena korupsi dalam proyek pengendalian banjir.

Greenpeace memperkirakan jumlah sebenarnya mendekati US$18 miliar.

Awal bulan ini, pemilik sebuah perusahaan konstruksi menuduh hampir 30 anggota DPR dan pejabat Departemen Pekerjaan Umum dan Jalan Raya (DPWH) menerima pembayaran tunai.

Skandal tersebut telah memicu perubahan kepemimpinan di kedua majelis Kongres, dengan Ketua DPR Martin Romualdez, sepupu Marcos, mengajukan pengunduran dirinya awal minggu ini saat penyelidikan sedang berlangsung.

Pada hari Minggu, sejumlah politisi termasuk di antara mereka yang mengambil bagian dalam protes EDSA, sebuah acara yang didukung oleh Gereja Katolik yang kuat yang menarik banyak keluarga.

"Ini bukan partisan," kata Manuel Dela Cerna yang berusia 58 tahun, yang mengatakan ia pernah menghadiri protes People Power di EDSA empat dekade sebelumnya.

"Mereka menguras uang rakyat, sementara warga menderita banjir, rumah mereka tersapu bersih, sementara pejabat naik pesawat pribadi, tinggal di rumah-rumah mewah," katanya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved