Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu Gunakan Dalih Hubungan Hamas-Qatar untuk Bela Serangan Israel di Doha

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali memantik kontroversi setelah membela serangan militer Israel ke Doha, ibu kota Qatar.

Facebook PM Israel
NETANYAHU BERPIDATO - Foto ini diambil dari Facebook PM Israel pada Rabu (13/8/2025). Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan istrinya Sara (tidak terlihat dalam foto), berpartisipasi dalam peresmian Museum Knesset di Froumine House di Yerusalem pada 12 Agustus 2025. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali memantik kontroversi setelah membela serangan militer Israel ke Doha, ibu kota Qatar. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali memantik kontroversi setelah membela serangan militer Israel ke Doha, ibu kota Qatar pada 9 September 2025 lalu.

Di mana Netanyahu menyebut adanya 'hubungan erat' antara Hamas dan negara Teluk tersebut sebagai alasan utama.

Pernyataan itu disampaikan Netanyahu dalam konferensi pers pada Selasa (16/9/2025), di mana ia juga mengumumkan akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump usai menyampaikan pidato di Majelis Umum PBB.

“Trump mengundang saya ke Gedung Putih. Saya akan bertemu dengannya... setelah pidato saya di PBB,” kata Netanyahu, dikutip dari Al-Arabiya.

Namun pernyataan paling mencolok datang ketika Netanyahu menyinggung serangan yang baru saja dilakukan Israel terhadap sebuah kompleks di Doha, tempat di mana para pemimpin Hamas diyakini tengah berkumpul.

Dalam pembelaannya, Netanyahu menuding Qatar telah lama menjadi pelindung Hamas.

"Qatar terhubung dengan Hamas, melindungi Hamas, dan mendanai Hamas. Qatar memiliki pengaruh kuat (yang bisa dimanfaatkan), tetapi mereka memilih untuk tidak melakukannya," ujarnya.

"Oleh karena itu, tindakan kami sepenuhnya dibenarkan," tambahnya.

Israel melancarkan serangan ke Doha pada Selasa (9/9/2025).

Pada pukul 3 sore waktu setempat, beberapa rudal Israel menghantam kawasan West Bay Lagoon, sebuah distrik elite di Doha yang dikenal sebagai pusat diplomatik dan perumahan ekspatriat. 

Serangan tersebut, yang disebut Israel ditujukan pada para pemimpin senior Hamas, menewaskan enam orang, termasuk putra dari pejabat tinggi Hamas Khalil al-Hayya dan satu pejabat keamanan Qatar.

Baca juga: PBB: Netanyahu Dalang Genosida di Gaza, Ribuan Warga Palestina Dibunuh dengan Sengaja

Namun, tak lama setelah serangan, Netanyahu sempat menulis di platform X bahwa tindakan militer di Doha adalah “operasi Israel yang sepenuhnya independen".

“Tindakan hari ini terhadap para pemimpin teroris Hamas adalah operasi Israel yang sepenuhnya independen,” tulis postingan tersebut, dikutip dari Al Jazeera.

Ia menegaskan bahwa Israel bertanggung jawab penuh atas keputusan menyerang wilayah negara yang sejauh ini menjadi sekutu utama AS di kawasan Teluk.

“Israel memulainya, Israel melaksanakannya, dan Israel bertanggung jawab penuh," tambahnya.

Meskipun militer Israel mengklaim menargetkan para negosiator Hamas, laporan menyebut bahwa tidak satu pun dari pemimpin utama kelompok tersebut tewas. 

Kompleks yang dihantam saat itu sedang menjadi tempat pertemuan para negosiator Hamas yang membahas proposal gencatan senjata terbaru dari AS.

Baca juga: Diteriaki di Depan Rumahnya, Netanyahu Kabur, Keluarga Sandera Tuntut Jawaban

Tak butuh waktu lama, kecaman internasional pun berdatangan. 

Qatar menyebut serangan tersebut sebagai “pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan kedaulatan negara.” 

Negara-negara Teluk, Liga Arab, dan OKI turut mengutuk aksi tersebut, menyebutnya sebagai “serangan pengecut” terhadap negara penengah yang memainkan peran penting dalam upaya perdamaian.

Ketegangan Meningkat di Kawasan

Serangan Israel ini menandai pertama kalinya negara itu melancarkan serangan langsung ke wilayah Qatar, yang selama ini menjadi tuan rumah perundingan-perundingan sensitif antara Hamas dan Israel

Doha juga menjadi aktor penting dalam negosiasi pembebasan sandera serta proposal-proposal gencatan senjata sejak pecahnya perang Gaza pada 7 Oktober 2023.

Baca juga: Saham-saham Israel Anjlok Setelah Netanyahu Pidato tentang Super-Sparta

Sebagai tanggapan, negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) menyatakan kesiapan untuk mengaktifkan “mekanisme pertahanan bersama”, yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua. 

Meskipun belum ada rincian lebih lanjut, keputusan itu menunjukkan bahwa dampak serangan Israel bisa meluas ke ranah militer regional.

Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Emir Qatar, menyebut serangan tersebut sebagai “berbahaya dan pengecut”, serta memperingatkan tentang “visi ekspansionis” Israel yang semakin nyata melalui agresinya di berbagai negara Arab, termasuk Lebanon, Suriah, dan Yaman.

Walau belum ada tindakan politik atau ekonomi langsung dari negara-negara Arab, pertemuan darurat yang diselenggarakan di Doha mencerminkan kemarahan dan kecemasan yang meluas.

Netanyahu, yang dikenal memiliki pandangan keras terhadap Hamas, kini menghadapi tekanan internasional yang semakin besar. 

Serangannya ke Qatar, yang dilakukan ketika negosiasi gencatan senjata masih berlangsung, dinilai sebagai bentuk sabotase terhadap upaya perdamaian.

Bahkan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, menyatakan bahwa negara itu akan membawa Israel ke Dewan Keamanan PBB dan bekerja sama dengan organisasi-organisasi internasional untuk memastikan Israel “tidak bisa lagi menyerang negara berdaulat dengan impunitas”.

(Tribunnews.com/Farra)

Artikel Lain Terkait Benjamin Netanyahu

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved