Konflik Palestina Vs Israel
Menanggapi Trump, Hamas: Nyawa Sandera Israel Ada di Tangan Netanyahu
Menanggapi pernyataan Presiden AS Trump soal pemindahan sandera Israel, Hamas sebut nasib nyawa sandera Israel ada di tangan PM Israel Netanyahu.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
Menurut Hamas, aksi itu adalah bentuk perlawanan atas pendudukan Israel di tanah Palestina sejak 1948 dan upaya perebutan kompleks Masjid Al-Aqsa.
Sejak akhir 2023 hingga awal 2025 sempat terjadi beberapa kali pertukaran tahanan, tetapi Israel menyebut masih ada sekitar 50 sandera yang ditahan di Gaza.
Sebagai balasan, Israel menutup seluruh akses ke Jalur Gaza dan menggempur wilayah itu tanpa henti, membuat banyak warga mengungsi.
Untuk meredakan krisis dan kecaman internasional, pada Mei 2025 Israel dan AS membentuk Gaza Humanitarian Foundation (GHF) untuk menyalurkan bantuan di beberapa wilayah Gaza, seperti Rafah, Khan Younis, dan Wadi Gaza.
Namun, tentara Israel dilaporkan menyerang warga yang sedang mengantre bantuan di pos GHF.
Awal September, Israel melancarkan operasi besar untuk merebut Kota Gaza, yang dianggap sebagai basis pertahanan Hamas.
Serangan juga diperluas ke luar negeri, termasuk membom sebuah gedung di Qatar yang dituduh sebagai markas Hamas.
Para pemimpin Hamas selamat, tetapi enam orang tewas, termasuk lima warga sipil dan seorang petugas keamanan Qatar.
Sementara itu, mediator Qatar dan Mesir masih berupaya untuk menengahi Israel dan Hamas untuk mencapai kesepakatan yang diharapkan dapat mengakhiri perang genosida di Jalur Gaza.
Hamas tetap dengan tuntutan awalnya meski serangan dan tekanan, serta tidak ada indikasi bahwa mereka akan melemahkan posisi mereka.
Menurut laporan Reuters dan Al Jazeera, Hamas menuntut kesepakatan untuk gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari Gaza, pertukaran sandera Israel dengan ribuan tahanan Palestina, penyaluran bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, rekonstruksi Jalur Gaza, serta jaminan politik dan keamanan.
Sementara Israel masih bersikukuh pada syarat penyerahan senjata dan pembebasan sandera secara penuh, dan menganggap pemimpin Hamas di Qatar sebagai target atau hambatan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.