Minggu, 5 Oktober 2025

Demo Gen Z Nepal dari Larangan Media Sosial ke Penjarahan dan Pembakaran

Protes Generasi Z di Nepal bermuladari protes larangan media sosial berubah menjadi buruk, massa kini melakukan penjarahan dan pembakaran.

Editor: Muhammad Barir
Tangkapan layar X/@chandangoopta
GEDUNG DIBAKAR- Demonstrasi di Nepal, sejumlah gedung dibakar termasuk gedung Parlemen Nepal. Demonstrasi di Nepal merebak dengan cepat dalam hitungan hari. Sebanyak 23 orang meninggal, dan 422 orang lebih mengalami luka-luka. 

Demo Gen Z Nepal dari Larangan Media Sosial ke Penjarahan dan Pembakaran

TRIBUNNEWS.COM- Protes Generasi Z di Nepal bermuladari protes larangan media sosial berubah menjadi buruk, massa kini melakukan penjarahan dan pembakaran.

Nepal tengah mengalami kerusuhan sipil paling hebat dalam beberapa dekade, yang dipicu oleh pemberontakan yang dipimpin pemuda terhadap

Sensor pemerintah, korupsi, dan ketidaksetaraan, yang kini telah berubah menjadi penjarahan dan pembakaran massal oleh sebagian pengunjuk rasa atas nama protes massa.

Demo dipicu oleh larangan yang diberlakukan pemerintah terhadap 26 platform media sosial utama—termasuk Facebook, X, dan YouTube pada tanggal 4 September.

Meskipun larangan tersebut dicabut setelah mendapat reaksi keras yang meluas, demonstrasi telah meningkat menjadi gerakan yang lebih luas terhadap masalah sistemik di sana.

 

Baca juga: Demo Besar Gen Z di Nepal, Gedung Dibakar, Menteri Ditelanjangi dan Diarak

 

23 Orang Tewas

Setidaknya 23 orang tewas, termasuk 19 pengunjuk rasa, 3 petugas polisi, dan Rajyalaxmi Chitrakar, istri mantan Perdana Menteri Jhalanath Khanal, yang tewas ketika rumah mereka dibakar. Lebih dari 347 orang terluka dalam bentrokan tersebut.

Tentara Nepal telah dikerahkan untuk memulihkan ketertiban, menegakkan jam malam, dan memperingatkan bahwa tindakan vandalisme, penjarahan, dan pembakaran akan ditindak tegas. Helikopter tentara telah mengevakuasi para menteri dari kediaman mereka di tengah kekacauan.

Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri pada 9 September 2025, menyusul meningkatnya protes. Presiden Ram Chandra Paudel telah menerima pengunduran dirinya, dan Oli tetap menjabat sebagai pemimpin sementara.

Protes dipicu oleh rasa frustrasi atas tingginya angka pengangguran di kalangan muda (sekitar 20 persen), korupsi, dan persepsi nepotisme di kalangan elit politik. Tren media sosial yang menyoroti hak istimewa anak-anak politsi, yang dijuluki "Nepo Kids", telah meningkatkan kemarahan publik.

Bandara Internasional Tribhuvan di Kathmandu ditutup karena kerusuhan, mengganggu penerbangan dan memicu dikeluarkannya imbauan perjalanan.


Para pengunjuk rasa tidak hanya menentang larangan media sosial—mereka juga menyuarakan kemarahan yang telah lama ada terhadap korupsi, nepotisme politik, pengangguran kaum muda, dan ketidakstabilan kronis. Keluhan struktural ini menciptakan lingkungan yang sangat tegang.

Generasi Z khususnya menyalurkan rasa frustrasi mereka melalui #Nepokids yang viral dan kampanye antikorupsi. 

 

 

Eskalasi dan Hilangnya Pengendalian Massa

Setelah demonstrasi damai berubah menjadi kekerasan, kendali pun runtuh. Para penguniuk rasa menyerbu Parlemen, membakar infrastruktur, dan merusak fasilitas.


Penjarahan terjadi, di tengah kekacauan, para penjarah—sebagian dimotivasi oleh kemarahan, sebagian lagi oleh oportunisme—menargetkan toko-toko dan kendaraan. Dalam protes-protes pro-monarki sebelumnya, penjarahan memiliki tujuan ideologis sekaligus eksploitatif.


Meskipun larangan media sosial telah dicabut dan Perdana Menteri mengundurkan diri, protes terus berlanjut di seluruh Nepal

Gerakan ini, yang sebagian besar digerakkan oleh Generasi Z, menuntut reformasi politik yang komprehensif dan akuntabilitas yang lebih besar. 

Tentara Nepal telah menjadwalkan pembicaraan dengan perwakilan protes dalam upaya meredakan situasi.

 

 

 

 

SUMBER: NEWS LIVE

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved