Minggu, 5 Oktober 2025

C-130J Super Hercules Memenangkan Kompetisi 'Produk Terkeren yang Dibuat di Georgia' 2025

Pesawat kargo C-130J Super Hercules memenangkan kompetisi Produk Terkeren yang Dibuat di Georgia 2025.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
United States Air Force
SUPER HERCULES - Pesawat Lockheed Martin C-130J Super Hercules Angkatan Udara AS selama latihan terbang di pangkalan Garda Nasional Udara Warfield di Baltimore, Maryland (AS). Pesawat kargo C-130J Super Hercules memenangkan kompetisi Produk Terkeren yang Dibuat di Georgia 2025. 

TRIBUNNEWS.COM – Pesawat kargo C-130J Super Hercules buatan Lockheed Martin berhasil memenangkan kompetisi "Coolest Thing Made in Georgia" atau "Produk Terkeren yang Dibuat di Georgia" 2025.

Mengutip laman resmi Kamar Dagang Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat (gachamber.com), "Coolest Thing Made in Georgia" adalah program baru yang dirancang untuk merayakan dan memamerkan inovasi serta keahlian terbaik dari negara bagian Georgia.

Kompetisi ini mengundang para pemilik bisnis, produsen, pengrajin, dan kreator dari seluruh Georgia untuk mendaftarkan produk mereka ke dalam tahap voting publik.

Produk-produk tersebut, kemudian bersaing secara langsung untuk menentukan pemenang "Coolest Thing Made in Georgia" 2025, yang juga merupakan tahun perdana diselenggarakannya kompetisi ini.

Hasilnya, C-130J Super Hercules, yang diproduksi di Kota Marietta, berhasil keluar sebagai pemenang.

Rod McLean, Wakil Presiden Lockheed Martin sekaligus Manajer Umum Divisi Mobilitas Udara dan Misi Maritim, mengungkapkan kebanggaannya atas penghargaan tersebut.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto resmi menyerahkan pesawat Super Hercules C-130 kedua yang dipesan Kementerian Pertahanan dari pabrikan pesawat Lockheed Martin Amerika Serikat kepada Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo. Penyerahan tersebut dilakukan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta pada Kamis (6/7/2023).
SUPER HERCULES - Prabowo Subianto saat menyerahkan pesawat Super Hercules C-130 kedua yang dipesan Kementerian Pertahanan dari pabrikan pesawat Lockheed Martin Amerika Serikat kepada Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo. Penyerahan tersebut dilakukan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta pada Kamis (6/7/2023). (Tribunnews.com/Gita Irawan)

"Terima kasih kepada semua yang telah memilih C-130J. Kami sangat menghargai dukungan dari komunitas," ujar McLean, dikutip dari media lokal Marietta Daily Journal (MDJ).

"Sebagai bentuk pengakuan atas betapa unik dan pentingnya pesawat ini bagi Georgia dan Cobb County, kami sangat gembira atas penghargaan ini dan bangga terpilih sebagai produk terkeren yang dibuat di Georgia."

Lockheed memproduksi C-130J di pabriknya di Marietta yang mempekerjakan lebih dari 5.000 orang.

Dikenal sebagai "pilihan dunia dalam pengangkutan udara taktis", Super Hercules saat ini digunakan oleh 28 operator di 23 negara.

Hingga kini, lebih dari 560 unit C-130J telah dikirimkan dan disertifikasi, dengan catatan lebih dari 3 juta jam terbang di seluruh armada globalnya.

Baca juga: Cara Militer AS Beri Kesempatan Kedua kepada Pesawat C-130J Super Hercules untuk Kembali Terbang

"Salah satu elemen utamanya adalah keandalan. Dirancang untuk memberikan hasil, dan dibangun untuk bertahan lama," kata McLean kepada MDJ.

"(C-130) adalah program produksi pesawat militer terlama dalam sejarah, dan terus memberikan harapan serta dukungan bagi banyak negara di seluruh dunia."

Tahun lalu, Lockheed baru saja merayakan ulang tahun ke-70 penerbangan perdana C-130.

Majelis Umum Georgia bahkan menetapkan tahun 2024 sebagai "Tahun Super Hercules" untuk menghormati pencapaian tersebut.

Seleksi dan Pengumuman

Sebelum pemungutan suara babak penyisihan dimulai, ratusan nominasi telah diterima, menurut Kamar Dagang Georgia (badan pemerintahan setara KADIN di Indonesia).

Secara total, 64 perusahaan masuk ke dalam tahap penyisihan.

Nama-nama perusahaan diundi secara acak sebelum dilakukan voting publik oleh warga Georgia.

Saat pemungutan suara dimulai, McLean mengaku awalnya merasa cukup terintimidasi oleh persaingan yang ada.

"Saya sempat merasa terintimidasi ketika melihat daftar perusahaan dan produk yang ikut serta. Sejujurnya, saya cukup khawatir," ujarnya.

"Namun, kemudian saya menyadari bahwa pesawat ini telah ada selama bertahun-tahun dan telah menyentuh kehidupan banyak orang dengan berbagai cara."

Putaran final voting berakhir pada 7 Agustus 2025, dan pemenang diumumkan dalam acara Makan Siang Kongres Kamar Dagang Georgia di Columbus, Rabu (20/8/2025).

Pada babak final, C-130J berhasil mengalahkan pesawat lepas landas dan mendarat vertikal elektrik (eVTOL) Midnight buatan Archer Aviation, sebuah taksi udara berkapasitas empat penumpang yang memiliki tingkat kebisingan dan emisi lebih rendah dibandingkan helikopter konvensional.

“Bagi Lockheed Martin, kemenangan ini merupakan bukti kepercayaan dan dukungan luar biasa atas apa yang kami lakukan,” ujar McLean.

“Pengakuan terhadap C-130 menunjukkan dukungan masyarakat terhadap pesawat ini, program ini, dan fasilitas kami di Marietta.”

Chris Clark, Presiden sekaligus CEO Kamar Dagang Georgia, mengatakan tujuan kompetisi ini adalah untuk merayakan bakat dan inovasi yang ada di seluruh Georgia.

Baca juga: Lockheed Martin F-35,  Jet Tempur Siluman Amerika Serikat Dikirim ke Pangkalan Jepang, Ini Tujuannya

“Lockheed Martin C-130J Super Hercules mencontohkan semangat tersebut, memadukan kehadiran selama puluhan tahun di Marietta dengan kemampuan yang tak tertandingi, baik saat ini maupun dalam sejarah penerbangan,” kata Clark.

“Kami mengucapkan selamat kepada Lockheed Martin atas gelar Produk Terkeren Buatan Georgia 2025, dan berharap dapat bekerja sama untuk menginspirasi generasi kreator berikutnya serta memperkuat posisi Georgia sebagai pemimpin dalam kewirausahaan dan inovasi.”
 
Tentang Lockheed Martin

Mengutip situs resminya, Lockheed Martin adalah perusahaan teknologi kedirgantaraan dan pertahanan multinasional asal Amerika Serikat yang dikenal karena perannya dalam keamanan nasional dan eksplorasi ruang angkasa.

Perusahaan ini merupakan salah satu kontraktor pertahanan terbesar di dunia, dengan fokus pada bidang aeronautika, rudal dan sistem kendali tembakan, sistem putar dan misi, serta eksplorasi luar angkasa.

Lockheed Martin juga berada di balik pengembangan berbagai teknologi canggih, seperti jet tempur F-35 dan helikopter Black Hawk.

Perusahaan ini bekerja sama dengan berbagai pemerintah, termasuk militer Amerika Serikat, untuk mengembangkan dan menyediakan solusi pertahanan dan teknologi eksplorasi ruang angkasa bagi tantangan kompleks di masa depan.

Pesawat C-130J Angkatan Udara Amerika Serikat Terbang Kembali setelah Rusak Akibat Pendaratan Keras 5 Tahun Lalu

SUPER HERCULES - Seorang penerbang AS yang ditugaskan di Skuadron Perawatan Pesawat ke-86 memberikan penghormatan kepada sebuah C-130J Super Hercules yang akan berangkat dari Pangkalan Udara Ramstein, Jerman, 26 Juli 2025. Pesawat tersebut menjalani penggantian sayap pertama yang sukses di pangkalan tersebut, sebelum kembali ke Pangkalan Angkatan Udara Robins, Georgia.
SUPER HERCULES - Seorang penerbang AS yang ditugaskan di Skuadron Perawatan Pesawat ke-86 memberikan penghormatan kepada sebuah C-130J Super Hercules yang akan berangkat dari Pangkalan Udara Ramstein, Jerman, 26 Juli 2025. Pesawat tersebut menjalani penggantian sayap pertama yang sukses di pangkalan tersebut, sebelum kembali ke Pangkalan Angkatan Udara Robins, Georgia. (Foto Angkatan Udara AS/Rebecca Harima)

Pada April 2020 lalu, sebuah pesawat C-130J Super Hercules milik Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) mengalami kerusakan parah akibat pendaratan keras (hard landing) saat latihan di Pangkalan Udara Ramstein, Jerman.

Pesawat dengan nomor ekor 5736 itu mengalami kerusakan signifikan pada struktur sayap, mesin, dan rakitan roda pendaratan, sehingga dinyatakan tidak dapat terbang dan sempat diperkirakan akan dipensiunkan.

Namun, AS memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua kepada pesawat kargo tersebut. 

“Proyek ini benar-benar dimulai ketika kantor program meninjau pendaratan keras dan spesifikasinya, lalu memutuskan bahwa akan lebih hemat biaya untuk mengembalikan pesawat ke armada daripada memensiunkannya sepenuhnya,” ujar Kolonel USAF Lucas Buckley, Komandan Grup Pemeliharaan ke-86, di situs ramstein.af.mil.

“Bagi para insinyur, perencana, dan teknisi, merakit kembali pesawat merupakan investasi terbaik bagi Angkatan Udara.”
 
Proses Perbaikan yang Rumit

Perbaikan memakan waktu empat tahun, termasuk pembuatan sayap baru dan pembangunan kontainer pengangkut sayap C-130J pertama di kelasnya.

Sayap-sayap baru tersebut dikirim ke Pangkalan Udara Ramstein, tempat tim depo Skuadron Pemeliharaan Ekspedisi ke-402 dari Pangkalan Udara Robins, Georgia, bersama Grup Pemeliharaan ke-86, bekerja selama lebih dari 30 hari untuk mengganti sayap, mesin, dan berbagai komponen utama lainnya.

Pihak Angkatan Udara menyebut, ini adalah penggantian sayap pertama untuk C-130J yang dilakukan langsung di lapangan, bukan di fasilitas pabrik.

Kolonel Buckley menjelaskan bahwa keberhasilan proyek ini merupakan hasil kolaborasi lintas unit Angkatan Udara, mulai dari perencanaan, rekayasa, penanganan, hingga pengiriman sayap dari Amerika Serikat ke Jerman.

Baca juga: Ritual Prajurit TNI AU Berdoa dan Sentuh Hidung Super Hercules C-130 J Sebelum ke Gaza Palestina

“Ini merupakan upaya tim yang menyeluruh, melibatkan kantor program C-130, teknisi, depo, staf MAJCOM, hingga petugas pemeliharaan dari Divisi ke-86 yang telah merawat pesawat selama lima tahun terakhir,” tambah Sersan Master Senior USAF Justin Jordan, pengawas jaminan mutu Grup Pemeliharaan ke-86.
 
Kembali Mengudara Setelah 5 Tahun

Setelah berbulan-bulan perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian, pesawat C-130J dengan nomor ekor 5736 akhirnya menyelesaikan uji terbang pertamanya pada 15 Juli 2025, lima tahun setelah insiden pendaratan keras.

Setelah melalui beberapa penyesuaian dan pemeriksaan tambahan, Pesawat 5736 berhasil kembali ke Amerika Serikat pada 28 Juli 2025.

“Menyaksikannya lepas landas dari landasan pacu terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Itu bukan sekadar pencapaian teknis, melainkan momen yang sangat personal,” ujar Sersan Jordan.

“Pesawat 5736 sudah lebih dari sekadar mesin bagi kami; ia mewakili ketahanan, sejarah, dan semangat penerbangan. Penerbangan perdana ini adalah penghormatan bagi semua orang yang percaya padanya dan bekerja tanpa lelah untuk menghidupkannya kembali. Saya tidak akan pernah melupakan suara mesinnya yang menderu dan pemandangan roda-rodanya meninggalkan tanah. Sungguh ajaib!”

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved