Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Hancurkan 1.000 Bangunan di Zeitoun dan Sabra, Gaza, Tim Penyelamat Kewalahan

Serangan udara Israel meratakan ribuan bangunan di Gaza, ratusan jenazah terjebak, dan tim penyelamat tak mampu menangani krisis.

RNTV/TangkapLayar
KEHANCURAN TOTAL - Foto tangkap layar RNTV pada Senin (14/7/2025) yang menunjukkan kehancuran total di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. Israel Hancurkan 1.000 Bangunan di Zeitoun dan Sabra, Gaza, Tim Penyelamat Kewalahan 

TRIBUNNEWS.COM - Serangan udara Israel di Kota Gaza, Jalur Gaza, sejak awal Agustus telah menghancurkan lebih dari 1.000 bangunan di lingkungan Zeitoun dan Sabra, meninggalkan ratusan warga Palestina terjebak di bawah reruntuhan.

Zeitoun dan Sabra adalah dua distrik padat penduduk di Kota Gaza.

Keduanya sering menjadi target serangan militer Israel karena berada di pusat kawasan perkotaan.

Gaza atau Jalur Gaza adalah wilayah pesisir kecil seluas 365 km2; dengan penduduk sekitar 2,3 juta jiwa.

Sejak dikuasai Hamas pada 2007, wilayah ini hidup di bawah blokade ketat Israel dan Mesir.

Pertahanan Sipil Gaza menyebut pengeboman tanpa henti telah meratakan sebagian besar kota menjadi puing-puing, Al Jazeera melaporkan (24/8/2025).

Pertahanan Sipil Gaza merupakan lembaga penyelamat darurat yang menangani evakuasi, pencarian korban, pemadaman kebakaran, dan penanganan krisis kemanusiaan di wilayah Gaza.

Upaya penyelamatan hampir mustahil dilakukan.

Jalanan yang hancur dan penembakan terus-menerus membuat tim darurat tidak mampu menjangkau banyak lokasi.

“Petugas darurat dibanjiri panggilan dari warga yang melaporkan kerabat hilang, tetapi kami tidak dapat menjangkau mereka,” bunyi pernyataan Pertahanan Sipil.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 51 orang tewas pada Minggu (24/8/2025), termasuk 27 korban di Kota Gaza dan 24 pencari bantuan.

Baca juga: Bersama Tempo Scan, BAZNAS RI Distribusikan 4.600 Porsi Makanan Siap Saji di Gaza

Selain itu, delapan orang meninggal karena kelaparan, menambah total korban akibat gizi buruk menjadi 289 orang sejak perang dimulai, termasuk 115 anak-anak.

Middle East Eye menambahkan rumah sakit di Gaza kini berada di ambang kehancuran akibat gelombang korban yang terus berdatangan.

Tank-tank Israel juga telah memasuki wilayah Sabra, memaksa hampir 1 juta warga Palestina mengungsi ke selatan.

Pertahanan Sipil memperingatkan bahwa serangan besar-besaran ini tampaknya bertujuan menghancurkan Kota Gaza sepenuhnya, sebagaimana terjadi di Rafah beberapa bulan lalu.

Philippe Lazzarini, Kepala UNRWA, menggambarkan kelaparan di Gaza sebagai “bencana terakhir” yang membuat warga hidup dalam “neraka dalam segala bentuk”.

Ia menegaskan bahwa Israel harus membuka akses bagi organisasi kemanusiaan dan jurnalis asing untuk masuk ke daerah kantong itu.

“Penolakan adalah ekspresi dehumanisasi yang paling menjijikkan,” tulisnya di X.

UNRWA adalah badan PBB yang berdiri sejak 1949 untuk memberi layanan pendidikan, kesehatan, bantuan pangan, dan dukungan sosial bagi jutaan pengungsi Palestina di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon, dan Suriah.

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Gaza memperingatkan warga untuk tidak meninggalkan rumah mereka meskipun serangan semakin intensif, dengan alasan Israel berencana melakukan pengusiran paksa.

“Kami mendesak warga untuk tidak menanggapi terorisme pendudukan dan tetap bertahan di komunitas mereka,” demikian pernyataan resmi.

Hind Khoudary, jurnalis Al Jazeera di Deir el-Balah, mengatakan warga yang mencoba melarikan diri sering ditembaki drone quadcopter Israel.

“Banyak keluarga mengatakan mustahil untuk tetap hidup. Beberapa berhasil melarikan diri, namun banyak yang terjebak dan tidak bisa pergi,” ujarnya.

Kelompok HAM internasional dan sejumlah pakar PBB kembali menuduh Israel melakukan genosida di Gaza, mengingat skala kehancuran dan dampak kemanusiaan yang semakin memburuk.

Akar Konflik Israel–Hamas

Konflik bermula dari perebutan tanah Palestina sejak berdirinya Israel pada 1948.

Hamas, yang berdiri pada 1987, memimpin perlawanan terhadap pendudukan Israel.

Baca juga: Presiden Irlandia Minta PBB Lakukan Intervensi Militer di Jalur Gaza

Sejak menguasai Gaza pada 2007, Hamas berhadapan langsung dengan blokade Israel dan Mesir, yang memicu siklus perang berulang hingga kini.

Genosida Gaza

Perang di Jalur Gaza memasuki hari ke-688, Senin (25/8/2025).

Dikutip dari Middle East Monitor, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan pada Jumat (22/8/2025), sedikitnya 62.263 orang tewas sejak konflik pecah pada Oktober 2023.

Selain itu, 157.365 orang terluka akibat serangan udara, tembakan artileri, dan operasi darat Israel di wilayah kantong padat penduduk tersebut.

Laporan juga menyebutkan sekitar 11.000 orang masih hilang, banyak di antaranya diduga terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat bombardir.

Data terbaru ini menambah panjang daftar korban dalam perang yang oleh berbagai kelompok hak asasi manusia digambarkan sebagai genosida terhadap rakyat Palestina.

Konflik berkepanjangan ini terus menuai kecaman internasional, namun hingga kini gencatan senjata permanen belum tercapai.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved