Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Trump Tak Terima Netanyahu Diincar Pengadilan Israel, sebut Ia adalah Pahlawan Perang

Presiden AS Trump sebut Netanyahu dan dirinya adalah pahlawan perang, tapi Israel mencoba memenjarakan Netanyahu karena kasus yang menjeratnya.

Facebook The White House
TRUMP DAN NETANYAHU - Tangkapan layar The White House pada Selasa (8/7/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Presiden AS Donald Trump (kiri) berfoto di Gedung Putih, pada hari Senin (7/7/2025). Pada 19 Agustus 2025, Trump tidak terima bahwa pengadilan Israel berupaya memenjarakan Netanyahu, padahal menurut Trump, Netanyahu adalah "pahlawan perang". 

Dalam wawancara itu, Presiden AS Donald Trump mengklaim telah berhasil mengakhiri atau mencegah tujuh konflik internasional.

Namun, klaim ini menuai kontroversi dan perdebatan, karena banyak dari konflik tersebut belum sepenuhnya selesai atau masih dalam tahap perundingan.

Trump panjang lebar menyinggung gencatan senjata yang telah dicapainya dalam enam perang, menambahkan ada juga perang ketujuh yang tidak diketahui siapa pun karena ia mencegahnya sebelum dimulai.

Trump dianggap mengakhiri perang 12 hari antara Israel dan Iran pada 24 Juni 2025, setelah AS ikut mengebom Iran dua hari sebelumnya, seperti diberitakan AP News.

Ia juga mencoba menengahi kesepakatan antara Mesir dan Etiopia mengenai Bendungan Grand Ethiopian Renaissanse di Sungai Nil yang pembangunannnya ditentang oleh Mesir dan Sudan.

Pada Juli, Trump menulis dalam postingan di Truth Social bahwa ia berhasil membantu mengatasi perebutan bendungan besar dan setidaknya ada perdamaian saat itu.

Trump mengklaim bahwa AS menjadi perantara gencatan senjata antara India dan Pakistan pada bulan April 2025.

Selain itu, Gedung Putih mencatumkan konflik Serbia dan Kosovo sebagai konflik yang diselesaikan oleh Trump pada masa jabatan pertama, namun banyak dari apa yang disepakati oleh kedua pihak tidak pernah dilaksanakan.

Trump mengklaim ia memainkan peran penting dalam perdamaian konflik Rwanda dan Republik Demokratik Kongo, di mana kedua pihak menandatangani perjanjian damai pada Juni lalu.

Pada bulan ini, Gedung Putih menjamu Armenia dan Azerbaijan untuk menandatangani kesepakatan yang bertujuan mengakhiri konflik puluhan tahun antara kedua negara.

Dari Asia Tenggara, Trump mendorong gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja setelah terlibat baku tembak dalam konflik perbatasan yang berlangsung bertahun-tahun.

"Tahukah Anda berapa banyak nyawa yang telah saya selamatkan? Ratusan ribu, jutaan, dalam enam perang, termasuk perang ketujuh yang tak bisa saya bicarakan, yang saya hentikan sebelum dimulai. Saya suka menghentikan perang," kata Trump dalam wawancaranya pada hari Selasa.

Dalam wawancara berdurasi sekitar 20 menit, selain membahas situasi di Gaza, Trump juga mengungkapkan kekecewaannya karena akhir perang Rusia-Ukraina tidak semudah yang ia bayangkan.

"Saya pikir akhir perang Rusia-Ukraina akan lebih mudah karena saya memiliki hubungan baik dengan Putin selama masa jabatan pertama saya. Dia bukan malaikat. Jika kami tidak akur, kami akan berada dalam bahaya di Amerika Serikat," kata Trump.

Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa hubungannya dengan Putin dapat mempengaruhi keamanan AS.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved