Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Trump Tak Terima Netanyahu Diincar Pengadilan Israel, sebut Ia adalah Pahlawan Perang

Presiden AS Trump sebut Netanyahu dan dirinya adalah pahlawan perang, tapi Israel mencoba memenjarakan Netanyahu karena kasus yang menjeratnya.

Facebook The White House
TRUMP DAN NETANYAHU - Tangkapan layar The White House pada Selasa (8/7/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Presiden AS Donald Trump (kiri) berfoto di Gedung Putih, pada hari Senin (7/7/2025). Pada 19 Agustus 2025, Trump tidak terima bahwa pengadilan Israel berupaya memenjarakan Netanyahu, padahal menurut Trump, Netanyahu adalah "pahlawan perang". 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memuji dirinya sendiri dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai pahlawan perang.

"Dia pahlawan perang, dan karena kami bekerja sama, saya juga pahlawan perang, dan saya mengirimkan pesawat-pesawat itu ke Iran," kata Trump pada hari Selasa (19/8/2025).

"Mereka mencoba memenjarakannya! Dia pahlawan perang, dan karena kita bekerja sama, saya juga pahlawan perang, saya mengirim pesawat-pesawat itu (ke Iran)," katanya, merujuk pada situasi lokal di Israel.

Pernyataan itu merujuk pada serangan AS terhadap Iran dalam "Operation Midnight Hammer" yang menargetkan fasilitas nuklir Iran di Isfahan, Fordow, dan Natanz pada 22 Juni 2025, untuk mendukung operasi militer Israel.

AS mengerahkan pesawat pembom siluman B-2 Spirit yang terbang dari Pangkalan Udara Whiteman di Missouri.

Enam pesawat menjatuhkan 12 bom GBU-57A/B MOP seberat 30.000 pon ke fasilitas Fordow.

Sementara satu pesawat lainnya menjatuhkan dua bom MOP ke Natanz, dan rentetan peluru kendali Tomahawk diluncurkan dari kapal selam menuju fasilitas nuklir di Isfahan.

Trump mengklaim serangan itu adalah kemenangan perang dan dukungannya terhadap Israel untuk menghancurkan kekuatan nuklir Iran.

Presiden AS itu tidak setuju jika sekutunya, Netanyahu, harus menghadapi masalah hukum di Israel, padahal ia adalah "pahlawan perang", menurut klaimnya.

Di Israel, Netanyahu mendapat tekanan dari rakyatnya untuk segera menyetujui perjanjian untuk pertukaran sandera.

Di saat yang sama, Netanyahu sedang diadili dalam tiga perkara korupsi yang sudah berjalan sejak 2020—ini memperkuat persepsi publik bahwa ia mengutamakan keselamatan politik pribadi di tengah perang. 

Baca juga: Trump Yakin Perdamaian Rusia–Ukraina Jadi Tiketnya ke Surga, Dikenang Sebagai Penyelamat Dunia

Ketiganya dikenal sebagai Kasus 1000, 2000, dan 4000.

Dalam Kasus 1000, jaksa menuduh Netanyahu dan istrinya menerima hadiah mewah seperti cerutu, sampanye, perhiasan senilai hampir 700.000 shekel dari produser Arnon Milchan dan miliarder James Packer, dan sebagai imbalannya Netanyahu diduga membantu urusan visa AS Milchan serta mendorong kebijakan pajak yang menguntungkan, lapor The Times of Israel.

Pada Kasus 2000, Netanyahu terekam berdiskusi dengan penerbit Arnon Mozes untuk mendapatkan peliputan yang lebih menguntungkan di Yedioth Ahronoth dengan imbalan dukungan legislasi yang membatasi pesaing Israel Hayom.

Sementara pada Kasus 4000, jaksa menuding Netanyahu (saat juga menjabat menteri komunikasi) memberi keputusan regulasi yang menguntungkan konglomerat Bezeq milik Shaul Elovitch, sebagai imbalan liputan positif di portal Walla!, lapor Reuters.

Sementara itu, Israel masih melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, memperburuk kehancuran dan kelaparan di kawasan tersebut.

Setidaknya 62.004 warga Palestina telah tewas dan 156.230 lainnya terluka dalam perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, kata Kementerian Kesehatan pada hari Senin (18/8/2025), lapor Anadolu Agency.

Trump Puji Peran AS Bantu Bebaskan Sandera

Selain itu, komentar Trump pada hari Selasa muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang perundingan gencatan senjata antara Israel dan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) serta pemulangan para sandera.

Trump tidak banyak mengeluarkan pernyataan, tetapi ia tetap berapi-api seperti sebelumnya.

"Kalau bukan karena saya, mereka tidak akan membebaskan satu pun tawanan. Sayalah yang membawa mereka semua kembali," kata Trump.

Ia mengatakan utusannya untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, telah bekerja dengan baik dalam perundingan tersebut.

"Witkoff bekerja dengan baik dan keras. Saya memanfaatkannya karena dia orang yang hebat, semua orang menyukainya, dan dia selalu membuat kesepakatan. Orang-orang ini mudah berubah pikiran," kata Trump.

"Kami bekerja keras. Kami membawa semua tawanan ini kembali. Saya menerima banyak pesan dari keluarga dan anak-anak (yaitu para tawanan yang kembali)," katanya.

Segera setelah kembali ke Gedung Putih, Trump menunjuk Steve Witkoff sebagai utusan khusus untuk Timur Tengah.

Steve Witkoff, bersama dengan Brett McGurk dari pemerintahan Biden dan mediator dari Qatar dan Mesir, berhasil memfasilitasi kesepakatan gencatan senjata enam minggu antara Israel dan Hamas. 

Kesepakatan ini mencakup pertukaran 33 sandera Israel dengan sekitar 1.000 tahanan Palestina pada 19 Januari 2025 dan berlangsung selama enam minggu dalam gencatan senjata tahap pertama.

Namun, Israel dan Hamas gagal melanjutkan perundingan untuk gencatan senjata tahap kedua.

Selain memuji Steve Witkoff, Trump juga menanggapi kritik yang ditujukan kepadanya di dalam Partai Demokrat, dengan berulang kali menyerang Senator Demokrat Chuck Schumer terkait segala hal yang berkaitan dengan Hamas.

"Semua orang lupa 7 Oktober. Chuck Schumer orang Palestina! Kami memanggilnya orang Palestina! Kami memanggilnya Senator Palestina dari New York," katanya.

Trump menyalahkan Hamas yang melakukan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 dengan menyerang pertahanan Israel di perbatasan Jalur Gaza dan Israel selatan.

Trump Sesumbar Akhiri/Cegah 6-7 Konflik

Dalam wawancara itu, Presiden AS Donald Trump mengklaim telah berhasil mengakhiri atau mencegah tujuh konflik internasional.

Namun, klaim ini menuai kontroversi dan perdebatan, karena banyak dari konflik tersebut belum sepenuhnya selesai atau masih dalam tahap perundingan.

Trump panjang lebar menyinggung gencatan senjata yang telah dicapainya dalam enam perang, menambahkan ada juga perang ketujuh yang tidak diketahui siapa pun karena ia mencegahnya sebelum dimulai.

Trump dianggap mengakhiri perang 12 hari antara Israel dan Iran pada 24 Juni 2025, setelah AS ikut mengebom Iran dua hari sebelumnya, seperti diberitakan AP News.

Ia juga mencoba menengahi kesepakatan antara Mesir dan Etiopia mengenai Bendungan Grand Ethiopian Renaissanse di Sungai Nil yang pembangunannnya ditentang oleh Mesir dan Sudan.

Pada Juli, Trump menulis dalam postingan di Truth Social bahwa ia berhasil membantu mengatasi perebutan bendungan besar dan setidaknya ada perdamaian saat itu.

Trump mengklaim bahwa AS menjadi perantara gencatan senjata antara India dan Pakistan pada bulan April 2025.

Selain itu, Gedung Putih mencatumkan konflik Serbia dan Kosovo sebagai konflik yang diselesaikan oleh Trump pada masa jabatan pertama, namun banyak dari apa yang disepakati oleh kedua pihak tidak pernah dilaksanakan.

Trump mengklaim ia memainkan peran penting dalam perdamaian konflik Rwanda dan Republik Demokratik Kongo, di mana kedua pihak menandatangani perjanjian damai pada Juni lalu.

Pada bulan ini, Gedung Putih menjamu Armenia dan Azerbaijan untuk menandatangani kesepakatan yang bertujuan mengakhiri konflik puluhan tahun antara kedua negara.

Dari Asia Tenggara, Trump mendorong gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja setelah terlibat baku tembak dalam konflik perbatasan yang berlangsung bertahun-tahun.

"Tahukah Anda berapa banyak nyawa yang telah saya selamatkan? Ratusan ribu, jutaan, dalam enam perang, termasuk perang ketujuh yang tak bisa saya bicarakan, yang saya hentikan sebelum dimulai. Saya suka menghentikan perang," kata Trump dalam wawancaranya pada hari Selasa.

Dalam wawancara berdurasi sekitar 20 menit, selain membahas situasi di Gaza, Trump juga mengungkapkan kekecewaannya karena akhir perang Rusia-Ukraina tidak semudah yang ia bayangkan.

"Saya pikir akhir perang Rusia-Ukraina akan lebih mudah karena saya memiliki hubungan baik dengan Putin selama masa jabatan pertama saya. Dia bukan malaikat. Jika kami tidak akur, kami akan berada dalam bahaya di Amerika Serikat," kata Trump.

Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa hubungannya dengan Putin dapat mempengaruhi keamanan AS.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved