Konflik Palestina Vs Israel
Trump Tak Terima Netanyahu Diincar Pengadilan Israel, sebut Ia adalah Pahlawan Perang
Presiden AS Trump sebut Netanyahu dan dirinya adalah pahlawan perang, tapi Israel mencoba memenjarakan Netanyahu karena kasus yang menjeratnya.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memuji dirinya sendiri dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai pahlawan perang.
"Dia pahlawan perang, dan karena kami bekerja sama, saya juga pahlawan perang, dan saya mengirimkan pesawat-pesawat itu ke Iran," kata Trump pada hari Selasa (19/8/2025).
"Mereka mencoba memenjarakannya! Dia pahlawan perang, dan karena kita bekerja sama, saya juga pahlawan perang, saya mengirim pesawat-pesawat itu (ke Iran)," katanya, merujuk pada situasi lokal di Israel.
Pernyataan itu merujuk pada serangan AS terhadap Iran dalam "Operation Midnight Hammer" yang menargetkan fasilitas nuklir Iran di Isfahan, Fordow, dan Natanz pada 22 Juni 2025, untuk mendukung operasi militer Israel.
AS mengerahkan pesawat pembom siluman B-2 Spirit yang terbang dari Pangkalan Udara Whiteman di Missouri.
Enam pesawat menjatuhkan 12 bom GBU-57A/B MOP seberat 30.000 pon ke fasilitas Fordow.
Sementara satu pesawat lainnya menjatuhkan dua bom MOP ke Natanz, dan rentetan peluru kendali Tomahawk diluncurkan dari kapal selam menuju fasilitas nuklir di Isfahan.
Trump mengklaim serangan itu adalah kemenangan perang dan dukungannya terhadap Israel untuk menghancurkan kekuatan nuklir Iran.
Presiden AS itu tidak setuju jika sekutunya, Netanyahu, harus menghadapi masalah hukum di Israel, padahal ia adalah "pahlawan perang", menurut klaimnya.
Di Israel, Netanyahu mendapat tekanan dari rakyatnya untuk segera menyetujui perjanjian untuk pertukaran sandera.
Di saat yang sama, Netanyahu sedang diadili dalam tiga perkara korupsi yang sudah berjalan sejak 2020—ini memperkuat persepsi publik bahwa ia mengutamakan keselamatan politik pribadi di tengah perang.
Baca juga: Trump Yakin Perdamaian Rusia–Ukraina Jadi Tiketnya ke Surga, Dikenang Sebagai Penyelamat Dunia
Ketiganya dikenal sebagai Kasus 1000, 2000, dan 4000.
Dalam Kasus 1000, jaksa menuduh Netanyahu dan istrinya menerima hadiah mewah seperti cerutu, sampanye, perhiasan senilai hampir 700.000 shekel dari produser Arnon Milchan dan miliarder James Packer, dan sebagai imbalannya Netanyahu diduga membantu urusan visa AS Milchan serta mendorong kebijakan pajak yang menguntungkan, lapor The Times of Israel.
Pada Kasus 2000, Netanyahu terekam berdiskusi dengan penerbit Arnon Mozes untuk mendapatkan peliputan yang lebih menguntungkan di Yedioth Ahronoth dengan imbalan dukungan legislasi yang membatasi pesaing Israel Hayom.
Sementara pada Kasus 4000, jaksa menuding Netanyahu (saat juga menjabat menteri komunikasi) memberi keputusan regulasi yang menguntungkan konglomerat Bezeq milik Shaul Elovitch, sebagai imbalan liputan positif di portal Walla!, lapor Reuters.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.