Konflik Palestina Vs Israel
20 Warga Palestina Tewas Tertimpa Truk Bantuan yang Terguling di Gaza
Setidaknya 20 warga Palestina tewas tertimpa truk bantuan yang terguling setelah tentara Israel minta truk itu melewati jalur berbahaya.
TRIBUNNEWS.COM - Dua puluh warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka di Jalur Gaza tengah pada hari Rabu (6/8/2025) pagi.
Mereka tertimpa truk bantuan yang terguling saat berebut makanan karena kelaparan parah di wilayah itu.
Truk terguling setelah dipaksa tentara Israel melewati jalur berbahaya, sementara warga yang kelaparan berdesakan di sekitarnya.
"Sebuah truk pengangkut makanan terbalik menimpa mereka setelah pasukan pendudukan Israel memaksa truk tersebut masuk melalui jalan-jalan yang tidak aman, yang sebelumnya telah dibom dan tidak layak untuk dilalui," lapor kantor pemerintah Gaza.
"Hal ini menunjukkan upaya sengaja pendudukan untuk memaksa warga sipil ke jalur berbahaya dan mematikan sebagai bagian dari rekayasa kekacauan dan kelaparan," lanjutnya, menurut laporan Al Jazeera.
Ini bukan insiden yang pertama kali, di mana banyak warga Palestina di Jalur Gaza yang tewas karena mencoba mencari bantuan pangan yang masuk.
Sejumlah insiden serupa dalam beberapa bulan terakhir mengakibatkan kematian dan cedera pada ratusan orang yang berusaha memperoleh makanan di tengah kelaparan massal.
Human Rights Watch dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan antara 27 Mei hingga akhir Juli 2025, ada lebih dari 859 warga Palestina yang tewas saat mencoba mengakses bantuan makanan di empat lokasi distribusi di Gaza Humanitarian Foundation (GHF), lapor Human Rights Watch.
GHF adalah lokasi-lokasi di Jalur Gaza yang digunakan untuk menyalurkan bantuan makanan dan kebutuhan pokok kepada warga Palestina.
Badan tersebut dibentuk dari inisiatif bantuan internasional yang melibatkan militer Israel dan negara-negara mitra seperti AS, UEA, dan Mesir.
GHF terletak di sejumlah titik yaitu Koridor Netzarim (dekat Kota Gaza), Zikim Crossing (Gaza utara), Rafah dan Koridor Morag (Gaza selatan).
Baca juga: Israel Hanya Mengirimkan 14 Persen Bantuan yang Dibutuhkan ke Gaza
Pada periode Mei hingga Juli 2025, banyak korban penembakan Israel berada di sekitar Rafah, jalur Netzarim Corridor, dan Zikim Crossing di Gaza utara.
Secara harian, terdapat insiden tembakan terhadap kerumunan warga Palestina yang kelaparan dan mencari bantuan makanan di lokasi distribusi yang dikelola GHF.
Pada 3 Agustus, Israel menembaki warga Palestina yang mencoba mendapatkan makanan di Jalur Gaza selatan, dekat titik distribusi bantuan GHF di Koridor Morag.
Setidaknya 23 warga Palestina tewas akibat penembakan it dan petugas rumah sakit menyatakan para jenazah berasal dari lokasi-lokasi di sepanjang jalur tersebut.
Pada 5 Agustus, 81 warga Palestina tewas akibat tembakan tentara Israel, termasuk 57 pencari bantuan yang kelaparan.
Kelaparan mendorong ribuan orang pergi ke tempat-tempat bantuan setiap hari, yang mengakibatkan kematian, cedera, dan orang hilang.
Kelaparan warga Palestina di Jalur Gaza terjadi akibat blokade dan perang pembantaian Israel.
Tingkat kelaparan di Jalur Gaza telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya baru-baru ini, dengan gambar dan video orang-orang Palestina yang kurus kering karena kelaparan tersebar di media sosial.
Kematian akibat malnutrisi dan dehidrasi telah meningkat, dengan jumlah total korban mencapai 189 orang, termasuk 95 anak-anak, menurut sumber medis di Jalur Gaza.
Sejak Oktober 2023, tentara pendudukan Israel —dengan dukungan Amerika Serikat—telah melancarkan perang pemusnahan terhadap penduduk Jalur Gaza.
Israel menyalahkan Hamas atas memburuknya situasi di Jalur Gaza sebagai akibat dari Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Kelompok perlawanan Palestina menahan sekitar 250 orang dari perbatasan Israel, termasuk anggota militer selama Operasi Banjir Al-Aqsa.
Hamas mengatakan pada awal operasinya bahwa serangan tersebut bertujuan untuk melawan rencana Israel yang ingin melanggengkan pendudukannya di Palestina sejak pendirian Israel pada tahun 1948 dan mengambil alih kompleks Masjid Al-Aqsa.
Israel mengatakan per 22 Juni 2025, 50 sandera masih ditawan di Gaza, dari jumlah tersebut, 49 orang ditahan pada 7 Oktober 2023 dan satu sandera (Hadar Goldin) telah ditawan di Gaza sejak 2014.
Sejak Oktober 2023, Israel hanya mengizinkan sejumlah kecil bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, sementara pengeboman terus berlanjut dan memperburuk situasi termasuk menyebabkan kelaparan massal yang parah di wilayah tersebut.
Selama blokade tersebut, Israel melarang bantuan memasuki Gaza termasuk keperluan medis, pangan, hingga memutus pasokan listrik ke Jalur Gaza.
Israel mengklaim pemblokiran bantuan ke Jalur Gaza bertujuan menekan Hamas untuk menyerah, namun itu hanya memperburuk situasi di tengah perundingan gencatan senjata yang berjalan lamban di Doha, Qatar.
Blokade total sempat dilakukan pada awal pecahnya konflik, namun karena tekanan internasional, Israel mengizinkan sebagian kecil bantuan untuk memasuki Gaza melalui perbatasan Sinai (Mesir) ke Rafah (Jalur Gaza selatan) di sisi Palestina yang dikuasai oleh Israel, serta penyeberangan Kerem Shalom di perbatasan Mesir, Gaza dan Israel.
Pada 25 Juli, Israel mengizinkan masuknya bantuan ke Jalur Gaza, namun jumlah tersebut sangat kecil dibandingkan dengan jumlah kebutuhan warga Palestina.
Sejak Oktober 2023, Israel melancarkan perang genosida di Gaza dengan membombardir wilayah tersebut.
Setidaknya 61.020 warga Palestina telah tewas dalam perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, termasuk 188 orang yang meninggal karena kelaparan, kata Kementerian Kesehatan pada hari Selasa.
Selain itu, 87 jenazah dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir, sementara 644 orang terluka, sehingga jumlah korban luka menjadi 150.671 dalam serangan Israel, lapor Anadolu Agency.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.