Sabtu, 4 Oktober 2025

Korea Selatan Bongkar Pengeras Suara Propaganda di Perbatasan, Belum Ada Komentar dari Korea Utara

Korsel mulai bongkar pengeras suara propaganda di perbatasan Korut demi redakan ketegangan dan buka peluang dialog antar-Korea.

Yonhap
KIM JONG UN - Gambar dibagikan Yonhap pada Selasa (19/3/2024), menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kanan) menyaksikan langsung uji coba jet darat mesin bahan bakar padat untuk rudal hipersonik jarak menengah jenis baru di Tempat Peluncuran Satelit Sohae pada Selasa, 19 Maret 2024. Korsel bongkar pengeras suara propaganda di perbatasan, Pyongyang belum beri tanggapan soal langkah tersebut. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) membongkar pengeras suara yang selama ini digunakan untuk menyiarkan propaganda ke wilayah Korea Utara (Korut).

Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintahan baru Presiden Lee Jae-myung untuk meredakan ketegangan dan menghidupkan kembali dialog antar-Korea.

Presiden Lee Jae-myung adalah Presiden Korea Selatan, yang mulai menjabat pada tahun 2025 setelah memenangkan pemilu presiden tahun ini.

Lee Jae-myung merupakan politisi dari Partai Demokrat Korea dan sebelumnya pernah menjabat sebagai Gubernur Provinsi Gyeonggi (provinsi terpadat di Korea Selatan).

Ia dikenal dengan gaya kepemimpinan yang tegas, populis, dan sering membela isu-isu kesejahteraan sosial, seperti upah dasar universal dan perumahan terjangkau.

Sebagai presiden, Lee Jae-myung menunjukkan pendekatan yang lebih progresif dan berdialog dalam kebijakan luar negeri, termasuk terhadap Korea Utara.

Terkait pembongkaran pengeras suara propaganda, Militer Korea Selatan menyatakan, hal ini merupakan "tindakan praktis" yang diharapkan dapat mengurangi gesekan dengan Pyongyang tanpa memengaruhi kesiapsiagaan militer negara tersebut.

“Ini adalah langkah untuk menenangkan situasi tanpa mengorbankan pertahanan kami,” ujar Juru bicara Kementerian Pertahanan, Lee Kyung-ho, pada Senin (4/8/2025), dalam jumpa pers, dikutip dari The Guardian.

Lee Kyung-ho juga menegaskan bahwa tidak ada diskusi sebelumnya antara militer kedua negara terkait kebijakan ini.

Bongkar Pengeras Suara yang Tersisa

The Guardian melaporkan bahwa sekitar 20 pengeras suara yang masih berada di wilayah perbatasan akan segera dibongkar dalam beberapa hari ke depan.

Baca juga: Korea Selatan Mulai Bongkar Pengeras Suara Anti-Korea Utara di Perbatasan

Siaran propaganda dari Korea Selatan—yang terdiri dari berita dunia, informasi tentang masyarakat demokratis dan musik K-pop—diyakini dapat terdengar hingga 20 kilometer ke wilayah Korea Utara.

K-pop adalah singkatan dari Korean pop, sebuah genre musik populer yang berasal dari Korea Selatan.

Genre ini dikenal karena perpaduan beragam elemen musik dan produksi visual yang sangat terkonsep.

Langkah ini menandai perubahan signifikan dari pendekatan pemerintahan sebelumnya di bawah Presiden Yoon Suk-yeol yang lebih keras terhadap Pyongyang.

Presiden Lee, yang mulai menjabat pada Juni lalu, menekankan perlunya membuka kembali jalur diplomatik dengan Korea Utara.

Siaran Propaganda

Sebelumnya, Korea Selatan kembali menggunakan siaran pengeras suara pada Juni 2024 setelah Korea Utara mengirim hampir seribu balon berisi sampah ke wilayah Selatan.

Siaran itu dimaksudkan untuk “menyampaikan pesan harapan bagi rakyat Korea Utara.”

Belum Ada Komentar dari Korea Utara

Pemerintah Korea Utara belum memberikan tanggapan resmi atas pembongkaran tersebut.

Dalam pernyataan baru-baru ini, Kim Yo Jong, adik sekaligus penasihat utama Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un, mengatakan bahwa Korea Selatan tetap dianggap sebagai “negara bermusuhan” dan menolak ajakan Seoul untuk berdialog.

NHK World melaporkan bahwa Pyongyang tidak melihat adanya urgensi dalam melanjutkan diplomasi dengan Seoul maupun Washington, terutama karena fokus mereka kini tertuju pada kerja sama militer dengan Rusia.

Hubungan antara kedua Korea telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terutama di tengah kemajuan program nuklir Pyongyang dan peningkatan latihan militer bersama antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Baca juga: Korea Utara Tegaskan Status Nuklirnya, Adik Kim Jong Un Tegas Tolak Agenda Denuklirisasi dari AS

Meski Perang Korea 1950–1953 berakhir dengan gencatan senjata, secara teknis kedua negara masih berada dalam status perang.

Kebijakan terbaru Seoul ini menjadi sinyal niat untuk mengurangi ketegangan dan membuka jalur komunikasi baru, meskipun jalan menuju rekonsiliasi tetap terjal.

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved