Konflik Korea
Korea Selatan Mulai Bongkar Pengeras Suara Anti-Korea Utara di Perbatasan
Korea Selatan mulai menyingkirkan pengeras suara yang menyiarkan propaganda anti-Korea Utara di perbatasan sebagai langkah meredakan ketegangan.
Terakhir, penggunaan massal dilanjutkan lagi pada 9 Juni 2024 sebagai respon atas pengiriman ribuan balon sampah, kotoran, dan baterai dari Korea Utara.
Korea Selatan membalasnya dengan mengirim balon berisi selebaran anti‑Korea Utara serta USB berisi K‑drama dan berita ke Korea Utara.
Pengeras suara ditempatkan di sejumlah titik garis depan dekat DMZ, termasuk daerah sekitar Provinsi Paju dan Gyeonggi di Korea Selatan, dengan jangkauan suara hingga 5–7 km ke utara dari perbatasan.
Selain unit pengeras suara tetap, Korea Selatan juga punya sejumlah pengeras suara bergerak (mobile/vehicle‑mounted), yang sempat aktif sebagian namun ditarik pasca‑Juni 2025 ketika siaran dihentikan oleh Presiden Lee Jae Myung.
Lee Jae-myung

Lee Jae-myung lahir pada 22 Desember 1964 di Andong, Provinsi Gyeongsang Utara, Korea Selatan.
Ia adalah anak kelima dari tujuh bersaudara dalam keluarga yang bergumul dengan kemiskinan.
Ibunya bekerja sebagai pegawai toilet umum, sedangkan ayahnya sebagai petani dan petugas bersih-bersih lingkungan.
Seiring keluarga berpindah ke Seongnam (sebuah kota industri dekat Seoul), Lee mulai bekerja sebagai buruh pabrik sejak usia belia dan mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cidera permanen pada lengan kiri, sehingga dibebaskan dari wajib militer.
Meski sempat putus sekolah, ia akhirnya berhasil lulus ujian setara menengah dan atas pada 1978 dan 1980, lalu melanjutkan ke Chung‑Ang University Jurusan Hukum berkat beasiswa, menyelesaikan studi dan lulus ujian pengacara negara pada 1986.
Setelah lulus, Lee bergabung dengan institusi pelatihan hukum dan membuka praktik hukum pada 1989, dikutip dari Britannica.
Ia aktif memperjuangkan hak buruh dan demokrasi melalui MINBYUN (Lawyers for a Democratic Society), serta menjadi direktur klinik advokasi buruh di Icheon dan Gwangju selama awal 1990-an.
Kemudian dia memimpin kekuatan sipil sebagai Direktur Solidaritas Rakyat Seongnam dan lembaga anti-korupsi kota selama lebih dari satu dekade, hingga 2005.
Karier politiknya dimulai ketika ia bergabung dengan Uri Party (pendahulu Partai Demokrat) pada 2005.
Ia gagal menjadi Walikota Seongnam dalam pemilu tahun 2006, namun sukses di pemilu berikutnya dan terpilih sebagai Walikota Seongnam tahun 2010, lalu terpilih kembali tahun 2014.
Pada Pemilu Presiden 2022, Lee kalah tipis dari Yoon Suk Yeol, dengan selisih suara hanya 0,73 persen, margin terkecil dalam sejarah politik Korea Selatan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.