Konflik Palestina Vs Israel
Jeritan Hati Ibu di Gaza, Anaknya Kekurangan Gizi, Perlahan Merasa Kehilangan Putrinya
Kejadian menyayat hati terjadi di rumah sakit Kota Gaza, seorang ibu membelai rambut putrinya yang kurus kering karena kekurangan gizi
TRIBUNNEWS.COM - Kejadian menyayat hati terjadi di rumah sakit Kota Gaza, seorang ibu membelai rambut putrinya yang kurus kering karena kekurangan gizi, Sabtu (2/8/2025).
Nasma Ayad khawatir sang putri, Jana yang berusia delapan tahun tak terselamatkan dan kehabisan waktu untuk melakukan evakuasi medis.
"Saya merasa kehilangan putri saya perlahan-lahan, hari demi hari - semua penderitaannya bertambah banyak," kata Ayad dilansir Reuters.
Kekurangan gizi yang dialami putrinya semakin parah dengan sedikitnya persediaan medis dan terbatasnya makanan.
Anak-anak di Palestina terpaksa mendapatkan perawatan yang sangat tidak maksimal karena kondisi rumit di Gaza akibat perang yang semakin sengit.
Jana diketahui sudah menerima perawatan karena kurang gizi sejak tahun lalu di klinik International Medical Corps di Kota Pusat Deir al-Balah.
Perawatan tersebut bermula setelah Jana terindikasi tanda-tanda kelemahan dan pertumbuhan yang tertunda.
Kondisinya sempat membaik tetapi harapan untuk terbebas dari jerat kekurangan gizi harus pupus usai penghentian layanan kesehatan dan kelangkaan makanan terjadi di Gaza.
Pasukan Israel memblokade seluruh akses ke Gaza dan terus melancarkan serangan kepada Hamas.
Hal tersebut membuat Jana harus kembali berada di bayang-bayang kekurangan gizi.
Sebagai anak berusia delapan tahun, bobotnya bahkan hanya 11 kilogram.
Baca juga: Sandera Israel Kurus Kering, Hamas Tegaskan Tak Ada Makanan Istimewa di Balik Penjara Gaza
Jana juga harus merasakan peliknya kesulitan untuk melihat, berbicara, bahkan hanya untuk berdiri.
"Dia mulai mengalami edema, yaitu retensi cairan yang menyebabkan anggota tubuh dan tubuhnya membengkak dan menyimpan air karena kekurangan protein dan makanan," ungkap Suzan Marouf, ahli gizi terapeutik di Rumah Sakit Benevolent Society milik Patient Friend dilansir dari Reuters.
Tak Mau Kehilangan Anak Lagi
Nasib pilu dialami Ayad di mana pada 20 Juli 2025 lalu, anaknya Joury yang merupakan adik Jana meninggal karena persoalan yang sama.
Ayad mengungkap, Joury memiliki permasalahan kesehatan ginjal sebelumnya.
Namun, kondisi itu diperparah karena Joury harus menderita kekurangan gizi pula.
Hal tersebut menyisakan trauma yang mendalam bagi Ayad yang tak ingin kehilangan putrinya lagi.
Sebelumnya, Ayad sudah berupaya semaksimal mungkin agar anak-anaknya dapat dievakuasi ke tempat yang aman untuk menerima perawatan di luar Jalur Gaza.
Dilansir dari Reuters, petugas kesehatan juga sempat memasukan mereka ke dalam daftar pasien yang membutuhkan evakuasi pada September tahun lalu.
Namun, evakuasi tidak pernah terjadi dan mengakibatkan Joury tidak bisa terselamatkan.
Ayad menaruh harapan besar untuk anak pertamanya memiliki nasib yang lebih baik dari Joury yang harus berakhir pada kematian.
"Saya meminta agar Jana segera dirujuk secepatnya untuk dirawat di luar negeri," ujarnya.
Kilas Balik Kelaparan di Gaza
Sejak 9 Oktober 2023 Israel gencar melakukan pengepungan dengan klaim untuk menekan Hamas.
Israel melarang semua makanan, air, obat-obatan, bahan bakar, dan memutus aliran listrik ke Jalur Gaza.
Pengepungan Israel terhadap Jalur Gaza memperburuk krisis pangan dan menimbulkan kelaparan di mana-mana.
Tercatat 147 orang meninggal dunia karena kelaparan dan malnutrisi, termasuk di antaranya adalah anak-anak sejak Oktober 2023.
Sementara pada tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sebanyak 74 kematian karena malnutrisi terjadi sepanjang tahun.
Dari jumlah tersebut, di bulan Juli total kematian mencapai 63 orang dengan 24 di antaranya adalah anak-anak di bawah lima tahun.
Sepanjang Oktober hingga awal November 2023, truk bantuan menumpuk di perbatasan sisi Mesir.
Bantuan kemanusiaan baru bisa masuk kembali pada 21 Oktober 2023, di mana sekitar 20 truk mulai memasuki Rafah.
Setelah mendapat tekanan dari berbagai lini, Israel pada akhir Oktober 2023 mengizinkan 100 truk per hari untuk memasuki Rafah dan penyeberangan Karem Shalom, perbatasan Mesir, Rafah, dan Israel.
Selama gencatan senjata sementara pada 24-30 November 2023, 200 truk bantuan per hari mulai masuk ke Jalur Gaza.
Sepanjang tahun 2024, Israel memperbolehkan sejumlah bantuan terbatas masuk melalui Rafah, Kerem Shalom, dan jalur laut sementara, tetapi masih dibatasi ketat.
Namun, pada 2 Maret 2025 Israel menutup total jalur penyebrangan menuju Jalur Gaza dan menghentikan seluruh akses bantuan kemanusiaan.
Tindakan tersebut yang memicu kelaparan di Jalur Gaza.
Pada 25 Juli 2025, Israel akhirnya mengizinkan negara-negara lain untuk mengirim bantuan kemanusiaan melalui udara ke Jalur Gaza.
Dua hari berselang, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel berupaya memastikan agar sejumlah besar bantuan dapat masuk ke Jalur Gaza.
Dalam pernyataannya, Netanyahu menuding Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas krisis kelaparan di Gaza.
Dilansir dari Al Arabiya, Ia mengungkap Hamas mengambil keuntungan dari situasi kemanusiaan yang memburuk akibat pengepungan Israel.
(mg/Rohmah Tri Nosita)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.