Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.256, Putin Tanggapi Trump yang Kecewa Padanya

Perang Rusia-Ukraina hari ke-1.256, Presiden Rusia Vladimir Putin menanggapi Presiden AS Trump yang kecewa padanya, sebut ekspektasi AS berlebihan.

Kremlin
LUKASHENKO DAN PUTIN - Foto diunduh dari laman Presiden Rusia, Sabtu (2/8/2025) memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) duduk bersama Presiden Belarus Alexander Lukashenko (kiri) selama kunjungan ke Biara Patriarkat Transfigurasi Juruselamat Valaam di Kepulauan Valaam, yang merupakan bagian dari danau Ladoga di Republik Karelia, Rusia, pada hari Jumat (1/8/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Perang Rusia dan Ukraina memasuki hari ke-1.256 pada Sabtu (2/8/2025), memperpanjang perang sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Laporan terkini di lapangan menyebutkan sebelas orang terluka akibat serangan Rusia di Kyivsky, Kharkiv pada Jumat (1/8/2025) malam.

Dengan menembakkan UAV Molniya, serangan Rusia menghantam gedung bertingkat di wilayah tersebut.

Korban luka termasuk dua anak laki-laki berusia sembilan dan 10 tahun, serta seorang bayi berusia lima bulan.

"Lima orang berada di bawah pengawasan medis di rumah sakit, termasuk dua anak-anak," kata kepala Administrasi Militer setempat, Oleg Synegubov pada Sabtu dini hari.

Sementara jumlah korban jiwa dalam serangan Rusia di Kyiv pada hari Kamis dan Jumat meningkat menjadi 31 orang dan 159 lainnya terluka.

Lima di antara korban tewas dan 16 di antara korban luka adalah anak-anak.

"Petugas darurat telah mengevakuasi 10 jenazah dari bawah reruntuhan bangunan perumahan di distrik Sviatoshynskyi pada malam dan pagi hari, termasuk jenazah seorang anak berusia dua tahun," kata Oleksandr Khorunzhyi, juru bicara Dinas Darurat Negara Ukraina, selama siaran berita gabungan nasional 24/7, pada hari Jumat malam, lapor Pravda.

Perang Rusia di Ukraina merupakan buntut panjang dari ketegangan antara Ukraina dan Rusia sejak pecahnya Uni Soviet pada Desember 1991.

Dalam pidato setelah meluncurkan invasinya, Putin mengklaim hal itu bertujuan untuk menghilangkan kemampuan militer Ukraina yang dianggap mengancam Rusia, menyingkirkan unsur "neo-Nazi" yang dituduh ada dalam pemerintahan Ukraina, membela etnis Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk dari dugaan penindasan.

Selain itu, Rusia ingin mencegah Ukraina bergabung dengan aliansi NATO atau menjadi basis Barat, dan menolak keberadaan militer NATO di perbatasan Rusia.

Baca juga: Medvedev Ingatkan AS Rusia Punya Nuklir, Trump Balas Kirim 2 Kapal Selam Nuklir

Putin: Tujuan Perang Rusia Tetap Berlaku

Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan syarat Rusia untuk mengakhiri perang dengan Ukraina tetap tidak berubah sejak diumumkan pada Juni 2024. 

Hal itu disampaikan pada konferensi pers bersama Presiden Belarusia Alexander Lukashenko selama kunjungan ke Biara Patriarkat Transfigurasi Juruselamat Valaam di Kepulauan Valaam, yang merupakan bagian dari danau Ladoga di Republik Karelia, Rusia, pada hari Jumat (1/8/2025).

Syarat tersebut meliputi penarikan penuh pasukan Ukraina dari wilayah (Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhia), jaminan Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO, serta Ukraina harus bersikap netral, tidak berpihak, dan non-nuklir.

Putin menyatakan bahwa perdamaian harus langgeng dan menjamin keamanan kedua negara, bahkan menyentuh ide pembicaraan tentang keamanan Eropa secara menyeluruh. 

Putin: Silakan, Jika Ukraina Mau Menunggu Pergantian Rezim di Rusia

Putin siap menangguhkan perundingan damai dengan Ukraina jika itu pilihan mereka.

"Jika pimpinan Ukraina merasa perlu menunggu, mereka dipersilakan. Kami siap menunggu," ujar Putin ketika ditanya media tentang negosiasi langsung yang diselenggarakan Turki sejak Mei.

Pernyataan tersebut menanggapi pernyataan Presiden Ukraina Zelensky yang menolak berunding sampai "rezim berubah" di Rusia.

"Moskow meyakini bahwa negosiasi selalu dibutuhkan dan penting, terutama jika mengarah pada perdamaian," kata Putin, lapor Russia Today.

Putaran ketiga perundingan antara Ukraina dan Rusia diadakan di Istanbul pada 23 Juli lalu, dengan tim delegasi Ukraina dipimpin Menteri Pertahanan Rustem Umerov dan tim delegasi Rusia dipimpin Vladimir Medinsky, asisten pribadi presiden Rusia.

Ukraina mengusulkan pertemuan tingkat tinggi pada akhir Agustus yang melibatkan Presiden Erdogan (Turki) dan Donald Trump (AS). Fokus pembahasan antara lain:

  • Pengembalian anak-anak Ukraina yang diculik Rusia.
  • Persiapan pertemuan pemimpin negara.
  • Pertukaran Tahanan dan Jenazah

Putin menilai pembicaraan pertukaran tahanan secara umum positif dan mengklaim Rusia telah mengembalikan ribuan jenazah tentara Ukraina, serta menerima beberapa puluh jenazah tentara Rusia sebagai balasan.

Presiden Rusia mengatakan pertukaran tahanan dan pemulangan jenazah tentara saja, yang difasilitasi oleh perundingan tersebut, merupakan hasil yang positif.

Zelensky Tanggapi Pernyataan Putin

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menanggapi pernyataan Putin yang mengatakan Ukraina dapat menunggu perubahan rezim di Rusia untuk dapat melanjutkan perundingan gencatan senjata.

"Kami mendengar pernyataan dari Rusia, dan jika ini merupakan sinyal kesiapan serius mereka untuk mengakhiri perang secara bermartabat dan membangun perdamaian yang benar-benar abadi, dan bukan sekadar upaya untuk mengulur waktu perang dan menunda sanksi, maka Ukraina sekali lagi menegaskan kesiapannya untuk bertemu di tingkat pimpinan kapan saja," ujar Zelensky.

Ia menekankan bahwa Kyiv menyadari siapa yang membuat keputusan di Rusia dan bahwa orang inilah yang harus menghentikan perang, merujuk pada Putin yang sebelumnya memulai perang 24 Februari 2022.

"Ukraina mengusulkan untuk beralih dari pertukaran pernyataan dan pertemuan di tingkat teknis ke tingkat percakapan para pemimpin. Amerika mengusulkan hal ini. Ukraina mendukungnya. Kesiapan Rusia sangat dibutuhkan," tegas Zelensky.

Selain itu, Zelensky menyatakan dukungannya terhadap upaya Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang, menghentikan pembunuhan, dan mencapai perdamaian abadi, lapor Suspilne.

Putin Tanggapi Trump yang Kecewa Padanya

Putin menanggapi Presiden AS Donald Trump yang kecewa kepadanya karena dianggap tidak berniat untuk segera mengakhiri perang di Ukraina.

Pada masa awal jabatan keduanya, Trump berambisi untuk menengahi perang Rusia dan Ukraina, berharap Putin mau mengakhiri perangnya melalui upaya negosiasi.

"Sebagaimana kekecewaan yang dirasakan siapa pun, semua kekecewaan bermula dari ekspektasi yang berlebihan. Itu aturan umum yang sudah umum diketahui," ujar Putin tanpa langsung menyebut nama Trump, pada hari Jumat, lapor Pravda.

Ia mencatat mengakhiri agresi Rusia terhadap Ukraina memerlukan diskusi serius – tidak di depan umum, tetapi dengan tenang, dalam keheningan proses negosiasi.

Sementara itu, Putin telah mengonfirmasi bahwa posisi resmi Rusia tidak berubah sejak ultimatumnya tahun 2024, yang mencakup penolakan Ukraina terhadap aspirasi NATO dan pengakuan klaim teritorial Moskow.

Awal minggu ini, Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mulai mengenakan tarif dan menggunakan tindakan lain terhadap Rusia dalam 10 hari kecuali Moskow menunjukkan kemajuan dalam mengakhiri perang di Ukraina.

Ia juga mengatakan tindakan Rusia "menjijikkan" ketika ditanya tentang serangan rudal skala besar terbarunya terhadap Ukraina.

Rusia Kirim Rudal Oreshnik ke Belarusia

Dalam konferensi bersama Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Putin mengumumkan seri pertama sistem rudal baru bernama Oreshnik telah dikirim ke pasukan Rusia

Infrastruktur peluncuran sistem rudal Oreshnik di Belarus direncanakan selesai tahun 2025.

Zelensky: Ukraina akan Merehabilitasi Tahanan yang Dibebaskan

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengadakan pertemuan pada 1 Agustus untuk membahas rehabilitasi, adaptasi sosial, dan perlindungan hukum bagi warga Ukraina yang dibebaskan dari tahanan Rusia

Pertemuan ini menyusul pertemuan langsungnya dengan para mantan tahanan pada 28 Juli, yang dinilainya sangat bermakna.

Ukraina sedang menyusun rancangan undang-undang untuk memberi perlindungan kepada warga sipil yang tertular penyakit saat ditahan, setara dengan perlindungan bagi prajurit yang terluka. 

Sejak invasi Rusia dimulai, 5.857 warga Ukraina telah dibebaskan, ditambah lebih dari 550 di luar jalur pertukaran.

Terkait diplomasi, Ukraina dan Rusia telah mengadakan tiga putaran pembicaraan di Istanbul sejak 16 Mei 2025, dimediasi oleh Turki. 

Hasilnya meliputi kesepakatan pertukaran tahanan dan pemulangan jenazah korban perang. 

Ukraina kini mengusulkan pertemuan tingkat tinggi yang melibatkan Presiden Turki Erdogan dan mantan Presiden AS Donald Trump pada akhir Agustus, lapor Suspilne.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved