10 Negara yang Anak-anaknya Paling Bahagia di Dunia, Adakah Indonesia?

Kesehatan mental: 14
Kesehatan fisik: 13
Keterampilan: 14

Bagaimana dengan Indonesia?

Sayangnya, studi UNICEF ini tidak mencakup semua negara di dunia, melainkan hanya berfokus pada negara-negara berpenghasilan tinggi dengan ketersediaan data yang memadai.

Karena itu, Indonesia tidak termasuk dalam daftar tersebut.

10 Negara Paling Bahagia di Dunia (Secara Umum)

Secara umum, pemeringkatan negara paling bahagia di dunia disusun dalam laporan World Happiness Report.

World Happiness Report adalah publikasi tahunan yang menyajikan analisis dan peringkat kebahagiaan global berdasarkan data dari lebih dari 140 negara, seperti dijelaskan dalam situs resminya.

Laporan ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan subjektif masyarakat serta memberikan wawasan bagi para pembuat kebijakan dalam meningkatkan kualitas hidup warganya.

World Happiness Report diterbitkan oleh Wellbeing Research Center di Universitas Oxford, Inggris.

Dalam survei ini, responden diminta untuk menilai kehidupan mereka pada skala 0–10 (dikenal sebagai Cantril Ladder).

Faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan dalam laporan ini antara lain:

• Pendapatan per kapita
• Dukungan sosial
• Harapan hidup sehat
• Kebebasan dalam membuat pilihan hidup
• Derajat kemurahan hati
• Persepsi terhadap korupsi

Hasil laporan terbaru World Happiness Report untuk tahun 2025, menunjukkan Finlandia kembali menjadi negara paling bahagia di dunia selama delapan tahun berturut-turut.

Posisi berikutnya ditempati oleh Denmark, Islandia, Swedia, dan Belanda.

Negara-negara Eropa Utara mendominasi 10 besar, namun Kosta Rika (#6), Israel (#8), dan Meksiko (#10) juga masuk dalam daftar.

Baca juga: Hari Besar Nasional dan Internasional Agustus 2025

Daftar 10 Negara Paling Bahagia di Dunia 2025:

1. Finlandia

2. Denmark

3. Islandia

4. Swedia

5. Belanda

6. Kosta Rika

7. Norwegia

8. Israel

9. Luksemburg

10. Meksiko
...

83. Indonesia

Sebagai catatan, analisis ini didasarkan pada rata-rata data selama tiga tahun.

Beberapa survei di Israel dilakukan setelah serangan pada 7 Oktober 2023, yang kemungkinan memengaruhi hasil data.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)