Konflik Palestina Vs Israel
Tragedi Kemanusiaan Terulang! Israel Bunuh 92 Warga Gaza Saat Cari Bantuan Makanan di Zikim
92 warga Gaza tewas, termasuk 41 pencari bantuan akibat serangan Israel meski ada jeda taktis kemanusiaan.
TRIBUNNEWS.COM - Tragedi kemanusiaan kembali terjadi di Jalur Gaza.
Sumber medis Gaza mengungkap, sedikitnya 92 warga Palestina tewas dalam serangan militer Israel pada Senin (28/7/2025).
Eskalasi di tengah pengumuman “jeda taktis” oleh Tel Aviv untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan.
Dari total korban jiwa, 41 orang dilaporkan tewas saat sedang mengantre bantuan makanan di daerah Zikim.
Serangan tersebut terjadi saat warga sipil mencari air dan kebutuhan pokok lainnya untuk bertahan hidup.
Menurut sumber resmi dan ensiklopedia seperti Wikipedia, Zikim adalah sebuah kibbutz (komunitas pertanian) yang terletak di wilayah selatan Israel, sangat dekat dengan perbatasan Gaza utara.
Didirikan tahun 1949 oleh imigran dari Rumania yang tergabung dalam gerakan Hashomer Hatzai.
Zikim berada di bawah otoritas Dewan Regional Hof Ashkelon, Israel.
Terletak di utara Gurun Negev, sekitar 5 kilometer dari perbatasan Jalur Gaza, tetapi tetap berada di dalam wilayah Israel.
Zikim sering disebut dalam konteks konflik antara Israel dan kelompok bersenjata di Jalur Gaza karena posisinya yang rawan.
Zikim dikenal memiliki salah satu pangkalan militer dan pantai yang dijaga ketat oleh militer Israel.
Baca Selanjutnya: tentara israel dari brigade nahal dipenjara karena membangkang tolak kembali perang di gaza
Mengingat lokasinya yang strategis dan dekat dengan perbatasan, kawasan ini sering menjadi target serangan roket atau infiltrasi dari militan Gaza, terutama saat konflik militer meningkat.
Jeda Taktis, Tembakan Tanpa Henti
Sebelumnya, juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin, mengumumkan bahwa pasukan Israel akan memberikan jeda kemanusiaan selama beberapa jam setiap harinya.
Tujuannya adalah untuk memungkinkan masuknya bantuan ke Gaza, khususnya di wilayah yang paling terdampak seperti Al-Mawasi, Deir al-Balah, dan Kota Gaza.
Kenyataan di lapangan berbeda.
Serangan udara dan tembakan artileri terus berlangsung, bahkan ketika warga sipil berkumpul di titik distribusi bantuan.
Al Jazeera menyebut kekerasan militer tidak benar-benar berhenti.
Warga yang sedang mengantre air bersih dan makanan justru menjadi sasaran tembakan.
Bantuan Tak Cukup, Risiko Kelaparan Meningkat
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyambut baik pembukaan jalur bantuan oleh Israel.
Mereka memperingatkan bahwa jumlah bantuan yang masuk "jauh dari cukup" untuk mencegah krisis kelaparan yang meluas.
Seorang pejabat kemanusiaan PBB menyebut bahwa pembatasan di perbatasan serta serangan militer telah menyulitkan pengiriman logistik ke wilayah terdampak.
Israel mengklaim telah mengizinkan masuknya bantuan melalui jalur darat dan udara.
Organisasi-organisasi kemanusiaan menilai volume truk bantuan yang masuk tidak sebanding dengan kebutuhan lebih dari dua juta penduduk Gaza yang saat ini hidup dalam blokade total.
Sistem Medis Runtuh, Serangan Berlanjut
Baca Selanjutnya: Netanyahu sebut tak ada kelaparan di gaza trump itu tak bisa dipalsukan
Otoritas Kesehatan Gaza melaporkan bahwa fasilitas medis hampir lumpuh total.
Kekurangan obat-obatan, bahan bakar untuk rumah sakit, dan tenaga medis memperburuk kondisi warga yang terluka.
Laporan juga menyebut bahwa lebih dari 85 persen penduduk Gaza telah mengungsi, banyak di antaranya tinggal di tenda-tenda dengan sanitasi buruk dan tanpa akses air bersih.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa sistem layanan kesehatan di Gaza berada “di ambang kehancuran total.”
Genosida dan Penyelidikan Internasional
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza, hingga 28 Juli 2025, konflik telah menyebabkan 59.921 orang tewas dan 145.233 orang terluka sejak agresi Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, Middle East Monitor melaporkan.
Lebih dari 11.000 orang masih hilang, mayoritas diduga terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
Banyak laporan independen dari PBB, Human Rights Watch, dan Amnesty International menuduh adanya pola serangan terhadap sasaran sipil seperti sekolah, kamp pengungsi, dan fasilitas kesehatan.
Mereka menilai tindakan militer Israel mengarah pada kejahatan perang dan genosida.
Pada Mei 2025, Mahkamah Internasional (ICJ) resmi membuka penyelidikan dugaan genosida Israel di Gaza berdasarkan Konvensi Genosida 1948.
Langkah ini didukung oleh lebih dari 30 negara, termasuk Afrika Selatan, Irlandia, dan Chile.
Desakan Gencatan Senjata
Tekanan internasional terus meningkat. Komunitas global mendesak gencatan senjata permanen dan pengiriman bantuan tanpa hambatan.
Baca Selanjutnya: Trump merajuk kecewa tak dapat apresiasi dunia atas bantuan dana gaza
Hingga kini, serangan masih berlanjut dan jumlah korban terus bertambah setiap harinya.
Situasi di Gaza telah menjadi krisis kemanusiaan terbesar dalam dua dekade terakhir, dengan konsekuensi yang belum terlihat akhirnya.
(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)
Sumber: TribunSolo.com
Konflik Palestina Vs Israel
Wanda Hamidah Berlayar ke Gaza Palestina, Siap Lahir Batin Jadi Relawan Perempuan Satu-satunya |
---|
Peringati Satu Tahun Serangan Pager, Hizbullah Puji Ketabahan Para Korban |
---|
Pertama Kalinya, Pimpinan Hamas Buka Suara soal Detik-detik Serangan Israel di Doha |
---|
Demi Merebut Gaza, Israel Buka Rute Baru untuk Usir Warga Palestina |
---|
Erdogan Menyerukan Persatuan Islam, Samakan Netanyahu dengan Adolf Hitler |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.