Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Suriah

Suriah Siapkan Pemilu Parlemen Pertama Pasca Jatuhnya Rezim Assad, Digelar September Tahun Ini

Suriah kini bersiap menggelar pemilihan parlemen pertamanya di bawah kepemimpinan baru antara tanggal 15-20 September 2025

Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English
AHMED AL-SHARAA - Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Kamis (17/7/2025) yang menampilkan Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa telah menyampaikan pidato yang disiarkan televisi kepada rakyat, mengatakan bahwa Suriah telah menolak segala bentuk perpecahan sepanjang sejarahnya yang panjang dan akan mengatasi upaya Israel untuk memecah belah negara tersebut. Suriah kini bersiap menggelar pemilihan parlemen pertamanya di bawah kepemimpinan baru antara tanggal 15-20 September 2025 

Hama dalam Genggaman Pergerakan pemberontak 5 Desember 2024

Lima hari kemudian, mereka berhasil merebut Hama, kota terbesar keempat di Suriah

Meskipun tentara Suriah mengumumkan penarikan diri untuk "melindungi warga sipil," namun kecepatan masuknya pemberontak menunjukkan betapa rapuhnya pertahanan rezim.

Homs, Gerbang Menuju Damaskus - 7 Desember 2024

Sehari sebelum keruntuhan total, pemberontak Suriah merebut Homs, sebuah kota yang secara strategis sangat vital. 

Penguasaan Homs secara efektif memotong akses pasukan Assad ke wilayah pesisir Suriah, yang merupakan basis kekuasaan Alawite, tulang punggung rezim. 

Setelah Homs jatuh, pemimpin HTS dengan penuh keyakinan menyatakan, "Damaskus menanti Anda."

Damaskus Tumbang, Assad Kabur - 8 Desember 2024

Akhirnya, puncak dari semua itu tiba. Pada Minggu pagi yang bersejarah, 8 Desember 2024, pemberontak menyerbu dan merebut ibu kota Suriah, Damaskus. 

Mereka segera mengumumkan bahwa rezim pemerintahan Bashar al-Assad telah berakhir. 

Sementara itu, Bashar al-Assad, yang telah memimpin negerinya selama hampir seperempat abad, melarikan diri. 

Media pemerintah Rusia dan dua pejabat Iran mengonfirmasi bahwa Assad dan keluarganya telah tiba di Rusia dan diberikan suaka politik.

Kejatuhan yang begitu cepat ini tak lepas dari beberapa faktor krusial. 

Kelemahan militer Suriah yang telah terkuras setelah bertahun-tahun perang saudara menjadi sangat nyata. 

Demoralisasi dan korupsi merajalela di antara pasukannya. 

Ditambah lagi, sekutu utama Assad, seperti Rusia, Iran, dan Hizbullah, dilaporkan lebih fokus pada konflik lain, terutama perang Israel-Hizbullah, mengurangi dukungan militer vital yang selama ini menopang rezim. 

Serangan udara Israel terhadap target Iran dan Hizbullah di Suriah semakin memperparah kondisi. 

Di sisi lain, serangan HTS yang cepat dan terkoordinasi terbukti sangat efektif. 

Terakhir, krisis ekonomi dan sosial yang parah, dengan mayoritas penduduk hidup dalam kemiskinan, telah mengikis dukungan terhadap rezim dan menciptakan ketidakpuasan yang meluas.

(Tribunnews.com/Farra)

Artikel Lain Terkait Konflik di Suriah

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved